Remibara langsung membalik tubuh ibunya, ternyata Putri Remi masih hidup dan dia berusaha tersenyum melihat anaknya tak apa-apa. Putri ini makin tersenyum lega karena melihat siapa orang yang berada di belakang anaknya, hatinya kini benar-benar plong.“Putri Remi…?” kagetlah Malaki dan Putri Kinanti, saat Tengku Mimi mendekat dan berseru kaget, saat melihat sepupu jauhnya ini terluka berat.Malaki lalu ikut berjongkok dan menempelkan tangannya ke punggung Putri Remi setelah di bantu Tengku Mimi agar bisa duduk.Setelah menerima hawa sakti, dada Putri Remi kini agak longgar, sehingga dia bisa sedikit agak plong bernafas. Tubuhnya di tahan Tengku Mimi, karena kondisinya sangat lemah.“Putri Remi apa yang terjadi…kenapa kamu bentrok dengan mereka itu, anak kecil ini…apakah dia anak kamu?” seru Tengku Mimi.“Te-terima kasih…prabu…kakakkuTengku Mimi…Kinanti…iya…dia anak kandungku, a-aku..titip anakku…didiklah di-dia dengan baik...Remibara…ka-kamu harus menghormati ketiga kakek dan nenek in
Sehingga setelah mendengar si gendut berteriak jurus menari di atas awan, si Kurus ikutan terperanjat bukan main, dengan tersaruk-saruk diapun kabur dari sana.Si wanita parobaya inipun tidak berusaha mengejar, tapi dia segera menolong Bik Inai yang kini sudah siuman kembali.“Paman…bibi...tolong bunda aku, dia di keroyok orang jahat!” Remibara kini bicara lagi sambil menarik tangan wanita parobaya ini bermaksud kembali ke pondok mereka.“Di mana bunda kamu anak tampan!” sahut wanita yang memegang lengan Remibara.“Mari bi…ibuku sendirian, musuhnya 4 orang!” Remibara lalu menarik lengan wanita ini.“Kamu susul kami yaa, kami akan berusaha menolong ibu dari anak itu!” Bik Inai hanya mengangguk.Pria tua dan dua wanita inipun lalu bak terbang menuju di mana pondok yang Remibara maksudkan, wanita ini malah menggendong Remibara hingga anak kecil itu kaget bukan main melihat kesaktian tiga orang ini.Dia sampai memejamkan mata saking cepatnya gerakan wanita yang tak di kenalnya ini.Dan se
Saat istirahat, keduanya meminta Remibara bersilat, lalu kedua nenek yang masih cantik ini bergantian memberi petunjuk pada si kecil rupawan ini.Tepat seperti dugaan Malaki, Remibara sangat cerdas dan berbakat, semua petunjuk kakek dan kedua neneknya mudah sekali dihapal dan dilaksanakan Remibara.Namun, satu hal yang membuat Malaki dan ketiga istrinya ini kadang geleng-geleng kepala, Remibara terlalu tergesa-gesa.Belum selesai satu jurus, dia sudah ingin melompat lebih tinggi, sehingga Putri Kinanti yang bawel sering negur cucu tampannya ini.Sedangkan Tengku Mimi yang kadang gemes tak segan mencubit pipi Remibara yang kemerah-merahan bak cewek.Akibatnya makin sayanglah Remibara pada kedua neneknya ini, dia tak pernah membantah apapun perintah kedua neneknya, inilah yang membuat dua pendekar wanita ini makin menyayangi Remibara.Putri Kinanti bahkan seolah melihat mendiang Pangeran Dipa dalam diri Remibara, Sehingga Putri Kinanti luar biasa sayangnya ke Remibara, bahkan anak kecil
Remibara tentu saja senang sekali di ajak ke Kotaraja Bajama, dia tak memikirkan apakah akan bertemu ayah kandungnya atau siapapun, dipikirannya adalah ingin melihat Kotaraja.Kadang-kadang dua anak kecil ini saling berlomba berlarian, agar cepat sampai, Putri Kinanti dan Tengku Mimi sampai berteriak memanggil keduanya, khawatir kalau ada apa-apa.Tapi di saat lain, agar cepat sampai, kedua anak kecil ini di gendong kakek neneknya, lalu berlari luar biasa cepatnya, hingga perjalanan yang harusnya di tempuh 2,5 bulan, terpangkas hanya 2 minggu, saking hebatnya kesaktian Malaki dan ketiga istrinya.Mereka datang saat Ibu Suri nenek Selasih sudah 1 hari meninggal dunia, begitu sampai di Kotaraja, Remibara melongo melihat kemajuan ibukota kerajaan ini.Ratusan pengawal yang menyambut kedatangan mantan Raja dan permaisuri sekaligus Putra Mahkota ini sampai bingung melihat ada anak kecil yang sangat tampan, awalnya dipikir mereka Remibara ini cewek.Kertamalaki senyum-senyum saja melihat ul
