Home / Romansa / (Not) His Sugar Baby / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 161 - Chapter 170

318 Chapters

One Step

“Kalian bisa pergi sekarang.”Nada tegas Verasco meninggalkan bekas kernyitan di dahi Theo, yang hanya bisa menatap dari layar monitor. Meski berada di luar jangkauan sekadar bertatap muka, Theo tidak melewatkan kesempatan ikut serta pertemuan kerja sama dengan menjadi anggota virtual. Anehnya, di akhir penutupan dia merasa Verasco sudah mengincarnya. Atau seharusnya Verasco orang pertama yang meninggalkan ruang rapat, tapi pria itu masih bertahan di sana. Menyorot wajah Theo dengan pandangan tak teralihkan.“Long time no see, Son. Kau terlihat bahagia.”Netra abu Theo setengah menyipit, memperhatikan lamat – lamat setiap gestur pria paruh baya di depannya dari tampilan layar. Dia tidak pernah mendapat sapaan sehangat itu. Terlebih bukan kebiasaan Verasco sekadar mengomentari apa yang sedang dia rasakan dan tidak. “Do I owe you something?” Theo memberi jawaban dengan pertanyaan. “Aku tidak suka basa – basi. Kau mau apa?” lanjutnya. Namun, mendapat tawa menggelegar, hingga gelak Verasc
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Chaos

Malam semakin larut, yang Rose sangkakan akan membawa pria itu kembali. Seharusnya tidak butuh waktu lama saat Theo pergi bersama amarah. ‘Dia’ seharusnya sudah berada di hadapan Rose, seperti kebiasaan yang tak pernah lepas dari tingkah gilanya. Namun, sampai deburan ombak meraung – meraung keras. Meraung – raung dengan rambatan menggelitik pendengaran. Tidak pernah ada di mana satu titik pun Theo memperlihatkan diri.Napas Rose berembus kasar, menatap pemandangan tembus pandang dari dinding kaca. Air laut adalah gambaran dari perasaan Rose. Terombang ambing oleh elemen sekitar. Theo tahu Rose takut sendiri di tempat asing saat tengah malam. Melangkah pada sepetak jarak sekadar menutup gorden pun, dia harus mencengkeram erat pinggiran ranjang. Bayangan gelap seakan menghantui isi kepala. Rose tidak bisa mengatakan apa pun, bahwa dia begitu ingin pergi mencari keberadaan Theo. Nahas, tubuhnya beku. Tak berkutik. Tak bergerak. Hanya berharap pintu kamar terbuka menampilkan wajah yang te
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Baik - baik Saja

Dua koper sudah tersusun rapi. Tersisa bagian terakhir, berisi pakaian Theo, setelah koper pertama dipenuhi lingeri dan yang kedua, berukuran sedang, tertata rapi kepentingan ‘pribadi’ pria tersebut—beberapa berupa senjata api, sisanya alat – alat kecil, tampak mahal. Namun, Rose tidak mengerti apa dan bagaimana kegunaannya. Dia tidak berusaha mencari tahu. Tidak ingin memenuhi isi kepalanya dengan hal – hal yang mustahil dia ketahui. Theo sudah biasa memegang senjata seperti itu, apa lagi yang perlu Rose tanyakan, selain kenyataan yang tidak bisa ditolak. Theo berbahaya. Dan itu benar.Napas Rose berembus. Sesekali berpaling ke belakang. Theo masih tenggelam dalam lelap yang tidak bisa Rose ceritakan. Malam penuh lautan ketidaksadaran, menghantarkan kembali mimpi – mimpi buruk. Nama yang sama. Kesakitan tak jauh berbeda. Terus terpanggil di antara racauan dan tubuh yang memberontak hebat. Bersyukur, Rose bisa mengendalikan situasi, membawa Theo kembali pada ketenangan dengan dekapan
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Rencana

“I got you.”Rose menarik diri mundur usai mendapat sesuatu, yang jarang berakhir sebagai kesempatan baginya. Menjadikan Theo objek tangkapan gambar. Itu jelas merupakan hal mustahil saat Theo dalam keadaan waspada. Kaos ‘kitty pa’, yang pas di tubuh, tampak serasi dengan ekspresi mencolok, yang sialnya masih begitu tampan.Senyum Rose melebar puas. Wajah Theo seperti dipenuhi dendam saat sedang menatapnya.“Hapus fotonya, Sugar!”“Tidak. Tidak. Tidak. Dalam mimpimu,” jawab Rose setengah mengejek. Dia mengulik ponselnya cepat. Gambar langka Theo, ntah harus dikemanakan. Rose tidak yakin akan bertahan lama, jika membiarkannya terkubur dalam galeri. Menyebar luaskan ke salah satu akun social media, mungkin bukan ide yang buruk.“Hapus tidak fotonya!”Nada penuh peringatan tidak akan bisa mengecam Rose. Lebih tepatnya dia menyingkir ketika lengan Theo terulur, berusaha meraih ponsel dalam genggaman tangan. Tinggal menekan tombol ‘posting’, maka semuanya selesai.“Sudah aku upload.”Kekeh
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

We Would Go

“Sudah malam, Sugar. Cepat tidur.”“Nanti dulu,” ucap Rose acuh tak acuh. Di tengah lampu tidur redup dan sinar ponsel yang menyala memapar wajah. Dia menuliskan alamat email maupun password yang sama secara berulang. Hasilnya nihil. Rose tidak bisa masuk kembali ke akun instag*am miliknya setelah ter-logout otomatis, yang merupakan kali pertama mengalami masalah login. Rose mendesah. Dalam sekejap mengalami penurunan mood sekadar mengubah posisi tubuh. Yang dilakukannya hanya duduk termenung, menyayangkan akun itu hangus—lenyap tak bersisa. Dia sudah berusaha keras, tapi kenyataan di depan mata membuatnya merasa muak. Kalau Theo tidak berada di sampingnya, mungkin Rose akan sedikit menangisi hal itu.“Apa yang kau pikirkan, Sugar? Tidur!”Tidak ada jawaban. Rose tak berniat memberi balasan atau mengucapkan satu kata pun. Akunnya bisa kembali normal, itu yang dia inginkan. Namun, untuk hal – hal seperti itu, Rose masih dalam tahap awam. Dia hanya user, bukan seorang yang ahli terhada
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Semua Berawal Dari Sini

Milan, Italia.Malam yang membuat Rose meragukan diri harus bersisihan di samping pria yang tampak rupawan dengan tuxedo hitam. Aroma maskulin semakin menguar acapkali jemari besar itu menyentuh permukaan kulit wajahnya. Masih dikuasai ketegangan, Rose hanya bisa memantapkan diri menatap lurus ke depan. Balutan backless dress dengan tali – tali kecil menyilang di punggung memberi kesan seductive, terutama warna beige yang tampak menyatu bersama kulit putihnya. Sandaran jok mulai menghangat. Ntah kenapa Rose merasa mobil yang Theo kendarai berjalan begitu pelan. Barangkali dia terlalu dihantui rasa takut, sehingga menunggu waktu berputar seperti sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.“Lihat aku, Sugar.”Ucapan Theo sedikit menyentak lamunan Rose. “Sepertinya pikiranmu sedang tidak tenang.”Pria itu masih berusaha membawa Rose kembali pada kenyataan. Theo tidak tahu kenyataan itu terlalu berat Rose hadapi. Dia begitu takut dengan masa lalu, yang berbanding jauh dari kehidupan Theo
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Seharusnya Tak Bersama

Masih ingat clue dari aku? Here we go .......Napas Rose tercekat. Namun, tidak semudah itu Mr. Alejandro menguasai keadaan. Theo tidak membiarkan itu berlangsung sempurna, bahkan satu detik yang berlalu merupakan waktu paling lama bagi desert eagle di genggaman Mr. Alejandro mengancam keselamatan Rose. Karena di saat bersamaan Theo turut bangkit, menyentak senjata di tangan tua itu dengan kecepatan tak terhitung. Belum – belum Mr. Alenjandro menekan trigger. Buah dari keterampilan Theo berhasil mengeluarkan extended magazine dari ganggang desert eagle, tempat di mana tambahan – tambahan peluru di dalamnya terpendam.“You let me get to close.”Theo menggeram sinis. Extended magazine milik Mr. Alejandro kini berada dalam cengkeraman tangannya. Aura yang dia dimiliki berubah pesat. Wajahnya dingin. Terlebih sorot abunya terlampau mematikan. “Kau bisa membawa putrimu pergi dari sini, atau benda ini akan melukainya. Oh, jangan bermimpi aku akan menjadi bagian dari dirimu. Itu tidak aka
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Sabotase

“Menikahi pelacur? You don’t fucking kidding me, don’t you?”Sambutan pertanyaan menghakimi Theo ketika dia melangkahkan kaki memasuki ruang pribadi Verasco. Merasa aneh, Theo menatap ke setiap penjuru ruangan—menyadari bahwa Verasco tiba lebih awal darinya dengan selisih waktu yang begitu tipis. Sebelah alis Theo terangkat tinggi. Artinya Verasco masih sempat melakukan kegiatan lain, sebelum terburu – buru masuk dan duduk di kursi kebesaran miliknya—seolah dia sudah menunggu dari sekian abad lalu.“Kau dari mana saja?”Alih – alih menjawab kalimat Verasco. Theo mendekatkan diri—turut menghujami ayahnya dengan pertanyaan.“Kita tidak sedang membahas aku. Tapi kau.” Verasco berdiri, mengambil posisi menatap ke luar jendela. “Menceraikan Magdalena, lalu menikahi pelacur Kanada. Kau sinting, atau bagaimana?”Sebuah perbandingan tajam ... Theo tidak perlu bertanya – tanya lagi akan sesuatu yang sudah dia pahami. Kekuasaan Verasco merupakan koherensi, yang seharusnya tidak Theo remehkan. Di
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Ledakan Besar

Theo menarik lepas earphone sekaligus mematikan sambungan suara dari Verasco. Napasnya menggebu – gebu melirik kamera pengintai itu dengan emosi saling menarik ulur akal sehat. Ini yang disebut perang. Melawan diri sendiri hingga mencapai akhir dari keputusan.Jemari Theo mengepal erat. Dengan sekali pukulan lensa kamera itu retak. Dia menarik lepas keseluruhannya. Mencabik – cabik sisa – sisa kabel yang ada, lalu tanpa mengatakan apa pun mengeluarkan senjata api dan menyerahkan benda tersebut pada Rose.“Pegang ini, Rose. Waktumu 25 menit untuk lari dari sini sejauh mungkin. Kau bisa masuk ke dalam hutan, bersembunyi sampai semua terasa tenang.” Theo menghentikan kalimatnya sesaat. Dia berbalik, mengambil sesuatu di jok belakang. Buket mawar merah sudah disiapkan, tapi Theo lupa memberikan itu pada Rose—berpikir ini waktu yang tepat.“Sebenarnya apa yang terjadi, Theo? Kau selalu berbicara dengan bahasamu. Siapa tadi yang menelpon?” tanya Rose saat menerima dua benda yang saling berto
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

Suara Hati Rose

Berawal dari memperebutkan orang yang sama. Aku tidak pernah tahu kau akan menjadi satu - satunya pria yang menghanyutkanku dalam asmaraloka. Afeksi kau tawarkan seperti selincam nada - nada sumbang. Terasa sakit apabila aku harus mengurai simfoni menghitam.Sejauh aku mengenalmu. Kau pribadi paling rumit, yang tidak akan pernah aku mengerti. Hadir dan keberadaanmu bagai duri tumbuh di sisiku. Menjadi pelindung, termasuk yang menabur rasa sakit. Kenapa harus ada sesal saat kau akhirnya memilih pergi? Menyisakan bagian dari dirimu yang harus aku rengkuh seorang diri.Kau menghilangkan satu harapan. Begitu tidak adil siksa dan nikmat harus kuterima bersama, sekalipun pernikahan yang kita genggam bukan atas nama cinta. Aku memang tidak memahami hal itu. Tidak pernah memahami bagaimana rasaku. Semua terlihat bagai ilusi. Aku hanya ironi yang coba berdiri di atas partitur - partitur luka. Hati dan logikaku mungkin sedang bertempur. Sementara kebenaran telah dipupuk oleh butanya atma. Tida
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status