“Ngga apa-apa nih…?” Dawina agak sangsi saat melihat daun yang ada di lengan Sembara, dia lalu mengambil dan mencium-cium daun itu, tak berbau apa-apa, rasanya pun agak hambar saat lidahnya yang merah merasai.Tanpa Dawina sadari, semua kelakuannya di pandang dengan tajam Sembara, tapi saat Dawina menatap wajah pemuda ini, sikap Sembara kembali seperti biasa.“Aku sudah minum 3 lembar, tau nggak pas tadi latihan, pukulanku makin kuat dan bertenaga!” ceplos Sembara sambil tertawa.Dawina kini menatap Sembara yang agak beda dari biasanya, terlihat semacam kegembiraan dan juga kegairahan dari pandang matanya itu.Mata Sembara sebenarnya sangat indah, ini menurun langsung dari Rani ibunya, yang dulu sering di puji Prabu Malaki, kala memadu kasih dengan cinta pertamanya itu.Di tatap begitu, Sembara makin memperlebar senyumnya, hingga Dawina jadi malu sendiri, kenapa Sembara sangat berubah hari ini.Lebih banyak senyum dan juga tertawa, lama-lama Dawina yang sama penasaran, lalu diapun mul
Baca selengkapnya