Semua Bab Pembalasan Sang Pewaris: Bab 51 - Bab 60

102 Bab

Jacqueline Danise

Sepanjang perjalanan pulang, Vinn hanya bungkam. Clara sesekali menoleh, tapi amarah Vinn yang belum surut terpancar jelas di kedua netranya. Nyali Clara untuk memulai percakapan menjadi ciut. "Pelayan sudah menyiapkan segalanya. Aku akan menemanimu makan siang sebelum kembali ke kantor," tutur Vinn setelah membuka pintu mobil untuk Clara begitu kendaraan mewah nan mengkilap itu sampai di depan vila. Clara mengangguk, lalu mengekor pada Vinn yang telah berjalan lebih dulu ke dalam bangunan. Sikapnya mirip anak kucing yang takut kehilangan induk. Di ruang makan yang diterangi sinar mentari melalui jendela besar, hanya denting piring beradu dengan alat makan yang terdengar. Suasana seperti ini membuat Clara tidak nyaman. Ia ingin Vinn-nya yang sering tersenyum kembali. "Vinn, maaf tadi di mall ...," cicit Clara. "Tidak perlu minta maaf. Hakmu jika ingin bertemu Martin," respon Vinn. Pria itu meletakkan alat makan meski sajian di piringnya masih tersisa setengah. "Bukan begitu. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-10
Baca selengkapnya

Anggota Baru

Malamnya tanpa sepengetahuan sang kakek, Vinn menyetujui ajakan Zac untuk datang ke pertemuan Black Circle. Ia juga dengan sengaja menugaskan Daniel untuk membimbing JD. Dengan mudah pria itu keluar dari mansion selepas pukul tujuh. Ia bertemu Zac di sebuah halte tua di dekat bangunan pabrik tak terpakai lalu berkendara dengan mobil masing-masing menuju satu titik di pinggiran kota yang tak Zac ungkapkan dengan gamblang. "Lihat, di sana," tunjuk pria paruh baya itu ketika mereka turun di area sepi. Vinn mengikuti arah telunjuk Zac. Bangunan bergaya minimalis tiga lantai yang merupakan sebuah galeri seni. Beberapa mobil berjejer rapi di depannya. Sepertinya di dalam sedang diadakan pameran lukisan. "Tempat pertemuan di lantai tiga. Oh, hampir saja lupa. Kau bawa kartu keanggotaan milik Darren?" Zac menatap Vinn fokus. Vinn mengangguk, mengeluarkan kartu hitam bercorak silver dari saku jas semi formalnya. Ia tahu akan membutuhkan barang kecil itu untuk pertemuan malam ini. "Bagus.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-11
Baca selengkapnya

Mengganti Topik

'Kakek!'Hampir saja Vinn memanggil pria sepuh di depannya. Untunglah ia masih bisa mengendalikan diri dan hanya bersuara dalam hati. Pria itu memang sangat mirip dengan kakeknya, bahkan cara duduk pun tidak jauh berbeda. "Vincent, kau hanya ingin berdiri saja?" tanya Tuan Ronald. Sorot matanya saat ini menampilkan keteduhan, juga sama dengan milik Richard Alfredo. Dengan canggung, Vinn duduk di salah satu sofa. Tiga pria lain, saling pandang. Di situasi ini hanya Zac yang terlihat senang. "Maaf, Tuan Ronald. Saya harap Anda tidak keberatan dengan kehadiran Vincent di tengah-tengah kita," ungkap Zac seraya memandang Tuan Ronald. "Tidak, tentu saja tidak. Aku justru senang dia mau bergabung seperti mendiang ayahnya dulu." Tuan Ronald terkekeh ringan. Vinn lebih banyak mendengar dari pada berbicara malam itu. Namun sebenarnya ia cenderung memperhatikan sosok Ronald Hazard yang kini begitu dekat dengannya. Muncul pertanyaan dalam benak, jika mereka memang masih semirip ini kenapa ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-13
Baca selengkapnya

