Semua Bab Belenggu Hasrat Tuan Muda Adalrich: Bab 1 - Bab 10

23 Bab

1. Korban Fitnah

Di ruang VIP sebuah kelab malam."Apakah Anda yang bernama Hans?"Seorang gadis muda tiba-tiba masuk, berdiri di depan Hans, lalu bertanya dengan nada menantang. Wajahnya cantik, hidung bangir, bibir mungil berwarna merah muda. Kulitnya yang putih tampak bercahaya di bawah pantulan lampu yang berwarna keemasan.Hans yang sedang mengisi gelas minumannya merasa terusik, refleks menoleh ke sumber suara yang menyebut namanya."Ya, memangnya kenapa?" tanya Hans dingin.Menatap tajam pada gadis itu, tanpa memedulikan tatapan kagum para pria lainnya yang sedang duduk bersamanya."Bagus, berarti aku tidak salah orang," jawab gadis itu ketus.Tangannya mengepal, lalu dalam kecepatan kilat pukulannya melayang ke wajah Hans. Hans tersandar tidak siap mendapat serangan yang begitu tiba-tiba.Semua orang berseru kaget melihat seorang Hans yang terkenal dingin dan kejam pada wanita di pukul dengan mudahnya di tempat umum. Yang lebih mengaget
Baca selengkapnya

2. Menginginkanmu

Keesokan paginya. "Astaga! Ini orang maunya apa, sih?" seru Mila sambil menatap layar ponselnya. "Kenapa sih, Mil? Pagi-pagi udah ngomel. Pamali, ntar rezekimu dipatuk ayam," omel Shenka sambil menarik selimutnya kembali. "Salah, itu untuk orang yang malas bangun pagi kayak kamu," ralat Mila. "Oh, iyakah? Hehehe," cengir Shenka. "Trus, apa yang bikin kamu sewot?" "Manajer kelab ini lho, pagi buta SMS aku lagi, bilang aku ga jadi dipecat, tapi harus menghadap bos besar nanti malam," jelas Mila. Shenka terduduk dengan cepat. "Pria yang aku pukul tadi malam?" tanyanya untuk memastikan. "Iya." "Kalau begitu gak usah datang. Dia pasti mau ngerjain kamu," cetus Shenka. "Trus kerjaan aku gimana?" sahut Mila. "Kan aku udah bilang, ntar kita cari lagi di tempat lain," jawab Shenka pula. "Cari kerja itu ga mudah, Shen. Apa lagi untuk gadis ga berpendidikan seperti aku," kata Mila dengan wajah sedih
Baca selengkapnya

3. Selidiki Latar Belakangnya

"Aku menginginkanmu, Shenka. Jadilah kekasihku," pinta Hans.Tubuh Shenka membeku dalam seketika. Bola matanya membesar, menatap Hans dengan tatapan tidak percaya."Sepertinya kau sudah tidak waras, Tuan. Bagaimana bisa kau memintaku jadi kekasihmu sementara kita tidak saling kenal?" protes Shenka."Aku tidak peduli! Pertemuan malam itu telah membuatku jatuh cinta padamu," tegas Hans."Aku juga tak peduli! Itu adalah perasaanmu, jadi tidak ada urusannya denganku. Sekarang pergilah, kau telah menyita waktuku," balas Shenka sambil mendorong tubuh Hans menjauh."Tunggu."Hans mencegah kepergian Shenka dengan mencekal lengannya."Apakah begini karakter asli putra Adalrich yang terhormat?" sindir Shenka.Ia menatap sinis pada tangan Hans yang mencengkeram lengannya. Sadar arah pandangan Shenka, Hans pun segera melepaskan tangannya."Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu," kata Hans penuh sesal.Ia menyesali kebod
Baca selengkapnya

4. Bukan Aneh, Tetapi Menggairahkan

"Ada apa ini? Siapa yang berani berbuat onar di kelabku?!" tanya Hans sambil berkacak pinggang di depan pintu.Mendengar bentakan Hans yang penuh wibawa, pria itu melepaskan tangannya dari rok Mila.Mila langsung berlari sambil memegangi roknya yang robek. Melihat itu Hans langsung melepaskan jasnya, lalu memberikannya pada Mila."Pakai ini," perintahnya.Mila mengangguk, menerima jas itu lalu melilitkannya ke pinggang. Setelah itu ia kembali ke tempatnya semula."Bereskan masalah ini. Tidak peduli siapa orangnya, aku menolak orang-orang cabul sebagai pelanggan kelab ini," perintah Hans pada Rovan, sang manajer kelab."Baik, Bos. Saya pastikan mereka akan menerima sanksinya," kata Rovan mantap.Hans pergi dari ruangan itu, lalu menyusul Mila yang sudah kembali ke balik meja bar."Kamu ... membawa baju ganti?" tanya Hans perhatian."Tidak, Pak. Tetapi jangan khawatir, teman saya dalam perjalanan mengantarkan seragam
Baca selengkapnya

5. Masih Sayang?

"Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah di tubuhku ada yang aneh?" tanya Shenka.Hans berdehem, membersihkan tenggorokannya yang mendadak terasa kesat."Bukan aneh," jawab Hans parau."Lalu?""Menggairahkan. Wajahmu, tubuhmu, semuanya ... membangkitkan gairahku," jawab Hans dalam hati."Hellooo ...," tegur Shenka sambil mengetuk meja, membuat Hans terperanjat."Oh ... bukan aneh, tetapi cantik. Kamu cantik sekali, Shenka," puji Hans.Wajah Shenka merona, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang mendengar pujian itu. Dengan elegan dia menanggapi pujian dari Hans."Kamu belum mengenalku dengan baik. Setelah mengenalku, kamu pasti menyesal telah berkata begitu," kata Shenka sambil tertawa."Oh, ya? Aku jadi penasaran ingin mengenalmu lebih jauh," kata Hans lagi.Shenka ingin membalas kata-kata Hans, tetapi batal karena tiba-tiba sebuah suara terdengar mendahuluinya."Shenka itu cuma cantik di luar aja, Pak. Aslinya
Baca selengkapnya

6. Kecurigaan Hans

Hans tergugu mendengar pertanyaan Shenka. Ia tidak menyangka jika gadis itu juga memiliki hobi yang sama dengannya. Tidak hanya itu, gadis itu bahkan hapal dengan jalan cerita novel yang ia baca. Mendadak Hans merasa ada gumpalan pasir di tenggorokannya. ia tercekat, kesulitan untuk langsung menjawab."Oh, tidak ada yang spesifik. Hanya saja terkadang dalam beberapa dialog dan kejadian, aku merasa relate dengan perasaan tokohnya," jawab Hans berdalih.Ia menghembuskan napas lega diam-diam saat Shenka kembali melemparkan pandangannya ke lantai dansa.Setelah cukup lama terdiam, Shenka kembali memutar tubuhnya menghadap Hans. Ia menghabiskan minumannya, lalu melirik penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya."Sudah sangat larut, aku pulang dulu," pamit Shenka seraya berdiri dari kursinya."Tunggu," cegat Hans, tanpa sadar mencekal pergelangan tangan Shenka. Gadis itu mengernyit, melayangkan tatapan protes lewat sudut matanya."Ma-maaf," cicit Hans se
Baca selengkapnya

7. Identitas yang Terkuak

Shenka meradang mendengar kata-kata Hans yang menyudutkannya."Apa urusanmu menanyakan hal itu padaku? Terserah aku mau naik mobil siapa. Lagian kamu siapa, sih? Saudara bukan, pacar pun bukan. Apa hakmu mengatur-ngatur hidupku?" sergah Shenka emosi.Hans memukul pintu dengan kesal."Itu karena aku mengkhawatirkanmu, Shenka," tandas Hans dengan mengatupkan rahang."Sudahlah. Ini terakhir kalinya kamu bersikap begini. Lain kali aku tidak akan memaafkanmu. Aku paling benci dengan orang yang mencampuri urusanku. Pulanglah. Aku mau tidur," usir Shenka seraya menutup pintu.Namun, Hans menahan pintu itu dengan tangannya."Apa yang kamu lakukan?" tanya Shenka, nyaris berteriak."Shenka, please. Jangan lakukan itu lagi. Jangan pernah naik mobil orang asing lagi," pinta Hans dengan memelas.Shenka tertegun. Tatapan Hans terlihat sangat mengkhawatirkannya. 'Ada apa dengan pria ini? Mengapa tatapannya terlihat sangat hang
Baca selengkapnya

8. Melepas Hasrat

Melepaskan HasratHans kembali ke rumah dengan muka masam. Pertemuan dengan kakeknya saat makan siang tadi benar-benar menguras emosi."Tua bangka sialan!" maki Hans sambil memukul meja.Awalnya acara makan siang itu berlangsung damai sampai Richman—kakek Hans—membahas tentang perjodohannya. Hans yang sedang menyuap makanannya spontan membeku saat Richman menyodorkan tiga puluh foto wanita muda ke hadapannya."Pilih salah satu yang kau suka, informasi mereka ada di belakang setiap foto," ujar Richman siang itu.Hans ingin membanting sendok yang sedang berada di dalam genggamannya, tetapi ia tahan. Bagaimana pun juga lelaki tua di hadapannya itu adalah orang yang telah merawat dan menjaganya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan."Kek, aku mohon. Berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak teman bisnismu," pinta Hans setelah menghela napas panjang berkali-kali."Kamu itu sudah tiga puluh dua tahun, Hans. Sejak
Baca selengkapnya

9. Kamu yang Pertama

KAMU YANG PERTAMAPerasaan Hans campur aduk saat melihat Shenka berdiri di depan pintu kamar hotelnya.'Ada apa ini? Apakah dia wanita yang akan menjadi partnerku malam ini? Shenka wanita semacam itu?' tanya Hans di dalam hati.Senyum Shenka serta merta hilang saat melihat Hans."Eh, ini kamar 608, 'kan?" tanyanya gugup."Benar. Ini kamarku," jawab Hans. "Maaf, sepertinya aku salah kamar," cicit Shenka, lalu memutar tubuhnya untuk pergi, tetapi tangan Hans dengan cepat menahannya."Tidak. Karena kamu sudah ada di sini, berarti kamu tidak salah kamar," jawab Hans sambil menarik gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Shenka terpekik, spontan berontak untuk melepaskan diri, tetapi percuma karena Hans sudah mengunci pintu kamar itu."A-apa yang ka-kamu lakukan?" tanya Shenka dengan wajah pucat.Sungguh berduaan bersama pria di kamar hotel adalah pertama kali baginya. Tubuh Shenka menggigil membayangkan s
Baca selengkapnya

10. Kita Tidur Bersama Saja

Tubuh Hans membeku mendengar pertanyaan Shenka. Untuk pertama kalinya ada orang lain yang mengajukan pertanyaan itu padanya, tak ayal itu membuat Hans merasa sangat terpojok. 'Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku berkata jujur pada gadis ini? Bagaimana jika dia menjauh setelah mengetahui fakta ini? Bagaimana jika dia membuka aib ini pada orang lain?' "Kenapa kamu diam? Apakah kata-kataku ada yang salah?" todong Shenka. "Tidak," jawab Hans lesu. "Tidak ... apanya yang tidak?" "Kata-katamu tidak salah, Shenka. Aku ... memang tidak normal," jawab Hans dengan suara yang semakin samar. Mata indahnya membesar. Ia yang tadi sudah bangkit, tiba-tiba duduk kembali karena kaget. "Kamu tidak bercanda, 'kan?" Sudut bibir Hans tertarik, tipis saja nyaris tidak terlihat, tetapi sorot matanya sedih. Hans seperti sedang menyembunyikan rahasia besar yang menentukan hidup matinya. "Untuk seorang pria dengan semua kelebihan seperti yang kamu katakan tadi, apakah aku akan bercanda untuk hal y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status