All Chapters of Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas: Chapter 131 - Chapter 140

237 Chapters

132. SEPEDAS BON CABE LEVEL 50 (Bagian B)

132. SEPEDAS BON CABE LEVEL 50 (Bagian B)Sepertinya Bang Gery ini mau bersikap ‘ndablek’, mau masa bodoh dengan apapun yang kami ucapkan. Karena dia terlihat dengan lahap memakan makanan yang ada di piringnya, tanpa menghiraukan kami yang berdiri di sini dan menatap dirinya dengan pandangan jijik. Dia bahkan tidak menghiraukan pandangan membunuh yang Ibu layangkan padanya.“Enak sekali masakan kamu, Dek!” katanya sambil tersenyum puas.Dasar tidak tahu diri! Makiku dalam hati.“Beruntung banget Abang punya istri kayak kamu,” katanya kembali memuji Kak Ambar.Namun sepertinya Kak Ambar sudah terlanjur jijik dengan Bnag gery, karena aku bisa melihat dia memalingkan wajah dan membuat gestur muntah.“Iya, tapi anakku yang tidak beruntung punya suami seperti kau!” kata Ibu dengan ketus.Bang Gery terdiam namun sebentar kemudian dia langsung tersenyum lebar seolah tak mendengar nada ketus Ibu, aku salut sih. Mukanya tebal sekali, pasti stok rasa malunya sudah habis. Makanya dia tidak puny
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

133. POV AJENG (Bagian A)

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas133. POV AJENG (Bagian A)POV AJENG"Be—beneran, Bu?" tanya Gery dengan suara serak.Karena dia tadi memang tersedak dengan sangat hebat, terbatuk-batuk sampai membungkuk. Aku bahkan tadi sempat khawatir, kalau Gery bakalan mati dan rumahku dijadikan TKP.Tapi Alhamdulillah, dia membaik setelah minum dua gelas air. Tadinya sih dia berharap Ambar yang mengambilkan, tapi sayangnya Ambar malah berpaling dan tidak mau melihat Gery barang sedetikpun.Aku dan Ellen menahan tawa bersamaan, menantuku itu malahan santai memakan keripik pisang. Aku senang melihatnya, setidaknya dia tidak terpuruk akan kejadian kemarin.Atau karena hanya dia belum tahu? "Bu, beneran Ibu nggak bakal ngasih Ambar apa-apa?" tanya Gery lagi. "Jangan begitu, dong, Bu," katanya merayu.Ucapannya menyentak lamunanku tentang kehidupan Galuh dan Ellen selanjutnya, mataku beralih menatap mantan menantu kesayanganku itu dengan pandangan jijik.Dan langsung menghela nafas panjang saa
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

134. POV AJENG (Bagian B)

134. POV AJENG (Bagian B)"Bua ha ha ha ha ha ha …." Tawa Ellen meledak kuat, sampai-sampai dia membungkuk memegangi perutnya dan meringis kesakitan."Nduk, kenapa? Sakit?" tanyaku khawatir."Iya, Bu. Sekarang kalau mengangkat yang berat, atau ketawa kuat, kok perut aku sakit, ya?" tanyanya polos.Astaghfirullah, bagaimana aku harus menjawabnya? Mengatakan kalau dia keguguran dan terpaksa di kuret? Tidak mungkin!"Ngapain kamu mengangkat berat-berat? Galuh nggak bisa apa? Memang perlu dikasih pelajaran dia itu," kata Ambar geram."Aku ngangkat galon air kemarin, Kak. Nunggu Bang Galuh kelamaan," jawab Ellen sambil nyengir."Astaghfirullah? Galon air? Ya Allah Nduk, jangan lagi-lagi kamu mengangkat yang berat-berat!" pekikku hampir berteriak.Ellen melihatku dengan heran, "Kenapa, Bu? Aku udah biasa, kok. Wong cuma galon air," katanya lagi.Ya Allah, gimana mau ngomongnya?"Pokoknya jangan, Galuh itu Ibu besarkan, Ibu kasih makan, biar kuat. Biar mengangkat yang berat-berat, dan bantu
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

135. AMBAR EMOSI (Bagian A)

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas135. AMBAR EMOSI (Bagian A)POV ELLENA“Lancang sekali mulutmu, ya!” Istri muda Bang Gery itu terlihat sangat marah, namun aku hanya bersikap santai dan juga masa bodoh. Mau teriak-teriak bagaimanapun juga aku tidak peduli, emang enak gak digubris sama orang lain. Hahahaha ….“Ayo pulang, Bang!” kata Kak Tuti lagi.Bang Gery tidak menunjukkan respon yang berarti dan malah menatap Kak Ambar, seolah berharap Kak Ambar akan menghalangi kepergiannya dan menahannya untuk tetap di sini.“BANG!” teriak Kak Tuti lagi. "PULANG SEKARANG!" pekiknya emosi.Dia terlihat kehabisan akal untuk mengajak suaminya itu agar ikut pulang bersamanya, apalagi saat melihat tatapan Bang Gery yang begitu dalam pada Kak Ambar. Dia pasti merasakan kekesalan yang amat sangat, siapa sih yang tidak kesal melihat suami kita menatap wanita lain sebegitu dalamnya?Padahal yang ditatap Bang Gery itu juga istrinya, sih! Kak Tuti sangat posesif.“Dek, kamu pulang duluan, ya. Abang
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

136. AMBAR EMOSI (Bagian B)

136. AMBAR EMOSI (Bagian B)Sudah tua juga, apa yang ditakutkan?" tanyanya mengejek."Pergi dari sini!" kata Kak Ambar lagi.Terlihat jelas tempramentalnya makin naik dan membumbung tinggi, aku juga pasti begitu jika berada di posisi dia, sih. Pasti hilang kesabaran!"Dek, jangan begitu. Dia ini adik madu kamu, buatkan minum, ya!" pinta Bang Gery dengan lembut.Namun ucapan lembutnya sukses membuat arah Kak Ambar makin menggelegak, dia mengepalkan tangannya dengan kuat dan menampakkan wajah garangnya pada pasangan yang tidak tahu malu itu."Adik? Woi, sadar dong. Umurku itu jauh dibawah umur istri mudamu itu," kata Kak Ambar dengan ketus. "Dan berani-beraninya kamu nyuruh aku buatin minum, malu sedikit! Ini bukan rumah kalian!" Kak Ambar benar-benar terlihat sangat emosi."Ya ampun, Dek. Apa susahnya buatkan minum? Tuti juga capek jalan ke sini, apalagi motorku sama kamu. Kalau enggak kan bisa aku kasih sama dia, biar dia nggak capek kalau mau kemana-mana," kata Bang Gery sok bijak.A
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

137. CERITA BEJO(Bagian A)

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas137. CERITA BEJO(Bagian A)POV GALUH[Bang, aku di rumah Ibu. Ntar, jemput ke sini, ya!]Galuh melihat ponselnya sekilas, sebelum kembali menatap ke depan dan melanjutkan pembicaraannya dengan teman-temannya."Gimana? Wak Ijal galak nggak?" tanya Sugeng sambil mengambil sebiji bakwan dari dalam kantong plastik."Nggak! Ramah banget! Nggak cocok sama muka sangarnya," sahut Galuh antusias."Hah? Masak sih? Bejo pernah di sambit kayu loh, sama Wak Ijal," kata Marwan tak percaya."Hah? Beneran? Kok bisa?" tanya Galuh penasaran.Dia tidak pernah mendengar kisah ini sebelumnya, wajar saja sih sebenarnya. Karena memang Galuh sudah menikah dan jarang nongkrong bareng dengan teman-temannya.Sedangkan teman-temannya banyak yang belum menikah dan masih betah untuk melajang, contohnya ya si Marwan dan juga si Sugeng ini. Entah apa yang mereka tunggu, padahal mereka sudah cukup mapan, mereka juga tampan, dan baik serta sopan.Tapi setiap ditanya, mereka akan
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

138. CERITA BEJO(Bagian B)

138. CERITA BEJO(Bagian B)“Hahhhhh?!” pekik Galuh terkejut. “Seriusan?” tanyanya memastikan.“Iya loh, bahkan sempat di kejar sama Lek Ponidi. Karena dikira mau maling beha istrinya,” kata Marwan lagi.“Serius, lah!” ujar Sugeng yakin. “Untung saja kami bisa meyakinkan Lek Ponidi kalau itu cuma kesalahpahaman, ngeri cuy … Lek Ponidi ngejar sambil bawa-bawa parang panjang!” kata Sugeng sambil bergidik.Galuh langsung menghadap ke arah Bejo yang kini murung, ah, dia pasti merasa tidak enak karena sudah diingatkan pada pengalaman kelamnya. Apalagi sampai dikejar pakai parang panjang, padahal Bejo tidak salah dan hanya salah paham.“Sabar ya Jo,” kata Galuh sambil menepuk bahu Bejo dengan pelan.“Wah, makasih ya, Luh. Baru kamu loh yang denger cerita aku ini tapi nggak ketawa,” kata Bejo terharu.Marwan dan Sugeng serta yang lain kembali tertawa bahagia saat mendengar ucapan yang bejo keluarkan, mereka tertawa puas hingga menghentak-hentak amben yang mereka duduki.“Sialan! Nggak capek a
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

139. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian A)

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas139. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian A)"Assalamualaikum!" Suara Bang Galuh terdengar memasuki gendang telinga kami semua, kami yang sedang duduk di ruang tamu serempak menoleh dan juga menjawab salam secara bersamaan."Waalaikumsalam!" Dia duduk di sampingku setelah menyalami Bapak dan Ibu, wajah suamiku itu terlihat sumringah entah karena apa. Memang kebiasaannya untuk duduk di tongkrongannya itu, bisa membuat dia bahagia karena bisa bertemu dengan teman-temannya.Bagaimanapun juga, aku sadar kalau Bang Galuh juga butuh untuk kumpul-kumpul dengan teman-temannya. Makanya aku tidak pernah melarang dia untuk nongkrong, asal ingat waktu untuk pulang."Gimana, Luh? Lancar belajarnya?" tanya Bang Usman pada Bang Galuh.Suamiku itu mengangguk semangat dan juga tersenyum bahagia, "Lancar, Bang. InsyaAllah jum'at ini, bengkel mulai buka," katanya pelan."Wah, bagus itu! Bapak sama Ibu selalu mendoakan kalian agar bisa sukses, usaha kalian selalu di lanc
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more

140. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian B)

140. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian B)Dia tertawa bahagia, sama seperti Bapak yang langsung menyemburkan tawa. Aku dan yang lain bertatapan bingung, jarang-jarang sekali Bapak dan Ibu sebahagia ini.“Bukannya begitu, Bu, Pak ….” ucap Bang Galuh ragu, dia menatap Bapak dan Ibu dengan pandangan serba salah. “Terus? Maksudnya apa?” tanya Bapak sambil tersenyum kecil.“Ya kami seneng-seneng aja di kasih duit, Pak. Tapi dalam rangka apa ini?” tanya Bang Usman penasaran.“Lah, orang tua ngasih duit sama anaknya memang harus ada alasannya?” tanya Bapak.Kami kembali bingung untuk menjawabnya.“Ya memang tidak ada, Pak. Tapi kami tidak mau merepotkan Bapak dan juga Ibu, toh kami juga punya uang,” kata Bang Galuh hati-hati, pasti suamiku itu takut menyinggung hati Bapak dan Ibu.“Wah, sombong!” ujar Bapak tiba-tiba.Bang Galuh tersentak kaget dan langsung menunduk, aku menatap Bapak dengan pandangan malas. Sedangkan orang yang kutatap hanya meringis kecil.“Pak, Bang Galuh itu tidak paham joke
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more

141. HAMIL? (Bagian A)

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas141. HAMIL? (Bagian A)Aku dan Bang Galuh pulang dari rumah orang tuaku dalam keadaan diam, kami berdua tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Aku sedang di bayangi oleh kata-kata Bapak dan juga Ibu tadi.Tidak bisa dipungkiri, aku kini merasakan perasaan yang sangat tidak nyaman. Entahlah, aku juga tidak bisa menjabarkannya, pandanganku mengabur dan aku segera menyandarkan kepalaku di punggung Bang Galuh.“Dek, kamu nggak apa-apa?” tanya Bang Galuh dengan nada khawatir yang sangat kentara.Dia menggenggam tanganku yang sedang memeluk pinggangnya, dengan lembut dia meremas jemariku. Aku tahu dia pasti bermaksud ingin menenangkan aku.“Nggak apa-apa,” kataku pelan. “Ini sudah sampai mana, Bang?” tanyaku padanya, tapi wajahku masih tenggelam di punggungnya yang lebar dn juga kokoh.“Sampai simpang, ni mau ke rumah. Bentar lagi, kok,” balasnya sambil menarik tangannya dan memegang stang motor lagi. “Kamu ngantuk? Sabar ya,” lanjutnya pelan.“LUH!” A
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
24
DMCA.com Protection Status