Home / Urban / Pembalasan Sang Pewaris / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pembalasan Sang Pewaris: Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

Membawamu Pergi

Hampir pukul sembilan, di kamarnya yang hening akhirnya Clara bisa memejamkan mata. Wanita itu berhasil mensugesti diri sendiri akan ada solusi untuk permasalahannya dengan Martin. Setidaknya itulah yang ada di pikirannya sebelum seseorang merangsek masuk ke ruang pribadinya tersebut. Martin datang, satu malam lebih awal dari yang ia katakan. Pria itu melangkah maju dengan sepatu convers* hitamnya tanpa bersuara di lantai kayu. Mengagumi lekuk indah Clara yang tertidur, terlihat polos dan tenang."Sweetheart ...," bisiknya tepat di telinga wanita itu. Clara seketika terbangun dan nyaris berteriak jika saja Martin tidak menutup mulutnya dengan tangan."Ssssttt, jangan berteriak jika tidak ingin terluka. Mengerti?" Martin tersenyum manis, bertingkah seolah yang ia lakukan bukanlah dosa. Clara segera mengangguk. Saat ini ia sedang membawa dua nyawa. Dan juga keselamatan tiga pelayan dipertaruhkan jika ia membuat keributan. Martin tidak akan ragu menembak orang lain yang membuatnya ma
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Teralihkan

Tubuh laki-laki renta terbaring di ranjang putih khas rumah sakit, di sampingnya terdapat alat medis untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Di sudut lain ruangan, meringkuk wanita muda dengan cardigan hitam dan celana denim. Kesadarannya nyaris tenggelam karena kantuk yang sedari tadi mendera. Jade memandang sang kakek yang tampak rapuh. Pria itu adalah satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini. Jade memejamkan matanya lagi, mungkin ia bisa tidur barang sejenak. Namun baru beberapa saat, sesuatu yang dingin menyentuh keningnya. Jade membuka mata dan mendapati seseorang sedang menempelkan moncong pistol. "Daniel ...." bisik Jade. Ia pandangi wajah tampan yang terlihat dingin itu. Daniel tidak berucap sepatah kata pun. Pria itu siap menarik pelatuk. Bagai mengingat dosanya di masa lalu, Jade memilih diam dan pasrah. Suara tembakan pun terdengar di salah satu kamar inap rumah sakit yang semula senyap. Dor! Jade terbangun dari mimpinya. Terengah-engah, keringat membasahi kening j
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

Dua Pilihan Sulit

Begitu turun dari mobil, Martin beralih ke sisi lain untuk menarik Clara agar keluar juga. Clara mencoba melawan tapi kekuatannya tidaklah sebanding. "Ayo, ikut!" cerca Martin dengan kedua tangan memegangi tubuh Clara sedangkan kaki menutup pintu mobil mahal produksi Inggris. "Kamu mau apa, Martin?" Clara mengiba. Tapi air matanya tak lagi bisa membuat Martin luluh. "Menangislah! Aku tidak peduli."Pria muda itu berhasil membawa Clara naik ke atas bangunan yang belum rampung itu. Meski demikian telah terdapat lampu dengan watt kecil untuk penerangan. "Kamu gila, Martin!" raung Clara yang telah muak. "Ya, aku memang sudah gila. Tidak waras, atau apapun sebutannya." Martin tertawa dan melepaskan kedua tangannya. Clara mengusap air mata dan melihat sekeliling, terdapat beberapa balok kayu. Sayang ukurannya terlalu lebar untuk ia jadikan senjata. Tapi di sana beberapa meter darinya sebongkah kayu bisa ia gunakan. Pandangannya tertuju pada Martin. Tuan muda itu menghubungi seseorang
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

