Sembara yang tahu suasana hati istrinya ini lalu berbisik agar jangan membunuh para perampok, cukup di beri pelajaran saja. Nasehat Ki Muslimin sangat membekas di hati Sembara, Ranina langsung tersenyum dan mengangguk.Baru saja akan membuka mulut lagi, tiba-tiba si kepala rampok ini terjengkang, lemparan kerikil sebesar kelereng tepat mengenai giginya, hingga 3 gigi depannya yang kuning patah dan mulutnya berlumuran darah.Itulah serangan kecil yang di sentil Ranina dengan jarinya, sebelumnya, Ranina menowel dengan ujung sepatunya lalu kerikil pun ada di tangannya.Saking cepatnya gerakannya, hanya Sembara yang melihat aksi istrinya ini. 14 anak buah si rampok ini kaget dan kini marah bukan main, melihat sang kepala rampok ini sempoyongan dengan mulut berlumuran darah.“Ki Muslimin…mari kita mundur, biarkan istri saya yang akan memberi pelajaran para perampok itu!” ajak Sembara, Ki Muslimin mengangguk, karena dia yakin pasangan yang baru dinikahkannya ini bukan orang sembarangan. R
Sembara dan Ranina kini sudah masuk ke wilayah Hilir Sungai, setelah dua hari hari berlari cepat dan kadang jalan santai, kini keduanya sudah sampai di sebuah kota yang lumayan rame.Ranina bak jinak-jinak merpati, dia tak mau bercinta di alam terbuka. “Ngeri sayang, pas lagi gituan…ketahuan sama orang lain, apa nggak malu, ingat lohh, kamu calon putra mahkota, aku ehemm…permaisuri, mau di taruh di mana wajah kita kalau sampai ketahuan orang!” itulah alasan Ranina, sehingga Sembara terpaksa cengar cengir saja dengan penolakan istrinya ini.Walaupun ibarat kucing, Sembara lagi berahi-berahinya, Ranina pun diam-diam sama, tapi gadis cantik ini punya kelebihan, mampu ngerem nafsunya. Inilah yang membuat Sembara sangat salut dengan istrinya.Kini daerah yang mereka lalui sudah masuk Kadipaten Kuala, dan masuk wilayah kerajaan Hilir Sungai, daerah pinggir sungai Barito yang sangat ramai dan jadi daerah perdagangan yang sangat maju, hampir mirip dengan Kadipaten Pangsa.“Sayang kita cari pe
Sembara dan Ranina berjalan santai mengikuti kemana dua orang itu menuju, mereka sengaja menjaga jarak agar tak begitu kentara dan ketahuan dua orang tersebut.Banyaknya manusia berlalu lalang menolong suami istri ini, sehingga gerakan mereka tak di sadari dua orang yang juga sangat sakti, dan terus mengamati keduanya dari kejauhan.Kini kedua orang itu sudah berjalan ke arah pinggiran kota, lalu begitu sampai di dermaga pinggir sungai, terlihat keduanya berbicara dengan seorang nelayan si pemilik perahu.Kini keduanya sudah jauh berlabuh dengan perahu milik nelayan yang memang sering di sewa para pelancong.Sembara dan Ranina pun juga sama, mereka berdua menyewa perahu dan berlabuh ke tengah, Sembara minta si pemilik perahu agar mengikuti perahu yang jalan duluan, dan kini sudah lumayan jauh berada di tengah Sungai Barito lalu berlayar ke arah Hilir.Ranina malah sedikit lupa kalau mereka sedang mengikuti perahu milik kedua orang yang bikin dia dan Sembara penasaran, karena melihat p
“Hemm kamu terlalu pongah mata biawak, terimalah jurusku ini, yang akan mencabut nyawa busuk kamu itu!” seru Putri Remi marah dan cepat dia menerjang.Hawa panas berkelebat dan Sembara membuang diri ke kiri lalu berjungkir balik. Karena bukan hanya Putri Remi yang menyerangnya, juga Dua Pendekar Bayangan, Dulung dan Nyai Dina juga ikut menyerang.Termasuk 3 orang yang tak Sembara kenal, serangan serentak ini sangat dahsyat, sehingga Sembara tak mau menahan, tapi sengaja menghindar sekalian ingin mengukur kekuatan semua musuhnya.Sementara Ranina juga sudah di keroyok 5 orang lainnya, Sembara sempat melirik dan bersiaga, kalau-kalau istrinya ini kewalahan.Sembara bisa mengukur, dari semua penyerangnya ini, yang paling berbahaya pastinya serangan Putri Remi dan Dua Pendekar Bayangan ini.Tapi serangan Dulung juga tak bisa dianggap remeh, kesaktian Dulung juga sangat tinggi, apalagi setelah dia mencabut pedangnya, serangan dahsyat selalu keluar dari pedang ini.Nyai Dina juga tak mau ka
