Sembara akhirnya memutuskan, tak mau mempelajari ilmu dahsyat itu, karena Ranina menolak keras mempelajari ilmu puncak jurus asmara milik pendekar wanita Nenek Rayi, yang ternyata peninggalan Pendekar Asmara, mantan suaminya dulu.“Agaknya ilmu Puncak Jurus Asmara ini cocok di pelajari cicitnya, yakni Soha…dimanakan dia kini..?” batin Sembara, termenung.Sembara lalu meneruskan membaca ilmu tentang pengobatan, di sana tertulis berbagai macam cara mengobati penyakit ringan hingga yang paling berat.Inilah yang di baca Sembara sampai setengah hari lebih, sampai perutnya berkeroncongan, saat mencium bau daging di bakar.Sembara pun menyudahi bacaannya, kini keduanya makan daging kijang yang di peroleh Ranina, saat Sembara aseek membaca kitab itu, Ranina berburu kijang, dengan kesaktiannya yang tinggi.Sebentar saja dia sudah memperoleh kijang ini dan membakarnya hingga matang, jauh lebih gurih dari ikan yang tadi pagi di masak Sembara.Sembara sampai tertawa kecil melihat kekasihnya ini
Hanya satu hal yang membuat Sembara agak heran, kenapa pengaruh daun ajaib yang bisa membuat orang yang memakannya jadi meningkat gairah libdionya, justru tidak berpengaruh terhadap Ranina.Padahal saat bercerita, sisa 3 daun itu kembali di makan kekasihnya ini, wajah Ranina memang makin ceria, pipinya yang putih glowing juga kemerah-merahan, tapi sikapnya biasa-biasa saja.Tidak ada sikapnya yang menunjukan dia lagi naik libidonya, padahal Sembara dan Dawina dulu sama-sama tak kuat bertahan. Sehingga siang malam mereka bak bulan madu menuntaskan hasrat yang menggebu-nggebu.Ternyata Ranina seakan paham apa yang ada dalam pikiran kekasihnya ini, dia kadang-kadang senyum nakal melihat Sembara menatapnya aneh begitu.“Kenapa…aneh yaa…ngomong saja, aku dah tau apa yang ada dalam hati kamu itu!” pancing Ranina sambil tertawa kecil sambil kadang-kadang menggoda Sembara dan berlompatan dari pohon ke pohon, tujuan mereka kini ke arah Kerajaan Hilir Sungai.Sembara langsung menyusul melompat
Sembara yang tahu suasana hati istrinya ini lalu berbisik agar jangan membunuh para perampok, cukup di beri pelajaran saja. Nasehat Ki Muslimin sangat membekas di hati Sembara, Ranina langsung tersenyum dan mengangguk.Baru saja akan membuka mulut lagi, tiba-tiba si kepala rampok ini terjengkang, lemparan kerikil sebesar kelereng tepat mengenai giginya, hingga 3 gigi depannya yang kuning patah dan mulutnya berlumuran darah.Itulah serangan kecil yang di sentil Ranina dengan jarinya, sebelumnya, Ranina menowel dengan ujung sepatunya lalu kerikil pun ada di tangannya.Saking cepatnya gerakannya, hanya Sembara yang melihat aksi istrinya ini. 14 anak buah si rampok ini kaget dan kini marah bukan main, melihat sang kepala rampok ini sempoyongan dengan mulut berlumuran darah.“Ki Muslimin…mari kita mundur, biarkan istri saya yang akan memberi pelajaran para perampok itu!” ajak Sembara, Ki Muslimin mengangguk, karena dia yakin pasangan yang baru dinikahkannya ini bukan orang sembarangan. R
Sembara dan Ranina kini sudah masuk ke wilayah Hilir Sungai, setelah dua hari hari berlari cepat dan kadang jalan santai, kini keduanya sudah sampai di sebuah kota yang lumayan rame.Ranina bak jinak-jinak merpati, dia tak mau bercinta di alam terbuka. “Ngeri sayang, pas lagi gituan…ketahuan sama orang lain, apa nggak malu, ingat lohh, kamu calon putra mahkota, aku ehemm…permaisuri, mau di taruh di mana wajah kita kalau sampai ketahuan orang!” itulah alasan Ranina, sehingga Sembara terpaksa cengar cengir saja dengan penolakan istrinya ini.Walaupun ibarat kucing, Sembara lagi berahi-berahinya, Ranina pun diam-diam sama, tapi gadis cantik ini punya kelebihan, mampu ngerem nafsunya. Inilah yang membuat Sembara sangat salut dengan istrinya.Kini daerah yang mereka lalui sudah masuk Kadipaten Kuala, dan masuk wilayah kerajaan Hilir Sungai, daerah pinggir sungai Barito yang sangat ramai dan jadi daerah perdagangan yang sangat maju, hampir mirip dengan Kadipaten Pangsa.“Sayang kita cari pe
Sembara dan Ranina berjalan santai mengikuti kemana dua orang itu menuju, mereka sengaja menjaga jarak agar tak begitu kentara dan ketahuan dua orang tersebut.Banyaknya manusia berlalu lalang menolong suami istri ini, sehingga gerakan mereka tak di sadari dua orang yang juga sangat sakti, dan terus mengamati keduanya dari kejauhan.Kini kedua orang itu sudah berjalan ke arah pinggiran kota, lalu begitu sampai di dermaga pinggir sungai, terlihat keduanya berbicara dengan seorang nelayan si pemilik perahu.Kini keduanya sudah jauh berlabuh dengan perahu milik nelayan yang memang sering di sewa para pelancong.Sembara dan Ranina pun juga sama, mereka berdua menyewa perahu dan berlabuh ke tengah, Sembara minta si pemilik perahu agar mengikuti perahu yang jalan duluan, dan kini sudah lumayan jauh berada di tengah Sungai Barito lalu berlayar ke arah Hilir.Ranina malah sedikit lupa kalau mereka sedang mengikuti perahu milik kedua orang yang bikin dia dan Sembara penasaran, karena melihat p
“Hemm kamu terlalu pongah mata biawak, terimalah jurusku ini, yang akan mencabut nyawa busuk kamu itu!” seru Putri Remi marah dan cepat dia menerjang.Hawa panas berkelebat dan Sembara membuang diri ke kiri lalu berjungkir balik. Karena bukan hanya Putri Remi yang menyerangnya, juga Dua Pendekar Bayangan, Dulung dan Nyai Dina juga ikut menyerang.Termasuk 3 orang yang tak Sembara kenal, serangan serentak ini sangat dahsyat, sehingga Sembara tak mau menahan, tapi sengaja menghindar sekalian ingin mengukur kekuatan semua musuhnya.Sementara Ranina juga sudah di keroyok 5 orang lainnya, Sembara sempat melirik dan bersiaga, kalau-kalau istrinya ini kewalahan.Sembara bisa mengukur, dari semua penyerangnya ini, yang paling berbahaya pastinya serangan Putri Remi dan Dua Pendekar Bayangan ini.Tapi serangan Dulung juga tak bisa dianggap remeh, kesaktian Dulung juga sangat tinggi, apalagi setelah dia mencabut pedangnya, serangan dahsyat selalu keluar dari pedang ini.Nyai Dina juga tak mau ka
Kenapa Ranina merajuk, tak lain dan tak bukan gara-gara ucapan Putri Remi yang menyinggung hubungan Sembara dengan Nyai Dina.Namun bukan pendekar romantis namanya kalu tak bisa membujuk istrinya, sehingga setelah merajuk, keduanya malah kembali bermesraan, bahkan kadang menggebu-nggebu.Ranina tak sadar, sikapnya ini menurun dari neneknya Putri Selasih yang jaman dulu juga cemburuan dengan Prabu Kerta. Hingga hubungannya dengan sang permaisuri tak pernah akur sampai Permaisuri Kirna mangkat. Padahal keduanya masih ada pertalian keluarga, karena nenek mereka bersaudara.Namun Selasih cemburu karena sepupunya itulah yang justru terpilih sebagai permaisuri dan Selasih hanya jadi selir Prabu Kerta.Namun, Raja Kerta atau kakek Sembara dan Ranina itu seorang raja flamboyan, semakin di cemburui malah makin nambah selir.Total Prabu Kerta memiliki 25 selir dan memiliki puluhan anak, ada juga selirnya yang tak memiliki anak. Raja Kerta adalah seorang raja yang sangat romantis sejak masih jad
“Nek Bungkin, aku masih berbaik hati tidak membunuh kamu dan Soha ini, cepat serahkan kitab itu, atau aku malam ini terpaksa membunuh kalian berdua,” ancam Sohail pelan-pelan mendekat. Nenek Bungkin kini berdiri sempoyongan, serangan yang dilancarkan Sohail sangat kuat dan si nenek ini pun sadar, Sohail yang juga bekas jagoan dari Kerajaan Mongol, namun tak mau lagi pulang ke kerajaannya karena takut mendapat hukuman dari rajanya ini bukan tandingan si nenek Bungkin, kesaktian Sohail jauh lebih tinggi dari si Nenek Bungkin, termasuk Soha. “Dasar keras kepala, berkali-kali ku bilang tetap saja ngotot, mau kamu bunuh pun aku tak bisa memberikan kitab itu, karena memang tidak ada padaku dan juga Soha!” bentak Nenek Bungkin kesal, Soha terlihat hanya diam saja, dia seakan bingung melihat kedua orang ini saling debat. “Bedebah, aku terpaksa membunuh kalian, aku lupakan kita pernah berteman dan rekan satu perjuangan!” Sohail lalu melancarkan serangan mautnya ke Nenek Bungkin dan Soha.