“Ranina…coba kamu jelaskan, apakah Sembara atau suami kamu itu begitu jahat, sehingga kamu meninggalkannya, padahal kamu sedang berbadan dua. Coba jelaskan pada bunda dan ayahanda prabu, kalau dia jahat kami berdua yang akan mencarinya dan menghukumnya!” terdengar tegas dan nge-gas suara sang permaisuri jelita ini, walaupun usianya sudah hampr kepala 5.Ranina kaget juga, tapi sejurus kemudian Ranina malah terlihat malu-malu, Tengku Mimi dan Prabu Malaki kembali saling pandang, tadi mewek kini malah malu-malu, ada apa ini? hingga keduanya makin bingung saja melihat kelakuan Ranina yang aneh ini.Dan akhirnya meluncurlah kisah Ranina yang membuat Prabu Malaki senyum-senyum sendiri, ingat kelakuan dia saat muda bersama ke tiga istri-istrinya.Kelakuan Ranina sama persis kelakuan Tengku Mimi saat muda dulu, sehingga Prabu Malaki tertawa kecil dan membuat keponakan sekaligus menantunya ini makin tertunduk malu, sampai pipinya yang putih mulus bersemu merah.“Ohh hanya itu, artinya bawaan
Dua bulan setelah berpisah dengan Soha, Sembara terus berkelana kemana-mana, Sembara juga menyebarkan tangan besinya pada para penjahat yang ia temui dalam perantauan dan suka mengganggu warga.Sehingga makin terkenalnya nama Pendekar Romantis, karena usai menghajar para penjahat, Sembara suka sekali berdendang dengan suling bambu yang ia beli.Lagu-lagunya otomatis kerinduannya pada seorang wanita, inilah yang membuat julukan Pendekar Romantis makin membuat semua penjahat ketakutan, kalau mendengar bunyi suling dengan nada-nada merindukan seseorang, pastilah itu sang pendekar ini yang lewat.Otomatis para penjahat harus cepat-cepat pergi kalau mendengar bunyi suling ini, kalau bertemu dengan Sembara sama dengan mencari penyakit. Nama asli Sembara pun malah tenggelam, kalah tenar dengan nama Pendekar Romantis atau Tuan Pero, julukan yang diberikan orang-orang padanya, tapi ia juga tetap memasang telinga untuk melacak keberadaan istrinya, Ranina atau sesekali Amanda.Sayangnya Semba
Suki yang penasaran melihat rekannya belum berhasil merobohkan pemuda ini lalu meminta rekannya segara cabut pedang.“Kita selesaikan segera Miu, bikin lama saja!” teriak Suki. Sratttt…Miu pun mencabut pedang dan kini serangan Miu makin ganas saja. Si pemuda ini ternyata sangat lihai dia pun tetap enteng-enteng saja menghindar.Suki yang melihat rekannya malah seperti di permainkan panas juga, dia pun maju membantu dan kini di pemuda asing ini dikeroyok dua wanita cantik ini.Namun si pemuda ini memang hebat, merasa cukup main-main, dia merubah gaya silatnya, kini dia melompat lalu dialah yang kini menerjang keduanya, sehingga dua wanita ini jatuh lintang pukang.Tapi tak ada yang terluka, hanya pedang keduanya terlempar, tanda mereka sudah kalah secara telak dan memalukan, apalagi disaksikan puluhan warga.“Awassss kamu…tunggu pembalasan kami!” Suki mendengus marah, kedua pun lalu bangkit dan pergi dengan cepat sambil memungut pedang-pedang mereka.Pemuda ini seakan cuek saja, dia me
Setelah hampir 3,5 jam, menjelang sore Sembara dan Hashimi sampai juga di Lembah Anai, lembah ini ternyata sangat indah, karena berada di sisi bukit pegunungan meratus.Dari lembah ini terlihat hamparan hutan yang menghijau, juga nun jauh di sana kampung tadi barusan mereka tinggalkan, terlihat asap dari rumah warga, lalu seakan membentuk halimun tipis.Sebagai pria romantis, otomatis Sembara terdiam sambil memandang keindahan alam ciptaan Tuhan ini, hatinya mendadak damai dan sesaat sifat ganas dalam dirinya hilang.Namun dia tak bisa lama-lama memandang ke indahan alam ini, karena Hashimi menowel lengannya.“Bang…lihat Dawina dan anak buahnya sudah datang!” mendengar suara ini, otomatis Sembara pun menoleh dan ia kini memandang rombongan Dawina.Bukan Dawina yang menarik perhatiannya, tapi seorang kakek tua yang terlihat bongkok dan berwajah serius dan menatap dirinya dengan tatapan sangat tajam dan menusuk.Sepintas Sembara sudah bisa menggambarkan betapa kuatnya kesaktian kakek in
