“Bangkitlah Pangeran Sembara…syukurlah kamu pulang seminggu sebelum peresmian kamu sebagai Putra Mahkota…istri kamu Putri Ranina sudah ada di sini sejak 7 bulan yang lalu, silahkan kamu temui dia, kasian siang malam selalu termenung memikirkan dirimu,” ceplos Prabu Malaki sambil tersenyum.Sembara lalu bangkit, andai tak di tegur Prabu Malaki ia akan langsung terbang saja menuju kamar Istana di mana istrinya berada.Setelah memberi hormat pada Perdana Meneri Ki Burdah, Panglima Dusman dan Ki Parimpi, Sembara lalu permisi dengan mundur perlahan dan dia benar-benar bak terbang menuju kamar di mana istrinya berada.“Dusman, Parimpi, Burdah…kalian lihatkan kesaktian Sembara makin hebat saja, entah belajar dengan siapa lagi dia selama 2 tahunan ini!” Dusman dan Ki Parimpi serta Ki Burdah langsung mengangguk.Ke empatnya kemudian kembali rapat khusus, terkait pengangkatan Sembara sebagai putra mahkota dan pastinya kejutan buat sang pangeran ini.Begitu masuk ke kamar di mana istrinya sedang
Anggapan Sembara setelah jadi Maharaja ia seperti masih sebelum naik tahta salah besar, ternyata sangat banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan.Sebagai Maharaja baru, selain menerima ratusan tamu siang hingga malam, Prabu Sembara juga disibukan dengan kunjungan-kunjungan ke berbagai kadipaten yang selama ini dianggap bergejolak, sehingga perlu di redam, baik secara halus maupun kekerasan.Sembara benar-benar kerja keras membenahi kerajaan Hilir Sungai. Prabu Sembara juga harus menata pemerintahannya dengan baik, pejabat-pejabat tua harus di ganti (karena pensiun) dengan yang lebih muda, dan yang dianggap tak cakap, wajib diganti dengan yang lebih mampu, walaupun dari keluarga sendiri.Prabu Malaki tak begitu saja lepas tanggung jawab, dia diminta Prabu Sembara untuk ikut jadi penasehat utamanya, bekas raja ini pun mengiyakan keinginan anaknya ini.Yang paling menyita pikiran dan menguras pikiran Prabu Sembara tentunya memodernisasi persenjataan atau alat tempur pasukan Keraja
“Muridku, tak kusangka selama lebih 4 tahun lebih kamu malah tinggal di sini, setelah terjungkal ke jurang dan kini sudah sembuh. Kamu kini makin matang dan cantik saja muridku, katanya kamu sudah memiliki anak ya…siapa ayah anak kamu itu muridku, dan dimana dia kini, apakah sedang tidur di pondok itu?” cetus Ki Pandit lemah lembut sambil tersenyum melihat bekas murid kesayangannya ini tetap cantik, walaupun tak glamour seperti dulu.Dulu demi memperoleh kesaktian dari pendekar jangkung asal India ini, Putri Remi terpaksa tidur beberapa kali dengan gurunya ini, sehingga dia memperoleh kesaktian yang tinggi.Kini melihat Ki Pandit bicara begitu, berasa mau muntah si putri ini, menyesal dia dulu mau tidur dengan si kakek tua ini, walaupun saat itu dia terpaksa mabuk dulu, karena dulu jijik harus bercinta dengan si hitam jangkung ini.Tapi Putri Remi diam saja, dia tak menyahut ucapan bekas gurunya ini.“Apakah…ayah anak itu Sembara, setelah kalian terjungkal ke jurang, lalu masih hidup…
Remibara langsung membalik tubuh ibunya, ternyata Putri Remi masih hidup dan dia berusaha tersenyum melihat anaknya tak apa-apa. Putri ini makin tersenyum lega karena melihat siapa orang yang berada di belakang anaknya, hatinya kini benar-benar plong.“Putri Remi…?” kagetlah Malaki dan Putri Kinanti, saat Tengku Mimi mendekat dan berseru kaget, saat melihat sepupu jauhnya ini terluka berat.Malaki lalu ikut berjongkok dan menempelkan tangannya ke punggung Putri Remi setelah di bantu Tengku Mimi agar bisa duduk.Setelah menerima hawa sakti, dada Putri Remi kini agak longgar, sehingga dia bisa sedikit agak plong bernafas. Tubuhnya di tahan Tengku Mimi, karena kondisinya sangat lemah.“Putri Remi apa yang terjadi…kenapa kamu bentrok dengan mereka itu, anak kecil ini…apakah dia anak kamu?” seru Tengku Mimi.“Te-terima kasih…prabu…kakakkuTengku Mimi…Kinanti…iya…dia anak kandungku, a-aku..titip anakku…didiklah di-dia dengan baik...Remibara…ka-kamu harus menghormati ketiga kakek dan nenek in