Putri Kinanti sejak muda orangnya tak sabaran dan mudah terpancing, mendengar ucapan Dawina, si nenek ini langsung mendelik dan tiba-tiba serangkum serangan dahsyat membuat Dawina terpaksa melompat tinggi. Pucat wajah Dawina, tak dia sangka si nenek ternyata sangat hebat, untung selama 6 tahunan lebih ini dia sudah memperdalam ilmu kanuragannya dengan Ki Pandit, yang juga diam-diam memanfaatkan tubuh molek Dawina dengan imbalan kesaktian dahsyat, persis seperti Putri Remi dulu, sehingga serangan itu luput. Melihat hal itu, Ki Sohail, Ki Jantra dan Dua Pendekar Bayangan langsung turun tangan, kini Putri Kinanti harus kerepotan juga meladeni serbuan 4 orang ini. Dia terdesak, tapi di saat itu, tiba-tiba muncul lah Tengku Mimi dari dalam pesanggrahan, tanpa banyak tanya dia langsung membantu madunya, bahkan tak lama kemudian Putri Galuh juga muncul dengan pedang di tangan, sehingga ke 3 nenek ini sekaligus di keroyok. Melihat hal itu Ki Pandit dan 5 orang tak di kenal juga turun tanga
Setelah hampir satu jam membiarkaan kedua cucunya menangis dan berduka, Malaki yang saat itu bersemedhi membuka mata.“Kertamalaki, Remibara…sudah cukup bersedihnya, ingat pelajaran kakek dulu, tak boleh bersedih terlalu lama, karena akan menyulitkan orang yang sudah meninggal masuk surga, ayo kita kebumikan jasad nenek-nenek kalian,” Malaki lalu mengangkat jasad Putri Kinanti, Kertamalaki mengangkat jasad Putri Galuh dan Remibara memeluk dan menciumi jasad Tengku Mimi.Kenapa Remibara begitu mencintai nenek Tengku Mimi, itu tak lain karena beberapa tahun yang lalu Tengku Mimi sudah membuka rahasia Remibara, kalau dia bukan orang lain bagi neneknya ini, karena mendiang ibunya Putri Remi sepupu dari Tengku Mimi.Bahkan diam-diam Tengku Mimi memberikan Remibara sebuah kalung emas putih buat keponakan sekaligus cucu luarnya ini.Tengku Mimi juga buka rahasia, kalung itu mampu mengobati racun apapun, kehebatannya bisa menyedot racun yang mengeram dalam tubuh.Kalung itu di simpan Remibara
Ki Pandit kaget juga mendapat serangan dahsyat untuk ukuran anak kecil berusia 10 tahun ini, namun si jangkung hitam ini tak percuma sebagai tokoh sakti.Walaupun kaget, dia dengan mudah menghindar, tapi hatinya yang masih kaget membuat Ki Pandit kini tak mau lagi anggap remeh kedua bocah bangsawan ini.“Ha-ha-ha..hitam jelek, sudah ku bilang kan, anak ini istimewa, hati-hatilah, atau tubuh jangkung mu hancur di cabik-cabik jurus Harimau Menerkam Mangsa!” ejek si jenggot kambing, yang diam-diam juga tahu jurus hebat ini.Kembali Remibara menerjang si jangkung hitam, tapi si jangkung ini sengaja ingin menguji sampai di mana kehebatan Remibara. Panas juga anak kecil yang tubuhnya sudah seperti remaja ini.Kali ini Remibara tak lagi menyerang, tapi ia berdiri terpentang dan diam menunggu, saat itulah si Jangkung mencoba menotok tubuhnya, akan tetapi si jangkung ini kembali kaget bukan kepalang, tiba-tiba saja tenaga dalamnya membanjir keluar.“Hahhh setan…dia juga menguasai jurus membeto
“Huh tak perlu kamu tahu siapa kami, kamu sudah mengganggu mertua kami, maka kami tak akan memberi ampun!” sahut satu wanita berbaju abu-abu yang terlihat lincah dan ganas itu. “Mertua…jadi kalian berdua ini…istri-istri dari Prabu Sembara…woww…hebat sekali, emank keluarga banyak bini ternyata? He-he-he…!” kagetnya Ki Jenggot sekaligus mengejek Malaki dan Prabu Sembara, juga dua wanita ini.“Banyak bacot si jenggot bau ini hiattt…!” wanita yang berbaju abu-abu ini langsung menyerang dahsyat diikuti wanita satunya yang lebih kalem dan pendiam.Sibuk juga Ki Jenggot menerima serangan-serangan dahsyat dari dua wanita yang mengaku istri-istri Prabu Sembara ini.Bertambah kaget lagi Ki Jenggot melihat dua wanita hebat yang saat ini menyerang dirinya sangat hebat kerjasamanya, Ki Jenggot terpaksa menggerakkan tangannya dan bergerak sangat cepat menghindari dua serangan bertenaga dingin ini.Dua wanita ini ternyata sadar bahwa menghadapi lawan sakti ini harus kerjasama, bila yang satu menyer