All Chapters of GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU: Chapter 1 - Chapter 10

72 Chapters

Bab 1

GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU Tling ....  Bunyi pesan masuk dari ponsel suamiku. [Sobat BR*! Dana Rp 2.500.000,00 keluar dari rekening 1235***4567 pada 24/11/21 19:22:20. Ket.: 666666669999000000555555.] Notifikasi SMS banking tarik tunai kulihat dari layar depan suamiku. Kuraih ponselnya mumpung ia sedang mandi selepas pulang kerja.  Nomor rekening Mas Irfan kenapa bisa ditarik tunai saat ia sedang mandi? Apa ada yang pakai ATM Mas Irfan? Aku segera intip dompet Mas Irfan, mumpung ia belum selesai mandinya. Namun, kucari di dompet tak ada ATM yang biasa ia pegang untuk belanja bulanan, di dompet hanya ada ATM dari bank payroll gaji Mas Irfan.  Aku duduk di atas kasur sambil menunggu notifikasi pesan masuk lainnya. Siapa tahu si pemakai mengucapkan terima kasih pada Mas Irfan. Meskipun darah ini sudah sangat naik, aku
Read more

Bab 2

Bab 2Mas Irfan melirikku sejenak. Mungkin keheranan dengan sikapku yang tiba-tiba ngerengek minta ke toko bayi yang sama persis dengan Karin."Mas, lapar, Dek," ucapnya. Aku mengecap kesal dan berpaling darinya, pandangan aku fokuskan ke depan dengan kedua tangan dilipat di atas dada.Sebentar lagi kami melewati Toko Baby Shop Michael, pasti mobil Karin masih berada di sana. Tidak lama kemudian, Mas Irfan memarkirkan mobilnya ke depan toko baby yang kumaksud. Aku melirik ke arahnya dengan mata menyipit."Katanya mau beli kado, sana!" suruhnya membuatku terkejut."Kirain nggak jadi, Mas, kamu nggak ikut turun?" tanyaku lagi."Kamu saja, aku tunggu di sini, jangan lama-lama, perutku sudah bunyi," pesan Mas Irfan beruntun.Aku menghela napas, pasti ia takut ketemu dengan Karin yang sedang bersama ibunya. Pastinya akan kupertanyakan jika kami berpapasan."Mas, sebentar saja, ya, temani aku, plea
Read more

Bab 3

Bab 3Aku memergoki mereka di toilet, ini waktunya untuk membuat mereka mengaku."Mah, Mama ngapain di sini? Ke sini sama siapa?" tanyaku basa-basi.Mama terlihat gugup, matanya terus berputar mencari alasan untuk ia katakan padaku."Emm, Mama ke sini sendiri, naik taksi online tadi, ada cucunya teman Mama yang lahiran. Kamu gimana sih, tanya dengan siapa Mama pergi, kan Papa lagi ke luar kota," jawab Mama Gita panjang. Aku tahu ini hanya sebagian kebohongan yang ia lakukan.Teringat ucapannya barusan mengenai papa mertuaku yang berada di luar kota. Apakah beliau sudah tahu kelakuan istri dan anak satu-satunya?"Oh gitu, itu kok seperti kenal dengan Karin, sekretaris Mas Irfan," cecarku sekali lagi."Oh, jelas kenal, sekretaris anak sendiri masa nggak kenal, Nggi. Mama kan juga sering berkunjung ke kantor di saat Papa ke luar kota," elaknya lagi. Itu artinya sudah tak ada harapan
Read more

Bab 4

Bab 4"Mas nggak tahu, Dek, hilang ATM nya," jawabnya dengan mata terpaku padaku. Keringatnya mulai menetes satu persatu."Mas, ATM hilang kok santai, apa sudah diblokir?" tanyaku pura-pura percaya dengan ucapannya."Be-belum, Dek. Baru tadi hilangnya, besok aku ke Bank," sahutnya terbata-bata sembari mengusap lehernya seraya gugup.Aku menghela napas seraya kesal padanya. Padahal, sedari tadi darah ini memang sudah bergemuruh menahan emosi. Sebab, ia terus menerus berkelit dalam kebohongan."Mbak, Mas, ini jadi gimana?" tanya kasir memastikan pembayarannya."Astaga, sebentar ya, Mbak. Saya ambil uang dulu di seberang," ucap Mas Irfan. "Atau pakai kartu kredit saja, Dek?" tanyanya lagi."Nggak, segitu saja pakai kartu kredit, miskin banget sih," cetusku sambil mengalihkan pandangan.Aku kesal bukan karena ATM. Akan tetapi dengan jawaban Mas Irfan yang selalu menutupi kebohongannya
Read more

Bab 5

Bab 5"Pah, aku nggak mungkin macam-macam pada Anggi sesuai dengan pesan Papa," sambung Mas Irfan masih berkelit. Pasti ia takut pada papanya, semua hak perusahaan masih dikendalikan oleh papa mertua."Ya, semoga kamu tak mengkhianati Anggi, awas saja kalau itu terjadi. Kamu tahu kan, Anggi adalah menantu pilihan Papa," ujar papa mertuaku.Entahlah, apa yang membuat Papa Anggara begitu sangat menyayangiku. Perlakuannya padaku melebihi ayahku. "Ya sudah, Pah. Aku dan Anggi sedang menikmati makan malam nih, ada yang dibicarakan lagi, nggak?" tanya Mas Irfan."Baiklah, selamat senang-senang, ya. Jaga Anggi, jangan sakiti dia," pesannya sekali lagi. "Baik, Papa. Assalamualaikum," tutupnya."Waalaikumsalam," jawab papa. Telepon pun terputus.Kami pun melanjutkan makan malam, ada rona kebingungan terpancar di wajah Mas Irfan. Bagaimana tidak, ia pasti bingung telah menyimp
Read more

