Sebelum pergi merantau, Sembara menerima surat dari Amanda yang dititipkan pada Ki Parimpi, Amanda pamit kembali pulang ke negaranya, demi keamanannya sendiri.Pertempuran antara pasukan Portugis dan juga pasukan Hilir Sungai hingga berbulan-bulan, membuat gadis bule cantik ini tak merasa aman lagi tinggal di Kota Bajama.Amanda berjanji akan kembali ke Bajama kalau kondisi sudah membaik dan pastinya aman bagi dia, Amanda pun bilang sangat mencintai Sembara dan ingin hidup bersama kelak.Setelah hampir dua bulanan, Sembara akhirnya sampai juga ke wilayah Kerajaan Barito Barat, tak jauh beda dengan Kota Bajama, kota ini sangat rame, karena memiliki pelabuhan sungai yang sangat rame.Kerajaan ini juga memiliki sungai yang luas dan panjang, yakni Sungai Mentaya, serta jadi pusat lalulintas seluruh warganya, juga kapal-kapal asing yang hilir mudik di sungai besar ini.Di sini tentunya beda dengan Hilir Sungai, tak ada yang kenal dengan Sembara, terlebih cara berpakaiannya juga tak jauh be
Cuaca sangat dingin, halimun tipis berarak mengelilingi Gunung Sarunai yang sangat indah, walaupun bukan gunung aktif. Tapi gunung ini membuat lahan di kaki bukitnya subur dan berhutan lebat. Di sekitaran gunung inilah Prabu Punai, Maharaja Barito Barat yang terguling mengungsi, sambil menyusun kekuatan bersama ribuan pengikutnya. Tak sampai 2 jam, Sembara, Badui dan Gado kini sudah tiba di depan pondok-pondok sederhana, yang menjadi tempat tinggal Prabu Punai dan pengikutnya tersebut. Puluhan orang langsung menyambutnya, kedua orang ini membawa langsung dan diiringi puluhan orang tadi ke tempat tinggal Prabu Punai. Ternyata pondok sang maharaja terguling ini tak jauh beda dengan pondok-pondok para pengikutnya, sederhana dan terlihat sang raja ini tak ingin menonjolkan diri. Begitu tiba di depan pondok itu, keluarlah Raja Punai dari pondoknya. Pakaiannya pun sederhana dan yang membuat Sembara kagum, senyumnya terlihat sangat berwibawa, tak beda jauh dengan ayahnya, Prabu Malaki.
“Darimana kamu tahu namaku..!” terdengar ketus suara Ranina. Sembara kini tersenyum, setidaknya Ranina masih ingat namanya sendiri.“Masa kamu lupa denganku…aku Sembara…sepupu dan kekasih kamu Ranina?”“Hmm…Sembara…serasa pernah dengar nama itu…ahhh sudahlah pusing kepalaku mengingat, sekarang bersiaplah kamu mati, karena kamu sudah membunuhi sangat banyak pasukanku!”Tanpa menunggu jawaban Sembara, Ranina yang kembali lupa siapa Sembara langsung menyerangnya dengan dahsyat.Sembara pun terpaksa menghindar, ia kaget juga, kesaktian Ranina malah meningkat drastis semenjak mereka berpisah, ketika sama-sama jatuh ke dalam jurang, karena hantaman Dua Pendekar Bayangan.Saat di hantam Ranina, Sembara kaget melihat pasukan Ki Saba terdesak hebat oleh pasukan yang di pimpin Ranina ini.Kalah jumlahlah penyebabnya, Sembara lalu melompat dan dia mengamuk ratusan pasukan Prabu Hara ini, akibatnya sekali menghantam dengan pukulan panas dan dinginnya, 50 orang langsung tewas seketika, saking dahs
“Mohon maaf kakek kalau kami masuk ke gua ini tanpa permisi, sebelumnya aku membawa kekasihku yang sakit..!”“Hei jangan sembangan bicara siapa yang sakit, aku tak sakit dan kamu bukan kekasihku, sekali lagi ngomong kekasih aku tebas leher kamu, ehh pedangku jadi tikus..hiii” Ranina langsung protes dengan ucapan Sembara barusan, sekaligus jijik dengan pedangnya yang berubah jad tikus besar.Si Kakek ini malah menonton saja sambil mengambil cerutunya dan kini, dan malah duduk menonton dua orang menarik ini saling berbantahan.“Heiii hajarr sekalian pria itu, kalau dia kurang ajar sama kamu, hi-hi-hi!” si kakek ini malah mengompori Ranina, dia juga mengambil arak dan kini baginya melihat Sembara dan Ranian bertengkar adalah sebuah tontonan yang mengasyikan.“Oh ya…emank kakek liat saat aku pingsan dia berbuat kurang ajar?” Ranina yang tak sadar dalam pengaruh hipnotis kakek ini langsung bertanya dan sikapnya kini siaga, seperti mau menyerang Sembara.“Iya donkk…bisa saja saat kamu pings