“Bangsaat, terima jurus membunuh bayangan milikku,” teriaki Ki Pandit sambil memukul lurus ke depan.Sembara tak mau menyambut, karena ia tahu jurus ini sangat kuat dan tentu saja ia belum tahu sampai di mana kekuatan jurus ini.Gagal jurus pertama, Ki Pandit makin ganas menyerang Sembara, kali ini lari berputaran di sekelilingnya tubuh Sembara.Gerakannya sangat cepat dan Sembara pun sampai harus memejamkan mata, karena gerakan Ki Pandit bak kilat.Melihat musuhnya memejamkan, Ki Pandit lalu melancarkan pukulan yang sangat dingin, suaranya berciutan nyaring.Kali ini Sembara sengaja menyambut dengan jurus yang sama dinginnya, hingga hawa pukulan keduanya membuat puluhan anak buah Dawina menggigil kedinginan.Dawina dan Hashimi yang berilmu tinggi pun sampai harus mengerahkan kesaktiannya, agar tak terpengaruh pukulan yang bisa bikin beku tubuh ini.“Cepat kalian menjauh dan bersembunyi!” perintah Dawina pada hampir 30 an anak buahnya, karena dia melihat anak buahnya makin menderita s
Sembara lalu menarik tubuh Putri Remi dan berbarengan dengan itu seekor ular tiba-tiba mematuk kaki si putri yang masih hilang ingatan ini.Kaget bukan main Sembara, dia langsung memukulkan tangannya, serangkum pukulan panas membuat ratusan ular ini berhamburan dan mati.Namun, mereka balik lagi dengan jumlah malah makin banyak, Sembara kaget sekali, ular ini seakan tak takut mati.Kepala mereka semuanya gepeng, tanda ini jenis ular kobra yang sangat beracun, saking konsentrasinya melihat ular-ular ini, Sembara sampai tak memperhatikan kondisi Putri Remi yang terlihat kejang-kejang akibat gigitan seekor ular tersebut.Sembara tahu ular paling takut dengan api atau hawa panas, dia pun mundur ke dinding gua sambil mengangkat tubuh Putri Remi, kaget bukan main Sembara melihat tubuh si putri ini kejang-kejang.Setelah meletakan tubuh Putri Remi, Sembara lalu buru-buru menyalakan api, untung banyak ranting dan juga daun kering di dalam gua ini.Setelah menyala, Sembara lalu melemparkan ke
Saat itulah Putri Remi melihat ada piring dan dua gelas di sisi air dangkal itu, lalu piring dan gelas itu dia ambil dan di bersihkannnya.Setelah selesai mandi, Putri Remi kembali memakai jubah milik Sembara, pakaianya yang compang-camping tadi dia buang ke sudut gua.Lalu Putri Remi dengan kesaktiannya memanaskan gelas berisi air tadi, bunya berbau harum yang rasanya kayak kopi tadi dia masukan ke dalam gelas itu.Tak lama Sembara pun datang dan membawa lumayan banyak telor burung walet, Sembara lalu memasukan telor-telor tadi ke dalam air dangka, lalu dia menyalurkan hawa panas ke dalam air itu dan mendidihlah air tersebut dan masaklah puluhan telor-telor itu.“Darimana kamu dapat dua gelas itu putri, kok baunya harum kayak bunga mawar?” “Tadi saat aku mandi, aku melihat bunga ini, setelah ku cium baunya sangat harum, lalu aku gosok ke gigi dan badanku, saat aku makan sedikit, aroma rasanya kayak kopi, makanya nih ku buat di dalam gelas, satu buat kamu dan satu buatku, ayo kita m
Tak ada yang tahu, kelak anak rupawan dari Putri Remi akan menggegerkan Kotaraja Hilir Sungai dan pastinya mengagetkan sang ayah kandungnya, Pangeran Sembara.Setelah kini berpisah dengan Sembara, yang pastinya membawa kenangan yang tak pernah bakal Putri Remi lupakan, karena justru dari Sembara lah dia malah memperoleh keturunan.Padahal dulu Putri Remi sempat naksir berat dengan ayah Sembara, Prabu Malaki, saat sang maharaja ini masih berstatus pangeran.Walaupun Prabu Malaki kala itu juga menyukainya, namun sang Prabu ini tak mungkin mengkhianati tiga istrinya, Permaisuri Kinanti, Putri Galuh dan Tengku Mimi.Apalagi kala itu Prabu Dipa masih hidup dan bertahta, serta menjadi seorang selir yang sangat disayangi saudara kembarnya itu.Siapa menduga perjalanan hidup Putri Remi malah jadi membulet kayak benang kusut, tak di nyana dia malah hamil dan melahirkan seorang bayi calon bangsawan tinggi.Setelah satu hari bersama sang putra Prabu Malaki ini, di gua milik bekas Pandekar Asmara