Tak ada yang tahu, kelak anak rupawan dari Putri Remi akan menggegerkan Kotaraja Hilir Sungai dan pastinya mengagetkan sang ayah kandungnya, Pangeran Sembara.Setelah kini berpisah dengan Sembara, yang pastinya membawa kenangan yang tak pernah bakal Putri Remi lupakan, karena justru dari Sembara lah dia malah memperoleh keturunan.Padahal dulu Putri Remi sempat naksir berat dengan ayah Sembara, Prabu Malaki, saat sang maharaja ini masih berstatus pangeran.Walaupun Prabu Malaki kala itu juga menyukainya, namun sang Prabu ini tak mungkin mengkhianati tiga istrinya, Permaisuri Kinanti, Putri Galuh dan Tengku Mimi.Apalagi kala itu Prabu Dipa masih hidup dan bertahta, serta menjadi seorang selir yang sangat disayangi saudara kembarnya itu.Siapa menduga perjalanan hidup Putri Remi malah jadi membulet kayak benang kusut, tak di nyana dia malah hamil dan melahirkan seorang bayi calon bangsawan tinggi.Setelah satu hari bersama sang putra Prabu Malaki ini, di gua milik bekas Pandekar Asmara
“Bangkitlah Pangeran Sembara…syukurlah kamu pulang seminggu sebelum peresmian kamu sebagai Putra Mahkota…istri kamu Putri Ranina sudah ada di sini sejak 7 bulan yang lalu, silahkan kamu temui dia, kasian siang malam selalu termenung memikirkan dirimu,” ceplos Prabu Malaki sambil tersenyum.Sembara lalu bangkit, andai tak di tegur Prabu Malaki ia akan langsung terbang saja menuju kamar Istana di mana istrinya berada.Setelah memberi hormat pada Perdana Meneri Ki Burdah, Panglima Dusman dan Ki Parimpi, Sembara lalu permisi dengan mundur perlahan dan dia benar-benar bak terbang menuju kamar di mana istrinya berada.“Dusman, Parimpi, Burdah…kalian lihatkan kesaktian Sembara makin hebat saja, entah belajar dengan siapa lagi dia selama 2 tahunan ini!” Dusman dan Ki Parimpi serta Ki Burdah langsung mengangguk.Ke empatnya kemudian kembali rapat khusus, terkait pengangkatan Sembara sebagai putra mahkota dan pastinya kejutan buat sang pangeran ini.Begitu masuk ke kamar di mana istrinya sedang
Anggapan Sembara setelah jadi Maharaja ia seperti masih sebelum naik tahta salah besar, ternyata sangat banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan.Sebagai Maharaja baru, selain menerima ratusan tamu siang hingga malam, Prabu Sembara juga disibukan dengan kunjungan-kunjungan ke berbagai kadipaten yang selama ini dianggap bergejolak, sehingga perlu di redam, baik secara halus maupun kekerasan.Sembara benar-benar kerja keras membenahi kerajaan Hilir Sungai. Prabu Sembara juga harus menata pemerintahannya dengan baik, pejabat-pejabat tua harus di ganti (karena pensiun) dengan yang lebih muda, dan yang dianggap tak cakap, wajib diganti dengan yang lebih mampu, walaupun dari keluarga sendiri.Prabu Malaki tak begitu saja lepas tanggung jawab, dia diminta Prabu Sembara untuk ikut jadi penasehat utamanya, bekas raja ini pun mengiyakan keinginan anaknya ini.Yang paling menyita pikiran dan menguras pikiran Prabu Sembara tentunya memodernisasi persenjataan atau alat tempur pasukan Keraja
“Muridku, tak kusangka selama lebih 4 tahun lebih kamu malah tinggal di sini, setelah terjungkal ke jurang dan kini sudah sembuh. Kamu kini makin matang dan cantik saja muridku, katanya kamu sudah memiliki anak ya…siapa ayah anak kamu itu muridku, dan dimana dia kini, apakah sedang tidur di pondok itu?” cetus Ki Pandit lemah lembut sambil tersenyum melihat bekas murid kesayangannya ini tetap cantik, walaupun tak glamour seperti dulu.Dulu demi memperoleh kesaktian dari pendekar jangkung asal India ini, Putri Remi terpaksa tidur beberapa kali dengan gurunya ini, sehingga dia memperoleh kesaktian yang tinggi.Kini melihat Ki Pandit bicara begitu, berasa mau muntah si putri ini, menyesal dia dulu mau tidur dengan si kakek tua ini, walaupun saat itu dia terpaksa mabuk dulu, karena dulu jijik harus bercinta dengan si hitam jangkung ini.Tapi Putri Remi diam saja, dia tak menyahut ucapan bekas gurunya ini.“Apakah…ayah anak itu Sembara, setelah kalian terjungkal ke jurang, lalu masih hidup…