“Biarkan saja, itu tanda obat ramuan sudah bekerja, sebentar lagi dia akan sehat kembali..!” cegah Ki Talang, hingga Sembara membiarkan Ranina terus begitu.Setelah meracau, Ranina kembali tertidur, sehingga Sembara bisa tenang dan melanjutkan bercakap-cakap dengan Ki Talang.Ki Talang banyak bertanya soal perang melawan Portugis dan dia juga menyebutkan soal kerajaan Barito Barat yang kacau semenjak di ambil alih Prabu Hara, saudara Prabu Punai.“Baguslah kalau kamu bantu Prabu Punai, dia raja yang baik dan selalu dekat dengan rakyatnya, Prabu Hara sebaliknya, makanya aku tadi sangat jengkel melihat kekasih kamu itu pakai baju perwira itu!” Kini Sembara paham, kenapa sebelumnya Ki Talang bersikap ketus pada dirinya dan juga Ranina, ternyata ini penyebabnya.“Itulah kek yang bikin aku penasaran, kenapa tiba-tiba Ranina sampai berbaju perwira Kerajaan Barito Barat ini, ada apa sebenarnya?”“Iyah…kamu bantulah dia mengingat kembali apa yang terjadi, racun dalam tubuhnya sudah habis ke
Kenapa Portugis sangat ngeri dengan pasukan Prabu Punai, padahal dari segi persenjataan pasukan ini lebih lengkap dari pasukan Prabu Punai.Ternyata mereka ketakutan saat tahu Sembara ada dalam pasukan itu, dan telik sandi mereka yang hebat juga tahu, Sembara sudah mengontak komandan di perbatasan agar mengirimkan 10 ribu pasukan Kerajaan Hilir Sungai yang memiliki senjata serupa dengan milik bangsa Portugis, untuk membantu Prabu Punai merebut tahtanya kembali.Belum lagi diam-diam Prabu Punai sudah meminta bantuan Kesultanan Surata (setelah rajanya muslim, berubah jadi kesultanan) yang dengan senang hati menambah 10 ribu pasukan buat Prabu Punai ini.Inilah yang membuat bangsa kulit putih ini tak mau kalah dua kali, mereka kembali ke komitmen awal, yakni tidak menjajah langsung, tapi akan ‘menjajah’ secara ekonomi.Sehingga saat pasukan besar Prabu Punai masuk ke Kota Teweh, tak ada perlawanan besar-besaran, pertempuran hanya terjadi di beberapa titik, korban pun hanya ratusan orang,
Sembara tiba di mana sumber suara Ranina, ia berkali-kali memanggil gadis cantik itu, namun kini kebingungan, karena suara Ranina kembali menghilang.Sembara sampai di bibir sebuah jurang yang sangat dalam, dengan bantuan bulan yang mulai terang, Sembara menatap ke bawah dan alangkah kagetnya ia meliat nun jauh di bawah sana ada gerakan dan Sembara sampai memicingkan mata, agar bisa melihat lebih jelas.Dan Sembara pun yakin itu Ranina, karena pakaiannya yang terlihat samar-samar, Sembara yang kini sudah memiliki kesaktian sangat tinggi, tanpa ragu langsung melompat ke dalam jurang ini, dengan menotol-notol badannya ke dinding jurang, dan memegang akar-akaran yang menonjol, Sembara dalam waktu singkat sudah sampai di mana tubuh Ranina tertahan akar.Saat dekat dengan Ranina, Sembara kaget kekasihnya yang memiliki kesaktian tinggi ini pingsan dan tubuhnya masih terlilit akar-akaran.Inilah yang menolong Ranina terjatuh langsung ke bawah, Sembara langsung menarik pelan tubuh Ranina dari
Sembara akhirnya memutuskan, tak mau mempelajari ilmu dahsyat itu, karena Ranina menolak keras mempelajari ilmu puncak jurus asmara milik pendekar wanita Nenek Rayi, yang ternyata peninggalan Pendekar Asmara, mantan suaminya dulu.“Agaknya ilmu Puncak Jurus Asmara ini cocok di pelajari cicitnya, yakni Soha…dimanakan dia kini..?” batin Sembara, termenung.Sembara lalu meneruskan membaca ilmu tentang pengobatan, di sana tertulis berbagai macam cara mengobati penyakit ringan hingga yang paling berat.Inilah yang di baca Sembara sampai setengah hari lebih, sampai perutnya berkeroncongan, saat mencium bau daging di bakar.Sembara pun menyudahi bacaannya, kini keduanya makan daging kijang yang di peroleh Ranina, saat Sembara aseek membaca kitab itu, Ranina berburu kijang, dengan kesaktiannya yang tinggi.Sebentar saja dia sudah memperoleh kijang ini dan membakarnya hingga matang, jauh lebih gurih dari ikan yang tadi pagi di masak Sembara.Sembara sampai tertawa kecil melihat kekasihnya ini