Share

Bab 9

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-02-04 14:34:48

Bab 9

Kami berdua masuk ke kamar dimana Karin harus bed rest. Rendi bertugas jaga di depan. Langkah kaki kami berdua beranjak beriringan, hingga tiba di hadapan bed nomor 3 di antara 5 pasien rumah sakit.

Papa mertuaku melipat kedua tangannya di atas dada sambil tersenyum tipis pada mama mertuaku.

"Papa," celetuk Mama Gita terkejut. Matanya tak berkedip ketika papa berada di hadapannya. Kemudian, kulihat Mama berpindah posisi, yang tadinya sedang duduk sambil menyuapi Karin buah, kini ia bangkit dan meletakkan buahnya di atas meja.

"Ya, ini aku, kenapa? Kaget?" sindir Papa Angga sambil mengangkat kedua alisnya. Kemudian, Mama Gita menghampiri papa mertuaku, lalu meraih punggung tangannya untuk dikecup.

"Irfan, Papa datang kok nggak cium tangan? Cepat cium tangan Papa!" perintah Mama Gita pada anaknya. Kemudian, Mas Irfan pun turut menghampiri papa meskipun masih dalam keadaan tercengang.

Papa mertuaku hanya tersenyum, aku yang berada di sampingnya pun bergantian turut mengecup punggung tangan Mama Gita dan Mas Irfan. Ya, aku masih memperlakukan mereka sebagai orang tua dan suami.

"Kok kalian bisa ke sini berdua?" tanya mama coba mengeluarkan jurusnya. Ia seraya mengalihkan pembicaraan.

"Ya, tadi ketemu di lobi, Mah, aku kan periksa kandungan juga di sini, ya kan Mas? Tadi aku sudah bilang Mas Irfan kok Mah," jawabku sambil tersenyum.

Kulihat wajah Karin yang sedang berbaring menatapku sinis. Netranya tampak memerah penuh amarah.

"Tadi, saya dan Anggi ...." celetuk Karin terputus.

"Kenapa Karin?" tanya papa mertuaku sinis. "Ini ada apa kok anak saya beserta mamanya bisa berada di ruangan ini? Memang kamu ada hubungan saudara dengan istri dan anak saya?" sindir papa mertuaku. Aku pun balik menatap Karin. Ia terbelalak mendengar pertanyaan papa, terlebih mama mertuaku yang sontak menoleh ke arah suaminya.

"Pah, apa-apaan sih pertanyaannya aneh. Mama dan Irfan kebetulan tadi ketemu Karin saat dibawa ke ruang rawat inap," sanggah Mama Gita. "Iya, kan Irfan?" Mama Gita mencoba meyakinkan.

Aku tidak menyangka dengan Mama Gita, ia tetap mengelak dari tuduhan yang jelas-jelas benar adanya.

Mama Gita menatap Mas Irfan. Namun, ia tetap terdiam tak menghiraukan pertanyaan mamanya. Sepertinya ini dikarenakan Mas Irfan tegang, jadi ia melamun dan tak mendengar pertanyaan mama.

"Irfan, iya kan?" tegas mama mertuaku sekali lagi.

Mas Irfan pun sadar dari lamunannya. "I-iya, Mah," jawabnya terbata-bata.

Hampir saja aku menertawakan Mas Irfan. Namun, aku tahan dengan menghela napas panjang.

"Tuh kan, Pah. Kami ke sini nggak sengaja ketemu," jawab mama berusaha meyakinkan.

Kulihat wajah Mas Irfan memucat, keningnya pun penuh keringat, tapi lengannya terus menggandeng tangan mamanya.

"Pah, kenapa keuangan kantor dibekukan? Aneh sekali, aku ini anak pemilik perusahaan, tapi keuangan kantor saja tidak ada kuasanya," cetus Mas Irfan. Rupanya sedari tadi ia diam sedang memikirkan alibi untuk menghindari pertanyaan dari papanya.

Papa tertawa kecil sambil menyoroti anaknya. Kemudian matanya beralih ke wajah ibu mertuaku.

"Sudahlah jangan mengalihkan pembicaraan. Kalian itu aneh, ngapain di rumah sakit ini? Kamu sehat kan, Mah?" tanya papa.