Remibara langsung membalik tubuh ibunya, ternyata Putri Remi masih hidup dan dia berusaha tersenyum melihat anaknya tak apa-apa. Putri ini makin tersenyum lega karena melihat siapa orang yang berada di belakang anaknya, hatinya kini benar-benar plong.“Putri Remi…?” kagetlah Malaki dan Putri Kinanti, saat Tengku Mimi mendekat dan berseru kaget, saat melihat sepupu jauhnya ini terluka berat.Malaki lalu ikut berjongkok dan menempelkan tangannya ke punggung Putri Remi setelah di bantu Tengku Mimi agar bisa duduk.Setelah menerima hawa sakti, dada Putri Remi kini agak longgar, sehingga dia bisa sedikit agak plong bernafas. Tubuhnya di tahan Tengku Mimi, karena kondisinya sangat lemah.“Putri Remi apa yang terjadi…kenapa kamu bentrok dengan mereka itu, anak kecil ini…apakah dia anak kamu?” seru Tengku Mimi.“Te-terima kasih…prabu…kakakkuTengku Mimi…Kinanti…iya…dia anak kandungku, a-aku..titip anakku…didiklah di-dia dengan baik...Remibara…ka-kamu harus menghormati ketiga kakek dan nenek in
Sehingga setelah mendengar si gendut berteriak jurus menari di atas awan, si Kurus ikutan terperanjat bukan main, dengan tersaruk-saruk diapun kabur dari sana.Si wanita parobaya inipun tidak berusaha mengejar, tapi dia segera menolong Bik Inai yang kini sudah siuman kembali.“Paman…bibi...tolong bunda aku, dia di keroyok orang jahat!” Remibara kini bicara lagi sambil menarik tangan wanita parobaya ini bermaksud kembali ke pondok mereka.“Di mana bunda kamu anak tampan!” sahut wanita yang memegang lengan Remibara.“Mari bi…ibuku sendirian, musuhnya 4 orang!” Remibara lalu menarik lengan wanita ini.“Kamu susul kami yaa, kami akan berusaha menolong ibu dari anak itu!” Bik Inai hanya mengangguk.Pria tua dan dua wanita inipun lalu bak terbang menuju di mana pondok yang Remibara maksudkan, wanita ini malah menggendong Remibara hingga anak kecil itu kaget bukan main melihat kesaktian tiga orang ini.Dia sampai memejamkan mata saking cepatnya gerakan wanita yang tak di kenalnya ini.Dan se
Saat istirahat, keduanya meminta Remibara bersilat, lalu kedua nenek yang masih cantik ini bergantian memberi petunjuk pada si kecil rupawan ini.Tepat seperti dugaan Malaki, Remibara sangat cerdas dan berbakat, semua petunjuk kakek dan kedua neneknya mudah sekali dihapal dan dilaksanakan Remibara.Namun, satu hal yang membuat Malaki dan ketiga istrinya ini kadang geleng-geleng kepala, Remibara terlalu tergesa-gesa.Belum selesai satu jurus, dia sudah ingin melompat lebih tinggi, sehingga Putri Kinanti yang bawel sering negur cucu tampannya ini.Sedangkan Tengku Mimi yang kadang gemes tak segan mencubit pipi Remibara yang kemerah-merahan bak cewek.Akibatnya makin sayanglah Remibara pada kedua neneknya ini, dia tak pernah membantah apapun perintah kedua neneknya, inilah yang membuat dua pendekar wanita ini makin menyayangi Remibara.Putri Kinanti bahkan seolah melihat mendiang Pangeran Dipa dalam diri Remibara, Sehingga Putri Kinanti luar biasa sayangnya ke Remibara, bahkan anak kecil
Remibara tentu saja senang sekali di ajak ke Kotaraja Bajama, dia tak memikirkan apakah akan bertemu ayah kandungnya atau siapapun, dipikirannya adalah ingin melihat Kotaraja.Kadang-kadang dua anak kecil ini saling berlomba berlarian, agar cepat sampai, Putri Kinanti dan Tengku Mimi sampai berteriak memanggil keduanya, khawatir kalau ada apa-apa.Tapi di saat lain, agar cepat sampai, kedua anak kecil ini di gendong kakek neneknya, lalu berlari luar biasa cepatnya, hingga perjalanan yang harusnya di tempuh 2,5 bulan, terpangkas hanya 2 minggu, saking hebatnya kesaktian Malaki dan ketiga istrinya.Mereka datang saat Ibu Suri nenek Selasih sudah 1 hari meninggal dunia, begitu sampai di Kotaraja, Remibara melongo melihat kemajuan ibukota kerajaan ini.Ratusan pengawal yang menyambut kedatangan mantan Raja dan permaisuri sekaligus Putra Mahkota ini sampai bingung melihat ada anak kecil yang sangat tampan, awalnya dipikir mereka Remibara ini cewek.Kertamalaki senyum-senyum saja melihat ul
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma