Share

140. Di Tepi Desa Mati

“Arya?”

Pemuda itu tak menjawab. Ia sibuk menenangkan Aswabrama dengan terus mengusap leher kuda hitam itu. Sedang Aswabrama sudah melupakan amarahnya pada Rara Anjani. Perempuan yang dengan kesombongannya mencoba melawan kuda istimewa mendiang Prabu Wirajaya ini.

“Kau....”

“Heran melihatku sehat-sehat saja, Rara?” ucap Arya dingin. Nyalang mata Arya kini menghunus ke arah Rara Anjani yang masih saja bersandar pada dinding kereta kudanya.

“Arya, bagaimana mungkin?” Rara Anjani masih saja menatap Arya yang kini sudah menggenggam tali kekang kudanya itu. Setahunya tak ada satu pun yang mampu segera bangkit setelah menerima racun penghilang kesadaran khas Astakencana, selain mendiang Patih Waradhana.

“Mungkin kau lupa, aku ini mudah sekali sembuh. Racun prajuritmu itu hanya mampu membuatku tidur sebentar.” Arya menuntun kudanya mendekat. Hal yang membuat Rara Anjani semakin tersudutkan.

“Arya ... Kau salah paham, aku tak bermaksud....”

“Apa yang kau rencanakan, Rara!” Tapak kaki As
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status