“Hormat, Gusti Dewi Rara Anjani! Kami ditugaskan oleh Gusti Prabu untuk menjemput Gusti Dewi!” ucap seorang prajurit dengan napas terengah-engah, berlutut di belakang Rara Anjani. Ia menyebut Adipati Kertajaya sebagai Gusti Prabu. Sesuatu yang memang tak pernah berubah di internal Astakencana. Perempuan yang tengah mengemas barang-barang di pelana Aswabrama itu terkejut. Ia tak menyangka utusan ayahandanya akan menemukannya di Girijajar. Beruntung Arya tengah berada di sungai, ia khawatir pemuda itu tak lagi akan mengantarkan pulang ke Astakencana. “Kami? Dimana prajurit lainnya? Kau hanya sendiri?” tanya Rara Anjani menyembunyikan keterkejutannya. “Prajurit lainnya berjaga di sekitar tempat ini, bersembunyi,” jawab prajurit itu. Ia masih saja menundukkan wajahnya. “Pergi lah! Segera kembali ke Astakencana. Aku akan segera kembali bersama Ksatria Cundhamani!” titah Rara Anjani dengan seuntai senyum merekah di bibirnya. “Sendika, Gusti Dewi!” Tak ada dan tak boleh ada pertanyaan m
Read more