Beranda / Romansa / (Not) His Sugar Baby / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab (Not) His Sugar Baby: Bab 221 - Bab 230

318 Bab

Delapan Hari

Sulur angin kencang meramu ombak di laut malam. Rose duduk termenung di tengah paviliun bersama Esmeralda di sampingnya. Hasil pendekatan Rose sukses membuat siberian husky itu selalu ikut ke mana pun dia pergi. Tidak ada kata kecuali, hanya saja Rose masih berusaha menyangkal banyak hal. Kenyataan dari informasi Lion tidaklah benar. Rose tidak menemukan sosok yang akan kembali setelah tiga hari berlalu. Tidak ada kepulangan. Rose harus menunggu lebih lama dari waktu yang ditentukan.Tepat delapan hari berlangsung. Siapa yang akan mengira Theo pergi selama itu. Lion tidak mendapat kabar, begitu dengan Rose. Sempat, dia berpikir untuk terbang ke Italia, barangkali Theo sudah kembali ke mansion tanpa mengingatnya. Namun, Lion justru mencegah dan meminta Rose bersikap lebih sabar. Kesabaran yang bahkan tidak membuahkan hasil. Beruntung selama hari – hari berkiprah di pulau Hawai, Esmeralda menjadi teman setia yang menjanjikan.“Kau lihat apa, Esme?”Rose keluar dari lamunan berkat lolonga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Wallpaper

Rose menunggu kapan Theo akan masuk ke kamar mandi, hanya bisa bertahan dengan pura – pura memejam. Sebenarnya dia sudah tidak sabar berpaling ke arah pria itu sejak bunyi gunting menggigit kain, terlunta di sekeliling kamar. Satu. Dua. Dalam hati Rose menghitung waktu yang tepat mencari kesempatan. Setidaknya dia tidak ingin Theo menyadari gelagat anehnya. Apa kata Theo jika tahu Rose tidak bersungguh – sungguh tidur. Suaminya akan melontarkan kembali kalimat yang tentu saja benar. Sikap Rose bentuk pelampiasan dari pertemuan tertahan.Rose masih menghitung, sangat hati – hati memanfaatkan situasi. Dia tidak pernah menyangka bahwa lolongan Esmeraldaralda peluang yang tak mungkin dilewatkan secara percuma.“Kau mau ke mana?” tanyanya cepat, merasakan pergerakan kecil dari ranjang.“Buka pintu.”Rose tidak butuh penjelasan untuk apa Theo akan melakukan hal tersebut. Esmeralda ada di depan, mengambil alih seluruh perhatian Theo hingga suaminya seniat itu menjeda kegiatan yang sedang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Pertunjukan Seni

Senyum Rose membekas lama, lengkung di bibir itu seakan tak mau padam membayangkan keputusannya semalam. Dia sudah bertekat untuk lebih menjaga batasan antara hubungannya bersama Theo. Tetapi saat pria itu ada di sampingnya semua seketika luntur tak bersisa. Rose tak bisa menahan diri, walau terkadang bayangan akan status di masa lalu masih menyentak kesadaran. Ntah sejak kapan Rose menjadi sangat inkonsisten. Dia dipengaruhi beberapa hal, terutama jika Theo bersikap seperti yang dia inginkan. “Kau—kenapa meninggalkanku tidur sendiri di kamar, Sugar?”Sebuah pertanyaan menyusul dari arah belakang. Rose terkesiap oleh sebelah lengan yang melingkar di permukaan perut ratanya. Sentuhan basah akan lidah yang meliuk memberi sensasi menggelitik di punggung leher Rose. Kegiatan Theo sedikit mengganggu aktivitasnya di meja dapur. Dia sibuk bersama adonan roti yang sebentar lagi berubah kalis.“Kau terlihat kelelahan. Aku tidak tega membangunkanmu, dan tentunya kau pasti tahu aku tidak mungki
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-31
Baca selengkapnya

Mengadon

Belum sepenuhnya Rose mendaratkan bibir lembut nan penuh. Tubuhnya jatuh membentur pangkuan hangat, dan sebelah lengan yang merengkuhnya dalam.“Can you feel me, Sugar?”Gigitan di cuping telinga Rose memerahkan seluruh permukaan wajahnya. Sesuatu yang mengeras di bawah sana seperti meronta, mendesak – desak keberadaan Rose sesekali. Dia berusaha menghindarkan diri dari gejolak liar Theo yang memancing rasa tidak tenang. “Sekali saja, Sugar.”Lidah basah itu sudah meliuk memainkan peran dalam rayuan. Bunyi sesap—gurih mendambakan permukaan kulit leher Rose. Theo merambatkan jemari pelan – pelan melesak ke dalam kaos kebesaran dan bra yang melonggar bebas dari pengaitnya. Bongkahan lembut dan kenyal terasa pas di tengah genggaman yang mengetat. Tiap remasan Theo mengandung efek memabukkan—kasar dan penuh pemujaan beradu saling mengikat. “Ayo, Sugar. Satu kali saja. Buka celanamu.”Sensual bibir itu membisik mengirim sinyal bahaya. Rose bergidik. “Aku tidak yakin. Satu kali menurutmu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-02
Baca selengkapnya

Persiapan Mendadak

“Koperku dan koper Theo mau dibawa ke mana, Lion?” Tiga hari sejak kekacauan panas di dapur, Rose rasa semua masih berjalan baik – baik saja. Kedekatannya bersama Theo mengalami perubahan pesat. Dua pribadi yang menyatu dalam satu ikatan, seperti baru saja menyelam di antara perbedaan – perbedaan yang ada. Dia tidak sepenuhnya mengenal Theo, itu memang benar. Tetapi untuk kepergian yang mendadak saat ini—jika tafsiran Rose tidak salah. Seharusnya Theo memberikan informasi dan memintanya untuk mempersiapkan diri. Namun, pria itu belum terlihat sejak Rose baru terbangun dari tidur.“Lion,” panggil Rose dengan langkah setengah mengejar. Sepertinya Lion sedang diburu waktu, hingga tidak mendengar bahkan tidak melihatnya.“Aku bicara padamu.” Tepukan Rose di garis bahu Lion membuat pria itu tersentak.“Oh, Nona, maaf.”Rose manggut memaklumi, kembali memperhatikan koper di kedua tangan Lion. “Mau di bawa ke mana?” tanyanya penasaran.“Ke kabin, Nona. Kita akan kembali ke Italia.” “Mendada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Ketahuan

Pemandangan di hadapan Rose makin – makin menambah bagian tak terduga yang harus dia garis bawahi sebagai sesuatu yang penting. Para penghuni mansion, sebagian dari mereka yang bertugas di bagian inti, dan yang paling akrab bersama Rose kumpul dalam satu ruang penuh lolongan. Di antara mereka, Esmeralda di atas sofa dengan penampilan istimewa sendiri selalu menyambar lirik lagu yang Lion nyanyikan. Beberapa pernak pernik terpasang di tubuh husky tersebut, topi kerucut bermotif garis – garis dan perpaduan warna menyala pun melekat di atas kepala yang menegadah tinggi acapkali lolongannya akan menguasai keadaan. Semua yang tampak di hadapan Rose, benar, cukup menyenangkan. Tetapi yang tidak pernah henti menarik perhatiannya hanya satu ....Theo yang memilih duduk di sofa single. Tatapan pria itu terlihat geli hampir menyipit sekaligus senyum yang samar – samar muncul dan hilang. Satu tangan Theo bebas bertumpu di atas sebelah kakinya. Telunjuk yang terpisah dari ibu jari yang melekat di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

Kemarahan Besar

Rose terbata. Cukup sekali dia menunduk ... keadaan yang sedang berlangsung tak lagi sama. Suara pukulan keras dan ringisan Verasco membumbung menjadi pengalunnya. Theo menyentak wajah sang ayah kuat. “Apa saja yang sudah dilakukan tua bangka ini padamu?” Dia bicara dengan kemarahan tertahan.“Jawab aku, Rose!” Dan membentak disertai otot leher mencuak ke mana – mana. Begitu lengan Rose dicengkeram, tidak ada lagi kebisuan yang dapat Rose pertahankan. Dia berusaha menarik diri lepas dari angkara murka yang secara keseluruhan menguasai Theo hingga tak luntur sedikit pun kesabaran di ujung tanduk.“Kau menyakitiku, Theo.” Rose mengeluh. Keputusan yang tidak tepat mengenerasi rasa sakit semakin bertambah.“Jawab aku. Apa saja yang sudah dilakukan tua bangka ini?”Pertanyaan Theo kekeh tidak pernah berubah. Sorot abu menajam mengandung sembilu yang menyayat.“Tidak ada. Ayahmu c—cuma menamparku.” Tergugu hampir keluh. Lengan Rose makin ditarik dan diguncang bersamaan. “Aku tidak bodoh,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Membingungkan

Benar – benar suatu kekacauan yang sudah tertata dalam dugaan. Rose harus meninggalkan Verasco dan menyerahkan kesakitan pria paruh baya itu kepada Anthony, demi menyusul langkah suaminya yang telah jauh. Tubuh besar Theo memasuki gerbang utama mansion, tidak sekali pun berpaling ke belakang. Minimal memastikan kembali puing – puing kehancuran yang tercerai berai di sana.Rose mempercepat laju kaki, menghitung tiap kepergian Theo yang dapat menyebabkan tembok tinggi menjulang membatasi hubungan mereka. Ke mana arah tujuan Theo, Rose tahu pria itu tidak berniat melabuhkan diri ke kamar utama. Tak lekang oleh kenyataan itu, akal sehat Rose mulai tersisihkan. Sedikit pun dia tak ingin tertinggal dan berakhir dengan usaha percuma. Apa lagi yang akan Theo lakukan, selain mengurung diri saat satu – satunya tempat yang didatangi adalah ruang pribadinya sendiri.“Tunggu, Theo,” tahan Rose. Theo sudah mencapai ganggang dan mendorong kusen berpahat garis ukiran dalam itu, sementara dia masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Jual Mahal

Rose tidak salah menyebut Theo bayi besar. Sedikit – sedikit sikapnya tidak bisa dikendalikan. Di lain waktu kemudian semua yang ada dalam pria itu menjadi suatu hal yang tidak dapat Rose duga dengan benar. Semalam terakhir kali Theo bicara, berikutnya Rose harus menyerukan bantuan kepada orang – orang mansion untuk membopong bayi besarnya ke kamar. Dan saat ini, karena kemarahan yang berada pada taraf berlebihan. Secara kebetulan Rose yang terjaga lebih dulu harus menyaksikan betapa napas Theo menderu kasar. Ada beberapa bagian tersirat embusan itu tercekat. Ntah mengapa Theo yang kesusahan begitu, Rose ikut merasakan sesaknya. Dia menggeleng samar ... setengah beranjak bangun menyentuh lembut permukaan wajah yang agaknya tampak polos ketika sorot abu Theo terpejam. Tidak mau berakhir terlalu lama, Rose bergerak cepat meraih bantal miliknya. Cukup hati – hati mengangkat punggung kepala Theo, sengaja mengatur benda empuk tersebut setingkat lebih tinggi untuk menstimulasi kelancaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Sebuah Kiriman

Sementara tubuh besar suaminya tak lagi terlihat. Rose harus menelan pil pahit akan keputusan yang sia – sia untuk menghentikan Theo dari kebungkaman. Ntah harus dengan cara apa lagi dia berusaha. Rose tidak mengerti, dia lelah. Bahkan di hadapan Beatrace dan yang lain pun, Theo menganggapnya sesuatu yang tak kasat mata. Terabaikan. Lebih – lebih tidak pernah meliriknya sama sekali.“Aku sudah mengumpankan diri sebagai ikan. Kau yakin tidak mau jadi kucingnya, Theo?” tanya Rose putus asa. Posisi Theo masih seperti semula. Tidur membelakanginya dengan selimut tak lepas dari tubuh meringkuk itu.“Theo.”Tanpa sadar jemari Rose mendarat di atas permukaan lengan yang dibatasi kain tebal. Hanya gerakan tangan menepis dari dalam, spontanitas Rose secara langsung menarik diri. Dia menggenggam jemarinya sendiri. Usia mereka terpaut cukup jauh. Theo seharusnya bisa lebih dewasa mengimbangi sikap Rose, yang terkadang berada di luar keinginan. Akan tetapi kuantitas tidak sepenuhnya menentukan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status