Sehingga setelah mendengar si gendut berteriak jurus menari di atas awan, si Kurus ikutan terperanjat bukan main, dengan tersaruk-saruk diapun kabur dari sana.Si wanita parobaya inipun tidak berusaha mengejar, tapi dia segera menolong Bik Inai yang kini sudah siuman kembali.“Paman…bibi...tolong bunda aku, dia di keroyok orang jahat!” Remibara kini bicara lagi sambil menarik tangan wanita parobaya ini bermaksud kembali ke pondok mereka.“Di mana bunda kamu anak tampan!” sahut wanita yang memegang lengan Remibara.“Mari bi…ibuku sendirian, musuhnya 4 orang!” Remibara lalu menarik lengan wanita ini.“Kamu susul kami yaa, kami akan berusaha menolong ibu dari anak itu!” Bik Inai hanya mengangguk.Pria tua dan dua wanita inipun lalu bak terbang menuju di mana pondok yang Remibara maksudkan, wanita ini malah menggendong Remibara hingga anak kecil itu kaget bukan main melihat kesaktian tiga orang ini.Dia sampai memejamkan mata saking cepatnya gerakan wanita yang tak di kenalnya ini.Dan se
Saat istirahat, keduanya meminta Remibara bersilat, lalu kedua nenek yang masih cantik ini bergantian memberi petunjuk pada si kecil rupawan ini.Tepat seperti dugaan Malaki, Remibara sangat cerdas dan berbakat, semua petunjuk kakek dan kedua neneknya mudah sekali dihapal dan dilaksanakan Remibara.Namun, satu hal yang membuat Malaki dan ketiga istrinya ini kadang geleng-geleng kepala, Remibara terlalu tergesa-gesa.Belum selesai satu jurus, dia sudah ingin melompat lebih tinggi, sehingga Putri Kinanti yang bawel sering negur cucu tampannya ini.Sedangkan Tengku Mimi yang kadang gemes tak segan mencubit pipi Remibara yang kemerah-merahan bak cewek.Akibatnya makin sayanglah Remibara pada kedua neneknya ini, dia tak pernah membantah apapun perintah kedua neneknya, inilah yang membuat dua pendekar wanita ini makin menyayangi Remibara.Putri Kinanti bahkan seolah melihat mendiang Pangeran Dipa dalam diri Remibara, Sehingga Putri Kinanti luar biasa sayangnya ke Remibara, bahkan anak kecil
Remibara tentu saja senang sekali di ajak ke Kotaraja Bajama, dia tak memikirkan apakah akan bertemu ayah kandungnya atau siapapun, dipikirannya adalah ingin melihat Kotaraja.Kadang-kadang dua anak kecil ini saling berlomba berlarian, agar cepat sampai, Putri Kinanti dan Tengku Mimi sampai berteriak memanggil keduanya, khawatir kalau ada apa-apa.Tapi di saat lain, agar cepat sampai, kedua anak kecil ini di gendong kakek neneknya, lalu berlari luar biasa cepatnya, hingga perjalanan yang harusnya di tempuh 2,5 bulan, terpangkas hanya 2 minggu, saking hebatnya kesaktian Malaki dan ketiga istrinya.Mereka datang saat Ibu Suri nenek Selasih sudah 1 hari meninggal dunia, begitu sampai di Kotaraja, Remibara melongo melihat kemajuan ibukota kerajaan ini.Ratusan pengawal yang menyambut kedatangan mantan Raja dan permaisuri sekaligus Putra Mahkota ini sampai bingung melihat ada anak kecil yang sangat tampan, awalnya dipikir mereka Remibara ini cewek.Kertamalaki senyum-senyum saja melihat ul
Putri Kinanti sejak muda orangnya tak sabaran dan mudah terpancing, mendengar ucapan Dawina, si nenek ini langsung mendelik dan tiba-tiba serangkum serangan dahsyat membuat Dawina terpaksa melompat tinggi. Pucat wajah Dawina, tak dia sangka si nenek ternyata sangat hebat, untung selama 6 tahunan lebih ini dia sudah memperdalam ilmu kanuragannya dengan Ki Pandit, yang juga diam-diam memanfaatkan tubuh molek Dawina dengan imbalan kesaktian dahsyat, persis seperti Putri Remi dulu, sehingga serangan itu luput. Melihat hal itu, Ki Sohail, Ki Jantra dan Dua Pendekar Bayangan langsung turun tangan, kini Putri Kinanti harus kerepotan juga meladeni serbuan 4 orang ini. Dia terdesak, tapi di saat itu, tiba-tiba muncul lah Tengku Mimi dari dalam pesanggrahan, tanpa banyak tanya dia langsung membantu madunya, bahkan tak lama kemudian Putri Galuh juga muncul dengan pedang di tangan, sehingga ke 3 nenek ini sekaligus di keroyok. Melihat hal itu Ki Pandit dan 5 orang tak di kenal juga turun tanga