Share

140. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian B)

140. ERATNYA PERSAUDARAAN (Bagian B)

Dia tertawa bahagia, sama seperti Bapak yang langsung menyemburkan tawa. Aku dan yang lain bertatapan bingung, jarang-jarang sekali Bapak dan Ibu sebahagia ini.

“Bukannya begitu, Bu, Pak ….” ucap Bang Galuh ragu, dia menatap Bapak dan Ibu dengan pandangan serba salah.

“Terus? Maksudnya apa?” tanya Bapak sambil tersenyum kecil.

“Ya kami seneng-seneng aja di kasih duit, Pak. Tapi dalam rangka apa ini?” tanya Bang Usman penasaran.

“Lah, orang tua ngasih duit sama anaknya memang harus ada alasannya?” tanya Bapak.

Kami kembali bingung untuk menjawabnya.

“Ya memang tidak ada, Pak. Tapi kami tidak mau merepotkan Bapak dan juga Ibu, toh kami juga punya uang,” kata Bang Galuh hati-hati, pasti suamiku itu takut menyinggung hati Bapak dan Ibu.

“Wah, sombong!” ujar Bapak tiba-tiba.

Bang Galuh tersentak kaget dan langsung menunduk, aku menatap Bapak dengan pandangan malas. Sedangkan orang yang kutatap hanya meringis kecil.

“Pak, Bang Galuh itu tidak paham joke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status