Sahabat Sampai Mati

"Ini tentang kita kenapa harus melibatkan mereka?" Vinn bersuara, tangannya meminta Daniel untuk menyingkir. "Tuan, tapi ...." Daniel menggeleng. "Yang Martin inginkan adalah aku, cari cara untuk membawa Clara pergi. Jika dalam dua puluh menit aku belum menyusulmu, kau tahu harus menghubungi siapa," ucap Vinn setengah berbisik. Daniel akhirnya mengangguk. "Ternyata kau cukup bernyali juga, Vincent. Ingin duel satu lawan satu? Oke." Martin memintanya mendekat dengan gerakan telunjuk. Namun ia juga memperhatikan Daniel yang menghampiri Clara. "Kemana pun kalian membawanya, berani bertaruh aku akan menemukannya kembali," ujar pria itu. Daniel tak mengindahkan. Ia melepas tali yang mengikat tangan dan kaki Clara. Wanita itu tampak lemas, nyaris pingsan. Daniel merasakan dress tidur Clara yang basah karena darah. "Mari, Nona," ujar Daniel lalu menggendong Clara ala bridal style. Jade semula hanya diam. Ia tak menghalangi langkah Daniel sama sekali. Namun ketika pria hampir sampai di
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Mengatur Ulang Rencana

Pagi itu langit mendung menaungi sekitaran mansion. Sama halnya dengan suasana hati Tuan Bara dan beberapa ajudan yang dengan sengaja ia kumpulkan di ruangan khusus bangunan besar nan luas itu. "Untuk waktu yang tak bisa ditentukan, Vincent tidak akan bergabung bersama kita. Tak perlu dijelaskan, aku yakin kalian telah mendengar apa yang terjadi semalam." Tuan Bara membuat jeda sejenak sembari menatap satu per satu ajudan yang berjumlah lebih dari dua puluh orang. "Apa yang terjadi pada Tuan Vincent?" Gerald yang baru datang dari tugas luar kota subuh tadi bertanya pada Daniel yang berdiri di sampingnya. Daniel enggan menjawab, pria itu tampak murung. "Tuan Vincent mengalami mati otak karena terjatuh dari lantai empat," Aiden menjawab dengan suara parau. Ya, pria itu menangis. Meski tampak garang, nyatanya ajudan satu itu berhati melankolis. "Apa yang kau tangisi? Tuan Vincent tidak selemah itu. Dia akan baik-baik saja," sela Daniel. Tiga ajudan kembali diam, mendengarkan Tuan Ba
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Meminta Bantuan Jeremy

Siang itu cukup terik. Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang Mansion Alfredo. Si sopir yang juga mengenal para security memberi kode jika seseorang yang ia bawa seharusnya diijinkan masuk."Aku akan menghubungi Tuan Bara terlebih dahulu," ucap salah satu pria bertubuh tegap itu.Di kursi belakang, Clara meremas kedua tangan dengan kalut. Wanita cantik dalam balutan dress abu muda itu baru baru keluar dari rumah sakit akibat insiden di bangunan kosong. Seminggu sudah berlalu, Clara masih terpuruk setelah dokter menyatakan janinnya tidak dapat diselamatkan. Namun ia lebih khawatir akan kondisi Vinn.Malam itu di sela kesadaran yang nyaris tenggelam, Clara bisa mendengar percakapan Daniel dengan seseorang. Ajudan Vinn dengan panik dan wajah pucat mengatakan tuan mudanya terjatuh dari lantai empat."Masih lama, Pak?" tanya Clara yang mulai tidak sabar pada supir yang bernama Anto."Tunggu sebentar, Non."Sekian detik yang bagi Clara terasa menyiksa. Akhirnya si security
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

Target Investigasi

"Apa yang membawamu kemari, Jason?" Tuan Bara mengawasi remaja tanggung yang kini duduk di seberang meja.Setelah menimbang, ia mengijinkan keponakan jauhnya itu masuk. Walau rasanya ada yang aneh dengan kemunculan Jason kali ini. Ditambah raut wajah remaja laki-laki itu tidak biasa. Tampak murung."Kudengar Kak Vincent mengalami kecelakaan, bagaimana keadaannya sekarang?" Jason akhirnya bersuara."Siapa yang mengatakannya padamu?""Seseorang di klub ...."Hening selama beberapa saat. Tuan Bara menggeleng tanpa ketara. Rencananya bersama Vinn dan Zac telah kacau. Tapi baginya itu tidaklah penting. Yang utama kini keselamatan Vinn."Siapapun yang memberitahumu, katakan padanya jika ia tak perlu khawatir akan keadaan Vinn. Dia baik-baik saja. Untuk sementara, dia tidak berada di Indonesia.""Lalu di mana dia sekarang?" Jason menatap Tuan Bara lurus."Kau tidak perlu tahu. Itu saja yang ingin kau bicarakan?" Tuan Bara memberi kode agar percakapan mereka segera diakhiri.Jason terlihat in
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Bukti Kesetiaan

Setelah pertemuannya dengan seseorang bernama Jeremy semalam, Martin tidak bisa tidur hingga pagi menjelang. Pria itu memandang langit-langit ruangan VIP-nya dan tidak sadar ketika seseorang masuk."Selamat pagi, Matty," sapa Peter dengan senyum jahil."Itu bukan namaku." Martin melirik kakaknya dengan malas."Masih pagi dan suasana hatimu sudah tidak baik. Ck, tunggu sampai kau benar-benar pulih maka kita akan liburan bersama. Swiss? Kau masih suka bermain sky?"Yang ditanya tidak menjawab. Martin justru memandang jendela dan Peter beranggapan itu adalah kode jika adiknya ingin tirai dibuka. Pria itu berjalan menuju jendela lalu menarik tali tirai."Feel better?" Peter menoleh.Cuaca pagi ini cerah. Tapi itu tidak berlaku untuk kondisi batin Martin. Ia menatap sang kakak yang tampak rapi dengan setelan kantor. Sepertinya pria itu hanya sekedar mampir dan pergi sebentar lagi."Aku akan menemanimu hingga mama datang satu jam lagi," ucap Peter meski sedari tadi adiknya tidak menjawab."
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Ajakan Bertemu

Jason benar-benar menarik pelatuk. Dalam kepalanya, terbayang sang ibu akan bersimbah darah dengan kepala berlubang. Batinnya melarang tapi semua terlambat. Cklik!"Tidak ada peluru?" Jason memandang Tuan Ronald dengan heran."Dia bahkan tidak ragu untuk menembak," bisik salah satu anggota yang sejak tadi mengawasi pada rekan di samping."Welcome to the family!" seru Tuan Ronald senang yang kemudian menyalami Jason.Jason mengembalikan pistol pada bawahan Tuan Ronald dan memandang wanita yang nyaris ia tembak. Benarkah itu ibunya? Ternyata bukan. Wanita itu hanyalah orang lain yang menggunakan topeng elastis. Sesaat mata mereka bertemu, wanita itu mengerling pada Jason sebelum meninggalkan ruangan.Remaja itu mengamati satu per satu wajah orang-orang di ruangan itu. Semua terlihat senang. Sepertinya cuma ia sendiri yang masih harus menenangkan detak jantung.Selanjutnya fokus Tuan Ronald tak lagi tertuju pada Jason. Pemuda itu duduk menyendiri, di sofa maroon motif burung Phoenix.Ta
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

Penyamaran

Petang di salah satu ruang sayap kiri mansion. Tuan Bara mengamati pria muda di depannya dari ujung kepala hingga kaki. Tak jauh darinya, berdiri Daniel yang justru mengawasi tindak tanduk Tuan Bara yang tak seperti biasanya."Tinggi dan postur tubuh kurang lebih sama. Rambut? Hm, kita tidak punya waktu untuk menata rambut tapi bisa diatur dengan cepat." Tuan Bara melihat jam tangannya."Tuan, apa yang akan Anda lakukan?" Daniel yang tak bisa menahan rasa ingin tahu akhirnya bertanya.Tuan Bara membalikkan badan hingga tatapan mereka bertemu. Daniel bisa memastikan pria itu tersenyum."Bukan aku, tapi dia," tunjuk Tuan Bara pada Edward, salah satu pekerjanya yang berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan."Saya tidak mengerti, Tuan," tambah Daniel."Biar kujelaskan. Vinn takkan mungkin bisa menemui Pak Tora satu jam lagi. Tapi pria itu terlalu keras kepala. Jika tidak malam ini, kujamin dia akan datang lagi ke kantor besok. Jadi aku minta Edward menyamar menjadi Vinn.""Tapi bagai
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status