Dua bulan setelah berpisah dengan Soha, Sembara terus berkelana kemana-mana, Sembara juga menyebarkan tangan besinya pada para penjahat yang ia temui dalam perantauan dan suka mengganggu warga.Sehingga makin terkenalnya nama Pendekar Romantis, karena usai menghajar para penjahat, Sembara suka sekali berdendang dengan suling bambu yang ia beli.Lagu-lagunya otomatis kerinduannya pada seorang wanita, inilah yang membuat julukan Pendekar Romantis makin membuat semua penjahat ketakutan, kalau mendengar bunyi suling dengan nada-nada merindukan seseorang, pastilah itu sang pendekar ini yang lewat.Otomatis para penjahat harus cepat-cepat pergi kalau mendengar bunyi suling ini, kalau bertemu dengan Sembara sama dengan mencari penyakit. Nama asli Sembara pun malah tenggelam, kalah tenar dengan nama Pendekar Romantis atau Tuan Pero, julukan yang diberikan orang-orang padanya, tapi ia juga tetap memasang telinga untuk melacak keberadaan istrinya, Ranina atau sesekali Amanda.Sayangnya Semba
Suki yang penasaran melihat rekannya belum berhasil merobohkan pemuda ini lalu meminta rekannya segara cabut pedang.“Kita selesaikan segera Miu, bikin lama saja!” teriak Suki. Sratttt…Miu pun mencabut pedang dan kini serangan Miu makin ganas saja. Si pemuda ini ternyata sangat lihai dia pun tetap enteng-enteng saja menghindar.Suki yang melihat rekannya malah seperti di permainkan panas juga, dia pun maju membantu dan kini di pemuda asing ini dikeroyok dua wanita cantik ini.Namun si pemuda ini memang hebat, merasa cukup main-main, dia merubah gaya silatnya, kini dia melompat lalu dialah yang kini menerjang keduanya, sehingga dua wanita ini jatuh lintang pukang.Tapi tak ada yang terluka, hanya pedang keduanya terlempar, tanda mereka sudah kalah secara telak dan memalukan, apalagi disaksikan puluhan warga.“Awassss kamu…tunggu pembalasan kami!” Suki mendengus marah, kedua pun lalu bangkit dan pergi dengan cepat sambil memungut pedang-pedang mereka.Pemuda ini seakan cuek saja, dia me
Setelah hampir 3,5 jam, menjelang sore Sembara dan Hashimi sampai juga di Lembah Anai, lembah ini ternyata sangat indah, karena berada di sisi bukit pegunungan meratus.Dari lembah ini terlihat hamparan hutan yang menghijau, juga nun jauh di sana kampung tadi barusan mereka tinggalkan, terlihat asap dari rumah warga, lalu seakan membentuk halimun tipis.Sebagai pria romantis, otomatis Sembara terdiam sambil memandang keindahan alam ciptaan Tuhan ini, hatinya mendadak damai dan sesaat sifat ganas dalam dirinya hilang.Namun dia tak bisa lama-lama memandang ke indahan alam ini, karena Hashimi menowel lengannya.“Bang…lihat Dawina dan anak buahnya sudah datang!” mendengar suara ini, otomatis Sembara pun menoleh dan ia kini memandang rombongan Dawina.Bukan Dawina yang menarik perhatiannya, tapi seorang kakek tua yang terlihat bongkok dan berwajah serius dan menatap dirinya dengan tatapan sangat tajam dan menusuk.Sepintas Sembara sudah bisa menggambarkan betapa kuatnya kesaktian kakek in
“Bangsaat, terima jurus membunuh bayangan milikku,” teriaki Ki Pandit sambil memukul lurus ke depan.Sembara tak mau menyambut, karena ia tahu jurus ini sangat kuat dan tentu saja ia belum tahu sampai di mana kekuatan jurus ini.Gagal jurus pertama, Ki Pandit makin ganas menyerang Sembara, kali ini lari berputaran di sekelilingnya tubuh Sembara.Gerakannya sangat cepat dan Sembara pun sampai harus memejamkan mata, karena gerakan Ki Pandit bak kilat.Melihat musuhnya memejamkan, Ki Pandit lalu melancarkan pukulan yang sangat dingin, suaranya berciutan nyaring.Kali ini Sembara sengaja menyambut dengan jurus yang sama dinginnya, hingga hawa pukulan keduanya membuat puluhan anak buah Dawina menggigil kedinginan.Dawina dan Hashimi yang berilmu tinggi pun sampai harus mengerahkan kesaktiannya, agar tak terpengaruh pukulan yang bisa bikin beku tubuh ini.“Cepat kalian menjauh dan bersembunyi!” perintah Dawina pada hampir 30 an anak buahnya, karena dia melihat anak buahnya makin menderita s
Sembara lalu menarik tubuh Putri Remi dan berbarengan dengan itu seekor ular tiba-tiba mematuk kaki si putri yang masih hilang ingatan ini.Kaget bukan main Sembara, dia langsung memukulkan tangannya, serangkum pukulan panas membuat ratusan ular ini berhamburan dan mati.Namun, mereka balik lagi dengan jumlah malah makin banyak, Sembara kaget sekali, ular ini seakan tak takut mati.Kepala mereka semuanya gepeng, tanda ini jenis ular kobra yang sangat beracun, saking konsentrasinya melihat ular-ular ini, Sembara sampai tak memperhatikan kondisi Putri Remi yang terlihat kejang-kejang akibat gigitan seekor ular tersebut.Sembara tahu ular paling takut dengan api atau hawa panas, dia pun mundur ke dinding gua sambil mengangkat tubuh Putri Remi, kaget bukan main Sembara melihat tubuh si putri ini kejang-kejang.Setelah meletakan tubuh Putri Remi, Sembara lalu buru-buru menyalakan api, untung banyak ranting dan juga daun kering di dalam gua ini.Setelah menyala, Sembara lalu melemparkan ke
Saat itulah Putri Remi melihat ada piring dan dua gelas di sisi air dangkal itu, lalu piring dan gelas itu dia ambil dan di bersihkannnya.Setelah selesai mandi, Putri Remi kembali memakai jubah milik Sembara, pakaianya yang compang-camping tadi dia buang ke sudut gua.Lalu Putri Remi dengan kesaktiannya memanaskan gelas berisi air tadi, bunya berbau harum yang rasanya kayak kopi tadi dia masukan ke dalam gelas itu.Tak lama Sembara pun datang dan membawa lumayan banyak telor burung walet, Sembara lalu memasukan telor-telor tadi ke dalam air dangka, lalu dia menyalurkan hawa panas ke dalam air itu dan mendidihlah air tersebut dan masaklah puluhan telor-telor itu.“Darimana kamu dapat dua gelas itu putri, kok baunya harum kayak bunga mawar?” “Tadi saat aku mandi, aku melihat bunga ini, setelah ku cium baunya sangat harum, lalu aku gosok ke gigi dan badanku, saat aku makan sedikit, aroma rasanya kayak kopi, makanya nih ku buat di dalam gelas, satu buat kamu dan satu buatku, ayo kita m
Tak ada yang tahu, kelak anak rupawan dari Putri Remi akan menggegerkan Kotaraja Hilir Sungai dan pastinya mengagetkan sang ayah kandungnya, Pangeran Sembara.Setelah kini berpisah dengan Sembara, yang pastinya membawa kenangan yang tak pernah bakal Putri Remi lupakan, karena justru dari Sembara lah dia malah memperoleh keturunan.Padahal dulu Putri Remi sempat naksir berat dengan ayah Sembara, Prabu Malaki, saat sang maharaja ini masih berstatus pangeran.Walaupun Prabu Malaki kala itu juga menyukainya, namun sang Prabu ini tak mungkin mengkhianati tiga istrinya, Permaisuri Kinanti, Putri Galuh dan Tengku Mimi.Apalagi kala itu Prabu Dipa masih hidup dan bertahta, serta menjadi seorang selir yang sangat disayangi saudara kembarnya itu.Siapa menduga perjalanan hidup Putri Remi malah jadi membulet kayak benang kusut, tak di nyana dia malah hamil dan melahirkan seorang bayi calon bangsawan tinggi.Setelah satu hari bersama sang putra Prabu Malaki ini, di gua milik bekas Pandekar Asmara
“Bangkitlah Pangeran Sembara…syukurlah kamu pulang seminggu sebelum peresmian kamu sebagai Putra Mahkota…istri kamu Putri Ranina sudah ada di sini sejak 7 bulan yang lalu, silahkan kamu temui dia, kasian siang malam selalu termenung memikirkan dirimu,” ceplos Prabu Malaki sambil tersenyum.Sembara lalu bangkit, andai tak di tegur Prabu Malaki ia akan langsung terbang saja menuju kamar Istana di mana istrinya berada.Setelah memberi hormat pada Perdana Meneri Ki Burdah, Panglima Dusman dan Ki Parimpi, Sembara lalu permisi dengan mundur perlahan dan dia benar-benar bak terbang menuju kamar di mana istrinya berada.“Dusman, Parimpi, Burdah…kalian lihatkan kesaktian Sembara makin hebat saja, entah belajar dengan siapa lagi dia selama 2 tahunan ini!” Dusman dan Ki Parimpi serta Ki Burdah langsung mengangguk.Ke empatnya kemudian kembali rapat khusus, terkait pengangkatan Sembara sebagai putra mahkota dan pastinya kejutan buat sang pangeran ini.Begitu masuk ke kamar di mana istrinya sedang
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma