“Hemm kamu terlalu pongah mata biawak, terimalah jurusku ini, yang akan mencabut nyawa busuk kamu itu!” seru Putri Remi marah dan cepat dia menerjang.Hawa panas berkelebat dan Sembara membuang diri ke kiri lalu berjungkir balik. Karena bukan hanya Putri Remi yang menyerangnya, juga Dua Pendekar Bayangan, Dulung dan Nyai Dina juga ikut menyerang.Termasuk 3 orang yang tak Sembara kenal, serangan serentak ini sangat dahsyat, sehingga Sembara tak mau menahan, tapi sengaja menghindar sekalian ingin mengukur kekuatan semua musuhnya.Sementara Ranina juga sudah di keroyok 5 orang lainnya, Sembara sempat melirik dan bersiaga, kalau-kalau istrinya ini kewalahan.Sembara bisa mengukur, dari semua penyerangnya ini, yang paling berbahaya pastinya serangan Putri Remi dan Dua Pendekar Bayangan ini.Tapi serangan Dulung juga tak bisa dianggap remeh, kesaktian Dulung juga sangat tinggi, apalagi setelah dia mencabut pedangnya, serangan dahsyat selalu keluar dari pedang ini.Nyai Dina juga tak mau ka
Kenapa Ranina merajuk, tak lain dan tak bukan gara-gara ucapan Putri Remi yang menyinggung hubungan Sembara dengan Nyai Dina.Namun bukan pendekar romantis namanya kalu tak bisa membujuk istrinya, sehingga setelah merajuk, keduanya malah kembali bermesraan, bahkan kadang menggebu-nggebu.Ranina tak sadar, sikapnya ini menurun dari neneknya Putri Selasih yang jaman dulu juga cemburuan dengan Prabu Kerta. Hingga hubungannya dengan sang permaisuri tak pernah akur sampai Permaisuri Kirna mangkat. Padahal keduanya masih ada pertalian keluarga, karena nenek mereka bersaudara.Namun Selasih cemburu karena sepupunya itulah yang justru terpilih sebagai permaisuri dan Selasih hanya jadi selir Prabu Kerta.Namun, Raja Kerta atau kakek Sembara dan Ranina itu seorang raja flamboyan, semakin di cemburui malah makin nambah selir.Total Prabu Kerta memiliki 25 selir dan memiliki puluhan anak, ada juga selirnya yang tak memiliki anak. Raja Kerta adalah seorang raja yang sangat romantis sejak masih jad
“Nek Bungkin, aku masih berbaik hati tidak membunuh kamu dan Soha ini, cepat serahkan kitab itu, atau aku malam ini terpaksa membunuh kalian berdua,” ancam Sohail pelan-pelan mendekat. Nenek Bungkin kini berdiri sempoyongan, serangan yang dilancarkan Sohail sangat kuat dan si nenek ini pun sadar, Sohail yang juga bekas jagoan dari Kerajaan Mongol, namun tak mau lagi pulang ke kerajaannya karena takut mendapat hukuman dari rajanya ini bukan tandingan si nenek Bungkin, kesaktian Sohail jauh lebih tinggi dari si Nenek Bungkin, termasuk Soha. “Dasar keras kepala, berkali-kali ku bilang tetap saja ngotot, mau kamu bunuh pun aku tak bisa memberikan kitab itu, karena memang tidak ada padaku dan juga Soha!” bentak Nenek Bungkin kesal, Soha terlihat hanya diam saja, dia seakan bingung melihat kedua orang ini saling debat. “Bedebah, aku terpaksa membunuh kalian, aku lupakan kita pernah berteman dan rekan satu perjuangan!” Sohail lalu melancarkan serangan mautnya ke Nenek Bungkin dan Soha.
Soha dan nenek Bungkin kaget karena Sembara hanya datang sendiri, tanpa di dampingi istrinya Ranina.Padahal tadi malam Sembara sudah mengatakan, ia akan datang menyerahkan kitab ini bersama istrinya itu.“Dia…harus kembali ke..Istana!” itulah jawaban sekenanya Sembara, karena ia tak tahu kemana istrinya pergi meninggalkan dirinya, apalagi saat ini sedang berbadan dua.Nenek Bungkin dan Soha akhirnya tak lagi bertanya soal ini, karena tak enak bertanya soal pribadi, sebab ini sudah masuk ke dalam ranah privasi pendekar sakti ini.“Ohhh…ya sudah…oh ya Sembara, Soha, aku harus harus pergi dulu, karena aku ada perjanjian yang harus ditepati dengan seseorang. Kita kelak bertemu di Bukit Katibam, tempat tinggalku. Sembara ku minta bantulah dulu Soha mempelajari kitab itu, kelak kalau Soha sudah paham dan aku kembali ke Bukit Katibam, aku lah yang akan membimbingnya lagi…selamat tinggal!”Nenek Bungkin lalu melompat tinggi dan dia tak menunggu jawaban Sembara dan juga Soha, tak lama kemudia
“Ranina…coba kamu jelaskan, apakah Sembara atau suami kamu itu begitu jahat, sehingga kamu meninggalkannya, padahal kamu sedang berbadan dua. Coba jelaskan pada bunda dan ayahanda prabu, kalau dia jahat kami berdua yang akan mencarinya dan menghukumnya!” terdengar tegas dan nge-gas suara sang permaisuri jelita ini, walaupun usianya sudah hampr kepala 5.Ranina kaget juga, tapi sejurus kemudian Ranina malah terlihat malu-malu, Tengku Mimi dan Prabu Malaki kembali saling pandang, tadi mewek kini malah malu-malu, ada apa ini? hingga keduanya makin bingung saja melihat kelakuan Ranina yang aneh ini.Dan akhirnya meluncurlah kisah Ranina yang membuat Prabu Malaki senyum-senyum sendiri, ingat kelakuan dia saat muda bersama ke tiga istri-istrinya.Kelakuan Ranina sama persis kelakuan Tengku Mimi saat muda dulu, sehingga Prabu Malaki tertawa kecil dan membuat keponakan sekaligus menantunya ini makin tertunduk malu, sampai pipinya yang putih mulus bersemu merah.“Ohh hanya itu, artinya bawaan
Dua bulan setelah berpisah dengan Soha, Sembara terus berkelana kemana-mana, Sembara juga menyebarkan tangan besinya pada para penjahat yang ia temui dalam perantauan dan suka mengganggu warga.Sehingga makin terkenalnya nama Pendekar Romantis, karena usai menghajar para penjahat, Sembara suka sekali berdendang dengan suling bambu yang ia beli.Lagu-lagunya otomatis kerinduannya pada seorang wanita, inilah yang membuat julukan Pendekar Romantis makin membuat semua penjahat ketakutan, kalau mendengar bunyi suling dengan nada-nada merindukan seseorang, pastilah itu sang pendekar ini yang lewat.Otomatis para penjahat harus cepat-cepat pergi kalau mendengar bunyi suling ini, kalau bertemu dengan Sembara sama dengan mencari penyakit. Nama asli Sembara pun malah tenggelam, kalah tenar dengan nama Pendekar Romantis atau Tuan Pero, julukan yang diberikan orang-orang padanya, tapi ia juga tetap memasang telinga untuk melacak keberadaan istrinya, Ranina atau sesekali Amanda.Sayangnya Semba
Suki yang penasaran melihat rekannya belum berhasil merobohkan pemuda ini lalu meminta rekannya segara cabut pedang.“Kita selesaikan segera Miu, bikin lama saja!” teriak Suki. Sratttt…Miu pun mencabut pedang dan kini serangan Miu makin ganas saja. Si pemuda ini ternyata sangat lihai dia pun tetap enteng-enteng saja menghindar.Suki yang melihat rekannya malah seperti di permainkan panas juga, dia pun maju membantu dan kini di pemuda asing ini dikeroyok dua wanita cantik ini.Namun si pemuda ini memang hebat, merasa cukup main-main, dia merubah gaya silatnya, kini dia melompat lalu dialah yang kini menerjang keduanya, sehingga dua wanita ini jatuh lintang pukang.Tapi tak ada yang terluka, hanya pedang keduanya terlempar, tanda mereka sudah kalah secara telak dan memalukan, apalagi disaksikan puluhan warga.“Awassss kamu…tunggu pembalasan kami!” Suki mendengus marah, kedua pun lalu bangkit dan pergi dengan cepat sambil memungut pedang-pedang mereka.Pemuda ini seakan cuek saja, dia me
Setelah hampir 3,5 jam, menjelang sore Sembara dan Hashimi sampai juga di Lembah Anai, lembah ini ternyata sangat indah, karena berada di sisi bukit pegunungan meratus.Dari lembah ini terlihat hamparan hutan yang menghijau, juga nun jauh di sana kampung tadi barusan mereka tinggalkan, terlihat asap dari rumah warga, lalu seakan membentuk halimun tipis.Sebagai pria romantis, otomatis Sembara terdiam sambil memandang keindahan alam ciptaan Tuhan ini, hatinya mendadak damai dan sesaat sifat ganas dalam dirinya hilang.Namun dia tak bisa lama-lama memandang ke indahan alam ini, karena Hashimi menowel lengannya.“Bang…lihat Dawina dan anak buahnya sudah datang!” mendengar suara ini, otomatis Sembara pun menoleh dan ia kini memandang rombongan Dawina.Bukan Dawina yang menarik perhatiannya, tapi seorang kakek tua yang terlihat bongkok dan berwajah serius dan menatap dirinya dengan tatapan sangat tajam dan menusuk.Sepintas Sembara sudah bisa menggambarkan betapa kuatnya kesaktian kakek in