"Sehat, Pah. Kami berdua jenguk teman Mama, tadi ketemu Karin. Sudah itu aku sudah jujur loh, Pah," jelas mama dengan penjelasan palsu.

Aku dan papa mertua saling beradu pandang. Kemudian, aku mengangguk ke arah papa mertuaku.

"Oh gitu, baiklah, temanmu namanya siapa, Mah. Biar aku suruh Rendi tanya bagian informasi pasien yang akan mama kunjungi," jawab papa dengan sengaja. Ya, kami berdua sudah sepakat untuk mendengarkan penjelasan mereka lebih dulu. Setelah itu, barulah memberikan bukti bahwa mereka tengah berbohong. 

Kejujuran itu sangat penting, jika mereka masih berkelit, itu artinya ada sesuatu di balik perselingkuhan ini.

"Pah, kenapa sih kamu selalu begini? Selalu curiga saja pada Mama? Hah!" sentak Mama Gita membuatku terkejut. Ia justru menyalahkan Papa Angga.

Kemudian, suster jaga pun datang. Mungkin karena kami terlalu ribut di ruangan ini.

"Maaf, ini rumah sakit, hanya pasien dirawat untuk istirahat. Jadi tolong keluar dari ruangan ini ya, jam besuk juga belum waktunya," suruh suster membuat perdebatan terhenti.

Akhirnya kami memutuskan untuk bicara di luar ruangan, juga bukan di rumah sakit.

"Ya sudah, Karin, cepat sehat ya, maaf Tante pergi dulu," pamit Mama Gita.

"Tante, Pak Irfan, terima kasih banyak sudah mau jenguk, saya di sini tidak memiliki saudara, kalian membuat saya terharu," ucap Karin berbohong. Rasanya aku kesal mendengar dan melihat sandiwaranya di depan mata.

Seandainya ini bukan rumah sakit, pasti papa mertuaku sudah membongkar semua sandiwara mereka. 

Kami semua beranjak pergi meninggalkan Karin di kamar inap. Aku dan papa tak pamit padanya ketika meninggalkan ruangan.

Kulihat wajah Mas Irfan pun masih pucat pasi. Ia berjalan pelan seraya tak memiliki tujuan. Namun, sebentar-sebentar aku melirik Mama Gita yang selalu berusaha menenangkan Mas Irfan dengan berbisik-bisik sambil menepuk pundaknya.

Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Tiba-tiba langkah papa mertuaku terhenti di depan lobi parkiran.

"Di sini saja," ucapnya sembari menyetop kami semua.

"Ngapain di sini?" tantang mama.

"Ya, kejelasan dan kejujuran," sahut papa mertuaku lagi. Rasanya aku hanya mampu terdiam mendengar pertengkaran mereka. Padahal tujuan utama adalah membongkar semua sandiwara Mama Gita, Mas Irfan, dan Karin.

"Pah, kamu kenapa sih lebih percaya wanita udik ini?" Mama tiba-tiba menantang papa mertuaku. 

Plak! Tamparan dilayangkan ke pipi mama.

"Jaga mulutmu, suatu saat kamu akan menyesal!" ancam Papa Angga.

"Nyesel gimana? Aku nggak akan nyesel, Anggi ini hanya anak sahabatmu yang dari kampung dan tiba-tiba kamu jodohkan dengan anak kita, seharusnya ia tidak menikah dengan Irfan, kasihan anak kita Pah, tertekan dengan wanita kampung ini," umpat Mama Gita dengan sederet hinaan untukku. 

Air mata ini tak mampu kubendung ketika ada yang menghina kedua orang tuaku. Ya, sakit jika sudah menyangkut orang tua.

"Pah, aku pulang, nggak jadi bongkar rahasia mereka. Biarkan saja mereka menikmati masa-masa mendua dari istri," cetusku kesal.

"Kamu nuduh aku mendua, Sayang? Aku kan selalu nurutin kata-kata kamu, tabungan saja ada di kamu," timpal Mas Irfan membuatku geram. Ia belum juga mengakui perselingkuhannya dengan Karin.

Aku pun segera mengeluarkan ponsel. Rasanya sudah tak ada lagi sisa kesabaran di dalam dada ini, yang ada hanya rasa benci padanya.