Adik Angkat

"Adik? Maksud Paman aku punya adik?" Vinn mengerutkan kening. Dua puluh tujuh tahun hidup, ia yakin jika orang tuanya hanya memiliki satu anak. "Tidak, tidak dalam konteks biologis. Ceritanya panjang. Mungkin aku perlu meminta pelayan membuat kopi untuk menemani malam kita." Tuan Bara tersenyum, berusaha mencairkan suasana.Vinn memberi kode pada pelayan agar mendekat. Namun alih-alih kopi, Tuan Bara meminta pelayan membuat coklat hangat untuk Vinn. "Kau terlahir kembar, Vinn. Adikmu adalah perempuan. Tapi sayangnya dia meninggal sehari setelah dilahirkan karena gagal jantung. Kak Lilia tak bisa menerimanya." Tuan Bara memulai kisah. Netranya terlihat menerawang, menembus taman depan mansion yang dibentuk mirip labirin. "Lalu?" Vinn mendengarkan dengan serius. Orang tua maupun kakeknya tak pernah membahas ini sama sekali. "Tak ingin ibumu larut dalam kesedihan, ayahmu berencana mengadopsi bayi perempuan. Namanya Jade, lahir di rumah sakit yang sama. Awalnya kebahagiaan mereka semp
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-14
Baca selengkapnya

Undangan Reuni

Stella nyaris terlonjak mendengar seseorang memasukkan kode pada pintu apartemen. Tanpa melihat pun ia tahu jika Martin yang datang. "Dami, cepat sembunyi! Ayo," panik Stella yang dengan tangkas menarik tangan Damian untuk bangkit. "Biarkan saja dia tahu aku di sini," ucap Damian tak bergeming. Pria itu seolah siap menghadapi segala konsekuensi. Sedangkan Stella menggeleng kuat. Wajahnya menunjukkan kengerian. Ia telah cukup mengenal karakter Martin. Tuan muda yang angkuh dan tak segan menyakiti orang lain jika dianggap mengusik hidupnya. "Tolong, Dami. Kamu sembunyi. Aku tidak mau ada insiden tak diinginkan sebentar lagi," pinta Stella setengah memohon. "Memangnya dia bisa apa? Aku tidak-"Stella yang tidak sabar segera mendorong Damian menuju balkon. Nyaris saja pria itu tersandung karpet. Melihat Stella begitu panik, ia mulai menutup mulut dan menurut. Martin memasuki ruang tamu dan berjalan lurus menuju kamar. Semula ia tidak mencari keberadaan Stella yang tengah berada di b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-21
Baca selengkapnya

Siapa Vincent Alfredo?

Clara hanya bisa mendengkus kesal ketika Rose dengan penuh percaya diri mencoba sepatu yang seharusnya ia beli. Wanita itu keluar dari toko sepatu branded dengan raut wajah masam. "Nona, saya mengenal beberapa desainer sepatu ternama," tawar JD berharap bisa sedikit menghibur si nona muda. "Lain kali aja, aku udah malas cari sepatu," sungut Clara sambil terus berjalan. Keinginannya untuk membeli underware pun sirna sudah. Mereka mampir sejenak untuk membeli jus pome dan pulang tanpa melirik stan maupun toko lain. Tidak ada percakapan, JD memaklumi jika Clara masih kesal dan enggan diajak bicara. JD tak tahu jika dibandingkan kesal, nyatanya Clara lebih cenderung bingung. Dengan mudah menyetujui ajakan Rose mengenai reuni tanpa menyadari acara itu hanyalah ajang pamer. Petang di hari yang sama. Satu jam sebelum makan malam Clara telah berkutat di depan cermin kamar. Meski dengan wajah manyun, pada akhirnya ia sudah siap dengan dress soft pink bawah lutut. "JD, kita berangkat sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-22
Baca selengkapnya

Masih Mencintai

"Kau tidak minum?" Daniel menanyai wanita muda yang sedari duduk diam di sampingnya. JD hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap ke depan. Daniel mengedikkan bahu lalu meminum coffe latte yang mulai mendingin. "Daniel?" Kini giliran pria muda dengan outfit hitam yang menoleh. Ia menunggu kalimat JD selanjutnya. Wanita dengan cat eye itu tampak memikirkan sesuatu. "Ada apa?" tanya Daniel karena JD tak kunjung berbicara. "Kau sudah menikah?""Tidak, aku tidak tertarik untuk hal semacam itu." Daniel menggeleng. Dalam benak merasa aneh JD mendadak membahas kehidupan pribadinya. "Oh.""Kenapa? Kau bertanya bukan karena menyukaiku, 'kan? Ya, aku tahu jika aku tampan. Tapi maaf saja- Ugh!" Ungkapan kebanggaann pria itu segera tehenti setelah JD menyikut telak rusuknya. "Ck. Kau ini, begitu saja marah." Daniel mengusap area rusuknya yang terasa ngilu. "Kau tampan tapi bukan tipeku," ucap JD tanpa melihatnya. "Yah, setidaknya kau mengakui jika aku tampan." Daniel bersandar pada kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-24
Baca selengkapnya

Jade Tewas

Jade Ariana. Daniel mengetik sebaris nama wanita yang pernah mengisi hidupnya belasan tahun lalu pada layar tablet. Tidak butuh waktu lama bagi Daniel untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Di mesin pencarian khusus, tertera sejumlah keterangan. Daniel membaca secara teliti, tak membiarkan sedikit kata pun luput. Jarak di antara kedua alis Daniel mengerut ketika menemukan fakta mengejutkan. Setelah rumah keluarganya terbakar, Jade diasuh oleh ayahnya. Setahun yang lalu, wanita itu ditemukan tewas karena kecelakaan mobil. "Jade tewas?" Daniel terhenyak. Pria itu meletakkan tablet belasan juta di sofa bagaikan barang tidak berharga. Tubuhnya mendadak terasa lemas, tak bertenaga. Terkejut, sedih, kosong. Ketiganya bercampur menjadi satu, membentuk rasa kehilangan yang tak terperi. Terlebih saat angannya kembali pada moment kebersamaan mereka sebelum kelulusan di bangku sekolah menengah atas. "Aku akan kuliah di Amerika," ucap Jade, gadis cantik yang kala itu membawa skateboar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

Apartemen Daniel

Daniel dan gadis itu saling pandang. Si gadis asing menunjukkan aksi memelas. Seolah pria itu adalah harapan terakhir untuk hidupnya. "Tempatku bukan penampungan. Kau tidak punya rumah atau bagaimana?" Daniel menggeleng gemas pada gadis remaja yang tampak memohon. "Ada, Om. Tapi ibu tiriku jahat. Dia pasti akan menjualku lagi pada pria hidung belang," lirihnya tertunduk. Daniel bahkan ingin tertawa karena sedari tadi gadis itu keukeuh memanggilnya 'Om'. Apa dia setua itu? "Siapa namamu?" Daniel melunak dan mengajak gadis itu menepi agar tidak menghalangi orang lain yang akan menuju ke toilet. "Kika.""Oke, Kika. Kau bisa menginap semalam di tempatku. Tapi besok pagi aku akan mengantarmu pulang," putus pria dengan potongan rambut rapi tersebut. Manik mata Kika berbinar. Daniel mengalihkan pandangan. Ia tak menyangka akan membawa pulang gadis SMA ke apartement yang baru ditinggali setahun terakhir. Dua orang itu kembali ke titik Victor berada. Senyum Victor mendadak terbit meliha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-03
Baca selengkapnya

Interogasi Berkedok Belanja

Daniel dengan langkah tergesa memasuki kantor pusat Orion Group. Kesibukan pagi itu terjadi seperti biasa, tetapi tidak dengan kekhawatiran dalam benak Daniel. Ini sudah pukul delapan. Totalnya terlambat adalah sembilan puluh menit. Kesalahan yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Pria itu urung menuju lift, karena sang CEO yang akan ia temui tengah berdiri di dekat resepsionis. Membaca laporan dengan seksama seraya sesekali bertanya pada pria lebih tua di depannya yang tak lain adalah direktur keuangan. Ketika Daniel sampai di dekatnya, Vinn hanya melirik sekilas. Ia menyerahkan lembaran pada si direktur. "Untuk lebih lanjut kita akan membahasnya di meeting siang ini," tutup Vinn pada pria paruh baya yang berpenampilan rapi itu. "Baik, Pak."Direktur berlalu. Daniel maju selangkah, memperlihatkan wajah menyesal sekaligus siap jika mungkin Vinn memberinya sanksi. "Maaf, Tuan. Saya terlambat. Ini tidak akan terjadi lain kali," ujarnya sambil menunduk. Vinn memeriksa jam tangan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status