Home / All / Breakfast at Midnight / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Breakfast at Midnight: Chapter 1 - Chapter 10

66 Chapters

Prologue

  “Are you alright?” tanya James sambil menyentuh singkat bahu Alex.Alex berusaha bangkit berdiri dari trotoar sambil terburu-buru dan menghadap ke arah ke James, matanya tak fokus. James mencoba membantunya. karena limbung, tangan Alex tak sengaja mendorong perut James sehingga keduanya terjatuh lagi. James meringis karena menggunakan badannya untuk menjadi perisai agar Alex tidak terjembab langsung ke jalan trotoar yang keras.  James membuka mata dan melihat wanita yang ditolongnya. Kepala Alex berada di tepat tengah-tengah kedua kakinya. Bukan itu saja, James bisa merasakan ada sesuatu yang menempel di celananya. Lebih tepatnya lagi, sesuatu yang menempel itu adalah bibir Alex. Tiba-tiba James merasa panas. Padahal ini hanya sentuhan singkat, Demi Tuhan! James mencoba mengontrol pikirannya dengan berkomat-kamit dalam hati teknik-teknis tenis yang dia sudah hafalkan dari kecil. Setelah merasa dirinya cool down, James melihat ke
Read more

Chapter 1

Embun pagi dan udara semilir menggelitik kota metropolitan di bagian tenggara Inggris. Sinar mentari masih malu-malu untuk mengeluarkan cahayanya, akan tetapi Alex bisa merasakan kehangatannya menerpa wajahnya. Khas London saat musim semi.Notting Hill, tempat bermukimannya sejak enam musim dingin lalu, menampilkan pemandangan yang luar biasa di musim seperti ini. Di sebelah kirinya, pohon-pohon ramping yang tadinya tidak berdaun, bermekaran menjadi bunga-bunga yang indah. Alex menghirup kesejukan udara ke paru-parunya dan samar-samar bau bunga Magnolia tercium saat angin menghembuskan nafasnya.Satu kelopak bunga yang sedang bermekaran itu jatuh tepat di mukanya. Disingkirkan dan diambil kelopak bunga yang sangat didominasi oleh campuran warna pink dan putih lembut. Ia mendekatkan kelopak bunga itu ke hidungnya dan merebaknya bau manis yang sangat memabukan. Baunya seperti permen karet, pikirnya, mengingatkan Big Babol favoritnya saat masa-masa SMA.
Read more

Chapter 2

“Darling, get up.” Bisikan lembut terdengar di telinga laki-laki itu. “Mhmm…” sang pemilik suara hanya menggumamkan sesuatu. Ia malah menarik selimut lagi hingga seluruh tubuhnya terbungkus rapat. Tak menghiraukan suara wanita yang membangunkannya. Wanita tersebut hanya tertawa kecil melihat kelakuan pria itu. Ia kemudian membuka selimut yang menutup kepala laki-laki itu dan mulai menyerangnya dengan berbagai ciuman lembut di muka laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut masih tertidur, tapi wanita itu bisa merasakan bahwa laki-laki itu hanya pura-pura tidur. “Aku tau kau hanya pura-pura tidur. C’mon, get up sleepyhead.” Wanita itu berkata sambil tertawa. James langsung sigap memeluk tubuh wanita itu dari belakang, dan wanita itu memekik kaget. Tubuhnya sekarang bersandar di atas laki-laki bertelenjang dada tersebut.Tubuh mereka hanya dipisahkan oleh selimut tipis. “Morning to you too.” Ujar suara serak James sambil me
Read more

Chapter 3

Asyik dengan obrolan mereka, Alex kaget dan memberitahu Mira bahwa sudah terlambat untuk emergency meeting. Mereka berdua lalu mengambil dokumen yang diperlukan, dan berjalan ke ruang meeting. Para staff sudah duduk manis sambil berbicara ringan sambil menunggu kedatangan Alex. Alex dan Mira pun masuk ke ruang meeting dengan glass window sebagai partisinya, dan langsung duduk di kursi masing-masing.“Morning, everybody. Seperti yang kalian sudah ketahui, kita akan mengulas interview Madeline Darcy. Walaupun segmen ini bisa dibilang buru-buru tanpa persiapan maksimal, aku harap kalian bisa memahami situasinya.” kata Alex langsung ke poin permasalahan. “Ok, Bob. Bagaimana rough sketch untuk pertanyaan interview Madeline?” lanjut Alex, kepalanya menghadap ke redaktur pelaksana.“Aku dan anak-anak sudah menyusun draft-nya tadi. Karena ini dadakan, jadi kami baru bisa round
Read more

Chapter 4

James terkapar. Setengah badannya masih terlentang di barbell bench press. Kedua kakinya masih tertekuk, satu tangannya ia dekatkan menutupi matanya, dan tangan lainnya di biarkan menjuntai sampai menyentuh karpet abu-abu tebal. Ia telah menyelesaikan latihan early pre-season.[1] Tubuh James sedikit kaku karena mencicipi latihan yang cukup menguras otot tubuh. Lagu RITMO yang di nyanyikan Black Eyed Peas masih berkumandang dengan semangat. “Kau masih hidup, James?” tanya Jake sambil meletakkan dumbbell barbell seberat 20 kg kembali ke tempatnya semula. “Yeah, yeah. I’m fine. Badanku kaget saja.” James mengibas tangannya dengan asal. “Ya wajar, terakhir kau benar-benar latihan ialah saat Rio Open di bulan Februari. Setelah itu kau cedera kaki dan sementara tidak bisa ikut ATP Tour[2] yang lainnya. Gimana keadaan kaki-mu? “Much better. Setidakn
Read more

Chapter 5

Di ruang meeting, para staf dan Alex saling mendiskusikan final run down. Tidak mau ada yang celah kecil yang terlewat, meeting kali ini penuh dengan segala diskusi yang dapat menyukseskan interview Madeline Darcy dengan sempurna.Andrew memberitahu semua koleganya tentang yang dibicarakan dengan Alex saat lunch break tadi dan memberitahu sedikit modifikasi lagi. Semua koleganya merasa ide ini fantasis dan semua memuji Alex dengan kebrilianan idenya. Alex hanya merendah dan mengatakan bahwa Andrew juga membantunya merealisasikan ide tersebut.Nina dengan tatapan juteknya seperti biasa, memberi kabar bahwa Andre akan tiba di London secepatnya dan akan segera menemui Alex dan yang lain di lokasi. Bob memberikan dokumen perrtanyaan yang sudah direvisi. Alex membacanya dan mengangguk setuju dengan final sketch pertanyaan yang dibuat oleh tim PR-nya itu. Mira sekali-kali mencatat hal penting yang bisa saja dilupakan oleh Alex saat interview nanti.
Read more

Chapter 6

Para tim Glamorous telah tiba di The Continent. Tanpa lama-lama lagi, Alex menginstrusikan tim-nya untuk segera melakukan persiapan. Dengan cermat dan sigap, Ia memerintahkan kru-nya untuk menata ruangan kosong itu untuk disulap sebagai studio kecil untuk pemotretan. Nigel segara menyusun lightning dan backdrop stand sesuai dengan permintaan bosnya, sementara Mike dan Andre memposisikan kamera SLR PRO dengan tripod. Andrew sibuk menggantung pakaian-pakaian yang sudah disusun dan diurutkan untuk pemotretan. Untungnya di sudut ruangan yang berhadapan dengan jendela, sudah terdapat meja rias yang sudah di atur dan cukup panjang dengan cermin persegi panjang yang memiliki banyak lampu di semua sisinya itu. Pencahayaannya sudah di atur agar mendapat proporsi yang pas untuk melihat hasil akhir dari make-up yang akan dipresentasikan. Dena dan Lizzie dengan cepat menaruh berbagai peralatan make-up dan peralatan rambut sep
Read more

Chapter 7

“So Juan, kabar-mu sendiri bagaimana?” James bertanya sambil memotong Scottish Roast Beef yang terlihat kenyal itu menjadi beberapa bagian.Juan Xavier ialah salah satu sahabat James semenjak mereka berdua telah menjadi pro dalam dunia tenis. Perawakan setinggi James, tubuh ramping berisi yang fit, mempunyai rambut pendek hitam legam serta kulit kecokletan gelap yang eksotis, aksen Spanyol-nya menambahkan pesona image perayu ulung. Kekurangannya adalah jika dia sudah cerewet, James langsung menutup mulut Juan dengan selotip, karena sejujurnya dia seperti bebek di beri makan cacing dan berbunyi kwek kwek kwek dengan antusias. Menolak untuk berkomitmen dengan wanita ialah moto hidupnya. Menurutnya hidup akan sangat singkat jika di habiskan dengan satu orang wanita seumur hidup. Juan bisa dibilang kembaran James dalam berbagai aspek. Mereka bisa dibilang duo JJ di dunia tenis.“Same as yours Jim. Latihan, tour, lot
Read more

Chapter 8

 “Alex, habis ini kau mau langsung ke pesta atau dinner dulu?” tanya Mira. Mereka telah kembali ke kantor dan telah menyelesaikan meeting berkaitan dengan wawancara Madeline Darcy tadi sore.“Hm, entahlah aku sedang malas. Tapi entah kenapa aku lagi kepingin cupcakes Aunt Maggie’s.”Mira hanya menggelengkan kepalanya, “Kau ingin aku belikan?” tanya Mira lagi.“Tak usah. Aku ingin kesana sendiri, sekalian beli persediaan stok buat weekend. Kita nanti langsung ketemu di pesta saja langsung.” Ujar Alex seraya memakai coat-nya kembali dan mencari kunci mobil di dalam tasnya.“Baiklah, sampai nanti.” Alex melambaikan tangan ke Mira seraya keluar dari ruangan kaca itu.“Ya, hati-hati!”Pijakan kaki Alexandara telah keluar dari H House. Matahari baru saja terbenam setengah jam lalu, Picadilly Circus menampilkan pesona senj
Read more

Chapter 9

 James tertahan di acara pesta tadi dengan klub bola Dominic yang mengajaknya membicarakan para wanita yang ditidurinya bulan ini. Seperti biasa, salah satu ajang pamer laki-laki. Awal rencananya, padahal ia sudah akan bilang party till down. Tetapi, setelah melihat wanita yang tadi dikenalkan oleh pacar sahabatnya itu... Pesta masih bisa lain waktu, tapi wanita bermata hazel itu belum tentu akan datang lagi.Saat ia mencari ke penjuru ruangan, wanta itu sudah tidak ada lagi. James akhirnya pun kecewa dan pamit pulang dari acara pesta Dominic. James tidak bisa menghilangkan bayangan wajah wanita dengan mata hazel lembut itu dan rambut hitam kecokletannya panjangnya yang bergelombang. Hawa malam ini tidak terlalu dingin, malah untuk James membawa kesegaran baru untuk pikirannya yang sedang awut-awutan. Ia berjalan sambil meminum bir yang ia bawa dari apartemennya. Ia melihat sisi kiri yang dihiasi dengan Sungai Thames. Bangku
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status