Kenapa Ranina merajuk, tak lain dan tak bukan gara-gara ucapan Putri Remi yang menyinggung hubungan Sembara dengan Nyai Dina.Namun bukan pendekar romantis namanya kalu tak bisa membujuk istrinya, sehingga setelah merajuk, keduanya malah kembali bermesraan, bahkan kadang menggebu-nggebu.Ranina tak sadar, sikapnya ini menurun dari neneknya Putri Selasih yang jaman dulu juga cemburuan dengan Prabu Kerta. Hingga hubungannya dengan sang permaisuri tak pernah akur sampai Permaisuri Kirna mangkat. Padahal keduanya masih ada pertalian keluarga, karena nenek mereka bersaudara.Namun Selasih cemburu karena sepupunya itulah yang justru terpilih sebagai permaisuri dan Selasih hanya jadi selir Prabu Kerta.Namun, Raja Kerta atau kakek Sembara dan Ranina itu seorang raja flamboyan, semakin di cemburui malah makin nambah selir.Total Prabu Kerta memiliki 25 selir dan memiliki puluhan anak, ada juga selirnya yang tak memiliki anak. Raja Kerta adalah seorang raja yang sangat romantis sejak masih jad
“Nek Bungkin, aku masih berbaik hati tidak membunuh kamu dan Soha ini, cepat serahkan kitab itu, atau aku malam ini terpaksa membunuh kalian berdua,” ancam Sohail pelan-pelan mendekat. Nenek Bungkin kini berdiri sempoyongan, serangan yang dilancarkan Sohail sangat kuat dan si nenek ini pun sadar, Sohail yang juga bekas jagoan dari Kerajaan Mongol, namun tak mau lagi pulang ke kerajaannya karena takut mendapat hukuman dari rajanya ini bukan tandingan si nenek Bungkin, kesaktian Sohail jauh lebih tinggi dari si Nenek Bungkin, termasuk Soha. “Dasar keras kepala, berkali-kali ku bilang tetap saja ngotot, mau kamu bunuh pun aku tak bisa memberikan kitab itu, karena memang tidak ada padaku dan juga Soha!” bentak Nenek Bungkin kesal, Soha terlihat hanya diam saja, dia seakan bingung melihat kedua orang ini saling debat. “Bedebah, aku terpaksa membunuh kalian, aku lupakan kita pernah berteman dan rekan satu perjuangan!” Sohail lalu melancarkan serangan mautnya ke Nenek Bungkin dan Soha.
Soha dan nenek Bungkin kaget karena Sembara hanya datang sendiri, tanpa di dampingi istrinya Ranina.Padahal tadi malam Sembara sudah mengatakan, ia akan datang menyerahkan kitab ini bersama istrinya itu.“Dia…harus kembali ke..Istana!” itulah jawaban sekenanya Sembara, karena ia tak tahu kemana istrinya pergi meninggalkan dirinya, apalagi saat ini sedang berbadan dua.Nenek Bungkin dan Soha akhirnya tak lagi bertanya soal ini, karena tak enak bertanya soal pribadi, sebab ini sudah masuk ke dalam ranah privasi pendekar sakti ini.“Ohhh…ya sudah…oh ya Sembara, Soha, aku harus harus pergi dulu, karena aku ada perjanjian yang harus ditepati dengan seseorang. Kita kelak bertemu di Bukit Katibam, tempat tinggalku. Sembara ku minta bantulah dulu Soha mempelajari kitab itu, kelak kalau Soha sudah paham dan aku kembali ke Bukit Katibam, aku lah yang akan membimbingnya lagi…selamat tinggal!”Nenek Bungkin lalu melompat tinggi dan dia tak menunggu jawaban Sembara dan juga Soha, tak lama kemudia
“Ranina…coba kamu jelaskan, apakah Sembara atau suami kamu itu begitu jahat, sehingga kamu meninggalkannya, padahal kamu sedang berbadan dua. Coba jelaskan pada bunda dan ayahanda prabu, kalau dia jahat kami berdua yang akan mencarinya dan menghukumnya!” terdengar tegas dan nge-gas suara sang permaisuri jelita ini, walaupun usianya sudah hampr kepala 5.Ranina kaget juga, tapi sejurus kemudian Ranina malah terlihat malu-malu, Tengku Mimi dan Prabu Malaki kembali saling pandang, tadi mewek kini malah malu-malu, ada apa ini? hingga keduanya makin bingung saja melihat kelakuan Ranina yang aneh ini.Dan akhirnya meluncurlah kisah Ranina yang membuat Prabu Malaki senyum-senyum sendiri, ingat kelakuan dia saat muda bersama ke tiga istri-istrinya.Kelakuan Ranina sama persis kelakuan Tengku Mimi saat muda dulu, sehingga Prabu Malaki tertawa kecil dan membuat keponakan sekaligus menantunya ini makin tertunduk malu, sampai pipinya yang putih mulus bersemu merah.“Ohh hanya itu, artinya bawaan
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma