Jelang tengah malam, Sembara kecapekan membaca, apalagi hanya diterangi api unggun yang beberapa kali dia tiup dan di tambahkan kayu dan ranting kering kalau redup.Ini juga sekaligus melindungi Dawina yang terlihat sangat tekun bersemedhi agar tidak di gigit nyamuk atau di ganggu binatang melata lainnya.Sembara sempat melirik Dawina, lalu dia pun mencoba memperaktikan cara semedhi yang barusan dia baca di kitab Pendekar Asmara tersebut.Kini diapun tenggelam dalam semedhinya, panca inderanya seakan tertutup, karena dia mengamalkan baca-bacaan yang sangat mudah dia hapal.Paginya Sembara tak sadar saat Kakek Manyan dan Nyai Rombeng bergantian membaca kitab yang tergeletak di depan Sembara bersemedhi dan kini diperhatikan Dawina yang sudah sejak tadi menghentikan semedhinya, rupanya tak ada yang membangunkannya dari semedhi.Kini ketiganya malah sarapan sambil memanggang kijang besar, yang entah darimana di peroleh Kakek Manyan, bau kijang di bakar inilah yang membangunkan Sembara da
Setelah 10 bulanan, Kakek Manyan dan Nyai Rombeng memanggil Sembara dan Dawina, kedua murid mereka yang sedang berlatih ini kaget, karena tak biasanya kedua guru mereka yang sudah beranggapan sebagai suami istri ini meminta mereka datang ke pondok, yang selama ini dipakai kedua kakek dan nenek sakti buat bercinta.Setelah duduk berhadapan, Kakek Manyan lalu mengatakan kalau hari ini dia bersama Nyai Rombeng akan memenuhi undangan tiga musuh besar mereka.“Kami harus berangkat, karena tantangan ini sangat tak mungkin kami berdua hindari, dia merupakan musuh lama kami berdua!” Kakek Manyan menghela nafas panjang.Kagetlah Sembara dan Dawina, karena selama ini kedua guru mereka ini tak pernah mengungkapkan kalau punya musuh besar.“Guru…apakah kami boleh ikut dan membantu?” Sembara memotong ucapan Kakek Manyan dengan hati-hati.Kakek Manyan langsung menggeleng, Nyai Rombeng hanya diam mendengarkan, nenek galak yang selama ini bawel seakan menyerahkan sepenuhnya soal ini ke ‘suaminya’.“I
“Ngga apa-apa nih…?” Dawina agak sangsi saat melihat daun yang ada di lengan Sembara, dia lalu mengambil dan mencium-cium daun itu, tak berbau apa-apa, rasanya pun agak hambar saat lidahnya yang merah merasai.Tanpa Dawina sadari, semua kelakuannya di pandang dengan tajam Sembara, tapi saat Dawina menatap wajah pemuda ini, sikap Sembara kembali seperti biasa.“Aku sudah minum 3 lembar, tau nggak pas tadi latihan, pukulanku makin kuat dan bertenaga!” ceplos Sembara sambil tertawa.Dawina kini menatap Sembara yang agak beda dari biasanya, terlihat semacam kegembiraan dan juga kegairahan dari pandang matanya itu.Mata Sembara sebenarnya sangat indah, ini menurun langsung dari Rani ibunya, yang dulu sering di puji Prabu Malaki, kala memadu kasih dengan cinta pertamanya itu.Di tatap begitu, Sembara makin memperlebar senyumnya, hingga Dawina jadi malu sendiri, kenapa Sembara sangat berubah hari ini.Lebih banyak senyum dan juga tertawa, lama-lama Dawina yang sama penasaran, lalu diapun mul
Empat bulan sudah Kakek Manyan dan Nyai Rombeng belum juga kembali, sementara hubungan Sembara dan Dawina terus terpupuk dengan subur.Baik Dawina dan Sembara merasakan cinta pertama mereka yang sangat menggebu-ngebu. Dawina juga sama dengan Sembara, enggan bicara tentang asal usulnya, sehingga keduanya sama-sama menyimpan rapat soal siapa orang tuanya.Keduanya kini beranggapan sudah suami istri dan tak sungkan bersayang-sayangan dimanapun mereka berada, walaupun belum pernah melakukan upacara apapun.Suatu hari usai bercinta dan berlatih, keduanya kaget saat mendengar suara seseorang.“Ckckckc…benar-benar menurun kelakuan guru kalian,” alangkah kagetnya Sembara dan Dawina, yang saat itu sedang berpelukan dalam pondok tanpa tanpa sehelai benang sama sekali, keduanya buru-buru berpakaian, selama lebih dari setahun, baru kali ini ada seseorang yang datang ke pondok guru mereka ini.Setelah berpakaian kembali keduanya bak terbang sudah berada di halaman, dan terlihat seorang wanita tua
Setelah debar jantungnya normal lagi, Nyi Sumi terdiam sesaat, tangannya sudah terangkat ingin memukul kepala Sembara, niatnya ingin menghabisi nyawa pemuda ini. Namun, saat melihat tubuh Dawina yang pingsan dia berubah pikiran, apalagi telinganya yang tajam mendengar suara yang aneh. Nyi Sumi lalu dengan gerakan yang sangat cepat mengangkat tubuh Dawina, walaupun badannya kurus, tapi tubuh gadis cantik itu tak berasa berat baginya. Lalu dalam sekejab diapun menghilang sambil memanggul tubuh Dawina dan menghilang dari sana. 10 menitan kemudian nampaklah seorang lelaki yang sangat tua, bahkan badannya agak bungkuk saking tuanya. Orang itu nampaknya jalan perlahan, padahal kalau diperhatikan langkahnya luar biasa cepatnya, tak kalah dari Nyi Sumi. Kini dia sudah sampai di dekat tubuh Sembara yang pingsan dan menderita luka dalam yang parah. “Hmmm…pukulan beracun, pasti wanita sakit hati itu lagi yang bikin masalah,” gumamnya seorang diri. Lalu dengan tongkatnya dia menotok sana s
Terlalu lama kita meninggalkan Ranina yang di bawa Putri Remi, mari kita ikuti petualangan Ranina dan Putri Kesha bersama Putri Remi.Setelah Sembara dan Dalman kalah telak melawan mantan selir Prabu Dipa ini, sesuai perjanjian Ranina lalu mengikuti Putri Remi ke tempat persembunyiannya.Putri Remi tentu saja tak pernah bercerita kepada Putri Kesha apalagi Ranina, kalau dia merupakan buronan paling di cari Kerajaan Hilir Sungai.Sehingga Ranina tak menyadari, kenapa setelah pertarungan itu, Putri Remi tergesa-gesa membawanya pergi dari sana, apalagi setelah tahu Dalman adalan salah seorang perwira muda Kerajaan Hilir Sungai.Putri Remi tak ingin kehadirannya mengundang perhatian para prajurit lainnya, walaupun dia tak takut, tapi kalau menghadapi ribuan prajurit, sama dengan mati konyol, walaupun kesaktiannya tinggi.Itulah kenapa dia pergi sejauh-jauhnya dari pusat kerajaan ini dan bertempat tinggal di tengah-tengah perbatasan antara Kerajaan Hilir Sungai dan Kerajaan Surata, yang te
Ranina dan Putri Kesha benar-benar jadi magnet luar biasa di pesta ini, Raja Tago sampai menyambangi kedatangan Putri Remi bersama kedua muridnya ini.Putri Remi tentu saja ada keterkaitan dengan Raja Surata, karena sang maharaja ini memiliki seorang selir yang merupakan saudaranya sendiri.Tanpa malu-malu, Raja Tago menyalami dan menatap lekat-lekat wajah Ranina dan Putri Kesha, hingga kedua gadis jelita ini langsung bersujud hormat sambil menghindari tatapan liar sang Maharaja ini.Saat Pangeran Hasom ingin bergerak, tanpa dia duga, lengannya langsung dipegang ibunya yang juga permaisuri, atau istri dari Raja Tago.“Kamu jangan bikin malu, jangan tunjukan ketertarikan kamu pada dua wanita cantik itu di hadapan baginda dan tamu undangan,” bisik permaisuri, yang sudah tak aneh dengan sifat playboy suaminya itu.Pangeran Hasom langsung berubah mukanya, tak senang melihat ayahnya yang dia anggap terlalu mata keranjang dan seakan tak pernah puas dengan wanita.Ada seorang pangeran lagi y
Ranina dan Putri Kesha langsung bersujud layaknya menghormat seorang putra mahkota dan pastinya orang yang bakal jadi raja berikutnya kelak.Pangeran Hasom terlihat mendongakan wajahnya, menunjukan keangkuhan dan pastinya kedudukannya, hingga Ranina dan Putri Kesha hilang respecknya seketika.Kalau Ranina masih tersenyum, tapi sebenarnya senyum ejekan, Putri Kesha malah makin diam sambil mengalihkan pandangan ke lantai, kesannya menunduk hormat, padahal si putri jelita ini malas menatap wajah Pangeran Hasom, yang walaupun tampan tapi angkuh.Prabu Tago lalu memerintahkan agar mayat ke 5 orang itu disingkirkan, pesta terpaksa dibubarkan saat itu juga, karena adanya kejadian luar biasa ini.Semua tamu pun rame mengisahkan kejadian luar biasa ini, karena baru kali ada pembokong yang nekat ingin menghabisi Prabu Tago, di tengah acara resmi kerajaan lagi dan di tonton banyak tamu undangan VVIP, serta penjagaan yang super ketat.Yang tak kalah menghebohkan lagi tentu saja nama Putri Kesha d