Bab 6

Bab 6"Loh kamu di sini juga periksa kandungannya? Memang kamu sedang hamil juga?" sindir Karin membuatku tersenyum tipis."Nggak usah nyindir, aku heran ya sama kamu, Karin. Kerja sekretaris tapi seenaknya jalan-jalan ke rumah sakit. Aku aduin ke Papa mertuaku nanti supaya Mas Irfan ganti sekretaris saja. Punya sekretaris kok seenaknya keluar masuk kantor," cetusku benar-benar geram dengan kelakuan wanita yang berkulit eksotis itu. Modal seksi dan gaya mempesona saja sudah berani menggoda suami orang."Silakan saja ngadu, paling nanti kamu dicerai oleh Mas Irfan," sindir balik Karin dengan alis terangkat. Sifat sombongnya mulai ia tunjukkan."Oh jadi kamu nantang aku, ya? Wanita jal*ng," sindirku lagi."Jangan sembarangan bicara kamu, Nggi," balas Karin mulai emosi."Loh, kok marah, kenyataannya seperti itu, mana suamimu? Itu anak siapa yang ada di rahim kamu? Apa sudah ada ikatan pernikahan?" sindirku lagi mem
Read more

Bab 7

Bab 7POV IrfanFlashback awal mula tergoda KarinKetika lelaki sering bertemu maka timbul perasaan lebih terhadap lawan jenisnya. Terlebih ia sering menemani ketika bekerja. Pastinya akan timbul benih-benih cinta. Entahlah, mata ini tak dapat menahan godaan sosok Karin yang begitu mempesona. Lekuk tubuhnya yang selalu ia tonjolkan ketika bersama di kantor, membuatku akhirnya jatuh di pelukannya."Maaf, Pak, kalau menurut saya, pernikahan yang telah dibangun selama 2 tahun, tapi belum memiliki keturunan, itu sudah bukti bahwa istri Pak Irfan mandul," hasut Karin ketika kami sedang makan siang bersama."Entahlah, kami sedang berusaha program ke dokter kandungan, sudah berjalan sebulan," jawabku.Tiba-tiba tangan wanita yang sudah bekerja hampir setengah tahun menggenggam tanganku."Percayalah, Pak. Anak adalah aset untuk Pak Irfan, anak adalah penerus perusahaan. Sama halnya Pak Angga, pemilik dari perusahaan in
Read more

Bab 8

Bab 8 Aku coba melangkah. Namun, ketika hampir mendekati Mas Irfan. Tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tanganku. Seorang lelaki bertubuh tinggi semampai, hidung mancung dan berkulit sawo matang.  "Lepas! Kamu siapa?" tanyaku sambil menepis genggamannya. Ia pun coba menutup mulutku dengan tangan seraya menyuruhku diam.  "Sttt, jangan keras-keras, saya orang suruhan Pak Angga." Aku menatapnya dengan mata menyipit.  "Papa mertuaku?" tanyaku keheranan. Ia pun mengangguk.   "Kita ke kantor," ajaknya.  "Sebentar, saya mau ngalihin Mas Irfan dulu," ucapku.  Tiba-tiba kulihat wanita hamil yang tadi menunggu antrian keluar dari toilet.  "Mbak, tunggu sebentar," cegahku.  "Ya, Mbak." 
Read more

Bab 9

Bab 9  Kami berdua masuk ke kamar dimana Karin harus bed rest. Rendi bertugas jaga di depan. Langkah kaki kami berdua beranjak beriringan, hingga tiba di hadapan bed nomor 3 di antara 5 pasien rumah sakit.  Papa mertuaku melipat kedua tangannya di atas dada sambil tersenyum tipis pada mama mertuaku.  "Papa," celetuk Mama Gita terkejut. Matanya tak berkedip ketika papa berada di hadapannya. Kemudian, kulihat Mama berpindah posisi, yang tadinya sedang duduk sambil menyuapi Karin buah, kini ia bangkit dan meletakkan buahnya di atas meja.  "Ya, ini aku, kenapa? Kaget?" sindir Papa Angga sambil mengangkat kedua alisnya. Kemudian, Mama Gita menghampiri papa mertuaku, lalu meraih punggung tangannya untuk dikecup.  "Irfan, Papa datang kok nggak cium tangan? Cepat cium tangan Papa!" perintah Mama Gita pada anaknya. Kemudian,
Read more

Bab 10

Bab 10 POV Irfan Aku hanya bisa menghela napas, ketika papaku sendiri telah membekukan keuangan perusahaan untuk anaknya. Akhirnya aku terpaksa menghubungi Mama Gita untuk meminta bantuannya.  "Halo, Mah." Aku memulai buka pembicaraan.  "Ya, Irfan kamu di mana, kok bising gitu suaranya?" tanyanya balik.  "Aku di RS Citra Kencana, Mah. Karin hampir keguguran," celetukku pada mama melalui sambungan telepon.  "Loh kok bisa?" tanyanya balik.  "Ceritanya panjang. Mama bisa ke sini, nggak? Aku butuh bantuan Mama."  "Iya, Mama segera ke situ, di ruang VVIP, kan?"  "Rencana kelas 3, Mah. Keuangan kantor dibekukan Papa. Aku minta tolong rayu Papa bisa nggak?" tanyaku lagi.  "Susah, F
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status