"Baiklah, kalau gitu, aku akan tunjukkan bukti bahwa kamu memang sudah menduakan aku dengan Karin, sekretarismu," celetukku persis di hadapan Mas Irfan.

Bersambung

Related chapters

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 10

    Bab 10POV IrfanAku hanya bisa menghela napas, ketika papaku sendiri telah membekukan keuangan perusahaan untuk anaknya. Akhirnya aku terpaksa menghubungi Mama Gita untuk meminta bantuannya."Halo, Mah." Aku memulai buka pembicaraan."Ya, Irfan kamu di mana, kok bising gitu suaranya?" tanyanya balik."Aku di RS Citra Kencana, Mah. Karin hampir keguguran," celetukku pada mama melalui sambungan telepon."Loh kok bisa?" tanyanya balik."Ceritanya panjang. Mama bisa ke sini, nggak? Aku butuh bantuan Mama.""Iya, Mama segera ke situ, di ruang VVIP, kan?""Rencana kelas 3, Mah. Keuangan kantor dibekukan Papa. Aku minta tolong rayu Papa bisa nggak?" tanyaku lagi."Susah, F

    Last Updated : 2022-02-04
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 11

    Bab 11Herannya dengan Mas Irfan, sudah kepergok masih saja berkelit. Apalagi Mama Gita, ia justru mengumpat aku dengan sebutan wanita udik dan sebagainya. Sakit, itu sudah pasti, tapi aku berusaha menahan emosi. Sebab papa mertuaku sungguh amat membelaku.Mas Irfan cemburu dengan perlakuan papanya padaku. Ia menuduh papanya sendiri memiliki rasa yang lebih terhadapku. Padahal, aku tahu ia seperti itu karena dititipkan oleh kedua orang tuaku.Aku pun sudah memberikan bukti padanya, tapi apa yang kudapatkan? Ya, ia mengaku bahwa ada hubungan spesial dengan Karin. Namun, tidak mengakui telah menikah dan akan memiliki anak darinya.Akhirnya aku tunjukkan bukti akurat yang Desi kirim ketika aku dalam perjalanan ke rumah sakit."Lihat ini, ada video yang dapat membuktikan bahwa kalian telah menikah diam-diam," ucapku pada Mas Irfan. Kemudian, kuputar video pernikahan siri yang singkat itu. Ya, aku sengaja memberikan video ini set

    Last Updated : 2022-02-04
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 12

    Bab 12POV Pak Anggara"Anggi! Bangun! Tolong!" teriakku histeris ketika Anggi pingsan terkena tusukan. Darah segar yang keluar dari pinggangnya pun tak berhenti mengalir. Aku panik dan mencemaskan Anggi. Sebab, ia tertusuk karena hendak menghalangi preman tadi.Rendi terbangun dari pingsannya setelah dicelakai oleh orang yang tak kami kenal."Astaga! Mbak Anggi kenapa, Pak?" tanyanya ketika mulai bangkit. Rendi mulai melangkah ke arahku yang sedang memangku Anggi."Tertusuk, cepat bawa ke mobil, kita bawa ke rumah sakit." Kemudian, beberapa orang yang lewat pun turut membantu menolong kami. Jalan yang tadi sepi kini sudah mulai dilewati orang ketika aku teriak meminta bantuan."Tadi saya dengar suara teriakan minta tolong, makanya ke sini," ucap salah seorang yang menolong. Kami berempat m

    Last Updated : 2022-02-04
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 13

    Bab 13POV IrfanAku terkejut ketika mendengar penuturan Papa Angga melalui sambungan telepon. Anggi ditusuk oleh preman? Apa jangan-jangan ini ulah Karin? Aku harus menghubunginya sambil jalan ke rumah sakit."Mah, ayo ke rumah sakit, Anggi ditusuk," ajakku. Namun, mama tidak ingin ikut."Kamu saja, Mama nggak mau.""Mah, jangan bikin Papa tambah kesal, tambah ingin hapus daftar nama kita, untuk sekarang ini kita sedang terhimpit," ucapku padanya. Egonya mama pada papa bisa menghancurkan rencanaku untuk tetap mempertahankan pernikahanku dengan Anggi.Satu-satunya jalan untuk menjadi pewaris perusahaan adalah mempertahankan pernikahanku dengan Anggi. Sebab, Anggi lah orang yang paling disayangi papa, entahlah apa yang membuatnya seperti itu."Baiklah, meskipun kesal yan

