"calon adik iparmu, Mas." Celetukan Axel membuatku membelalakkan mata. Begitu juga raut wajah Pak Arik ikut berubah. Dia menatapku tajam seolah meminta penjelasan lewat sorot matanya. "Alisa!" Panggilan seseorang yang melambaikan tangan ke arah kami memaksaku dan lainnya ikut menoleh ke arah tersebut. "Ibu." Alisa dengan riang membalasnya dengan lambaian tangan. "Mas, dipanggil Ibu, kita ke sana," ajak Alisa pada Pak Arik dengan senyum merekah. Pak Arik yang sudah membuka mulutnya tak jadi bicara karena ditatap Alisa. "Duduklah di sini, jangan kemana-mana, kami ke sana sebentar," pesannya padaku sebelum beranjak pergi. Syukurlah, panggilan ibunya Alisa mengalihkan perhatian mereka dariku. Aku tak perlu menjelaskan apapun pada lelaki dingin itu.
Baca selengkapnya