    Last Updated : 2022-02-05
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 14

    Bab 14POV Irfan"Apa-apaan kamu Irfan nuduh Mama yang mencelakai Anggi, mana mungkin Mama celakai menantu sendiri," sanggahnya. Aku terdiam sejenak, masih belum percaya pada ucapan mama."Gimana ya, Mah. Bukankah Mama benci dengan Anggi? Siapa tahu dugaanku ini benar, maaf ya Mah, hanya menduga kok," cetusku."Loh, itu nuduh itu bukan dugaan. Nuduh tanpa bukti, padahal Mama sudah membela kamu di hadapan Papa. Sesakit ini dituduh yang tidak dilakukan," lirih mama tiba-tiba membuatku merasa bersalah."Bukan gitu, maaf ya, Mah. Aku heran saja kenapa Mama malam-malam gini nelepon aku?" tanyaku penasaran."Justru Mama hubungi kamu karena ingin menanyakan, kenapa tadi Karin nelponin Mama terus?" tanyanya. Penuturan Mama Gita membuatku jadi merasakan ada yang tidak beres dengan tingkahnya Karin.Kemudian, di saat aku sedang berbicara dengan mama melalui sambungan telepon, Rendi tiba-tiba muncul dari

    Last Updated : 2022-02-05
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 15

    Bab 15POV Irfan"Maksud kalian apa?" tanyaku ketika baru saja tiba di hadapan mereka. Mata ketiganya tak kalah membulat sama sepertiku. Pasti ada rahasia yang mereka sembunyikan makanya terkejut ketika tahu bahwa aku ada di sini."Irfan, kamu di sini?" tanya papa. Kemudian kedua mertuaku bangkit dari duduknya."Iya, aku mendengar obrolan kalian barusan," jawabku.Kemudian papa menghampiriku dan menyuruh duduk di dekatnya."Bagaimana kondisi Anggi?" tanyanya yang amat mengkhawatirkan menantunya. Meskipun menurutku ini adalah wajar karena papa merasa utang budi atas pengorbanan yang Anggi lakukan. Namun, aneh saja jika ia selalu membela semua yang dilakukan Anggi."Anggi sudah sadar, semalam juga telah cerita padaku, ia curiga penusukan ini dilakukan musuh Papa, ap

    Last Updated : 2022-02-06
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 16

    Bab 16POV Karin"Bagaimana kondisimu?" tanya Pak Alex Subroto, saingan bisnis Pak Angga."Sudah lebih baik, bagaimana keadaan Anggi? Apakah ia selamat?" tanyaku dengan alis terangkat. Kemudian, Pak Alex mengeluarkan sebuah amplop coklat yang berisikan uang bagianku. Bukan waktu singkat membuat keluarga Pratama hancur, membutuhkan waktu yang sangat panjang, hingga aku harus rela mengorbankan tubuh ini untuk Mas Irfan."Dia selamat, itu juga saya baru tahu dari orang suruhan saya yang datang ke rumah sakit, entahlah saya menginginkan Angga yang terluka, tapi malah menantunya," jawab Pak Alex."Polisi pasti mencari tahu tentang ini, dan rencana kita untuk mengelabuhi mereka sepertinya berhasil, mereka pasti anggap yang menjadi incaran adalah Anggi, padahal Pak Angga.""Tapi tetap saja saya menyesal yang terkena tusukan Anggi, bukan Angga. Sebab musuh saya Angga," jelas Pak Alex."Sudahlah, ini uang un

    Last Updated : 2022-02-06
  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 17

    Bab 17POV Irfan"Baiklah, kita ke rumah sakit tempat Karin dirawat sekarang juga," ajakku pada papa. Kemudian papa memerintahkan Rendi untuk turut ikut bersama kami.Kami pamit pada Anggi dan orang tuanya. Tidak lupa meminta Anggi untuk tidak cemas agar cepat pulih.Kami pun bergegas dengan menggunakan mobilku. Namun, Rendi yang mengendarai mobil. Dengan kecepatan tinggi, hanya kurang lebih tiga puluh menit saja kami telah tiba di rumah sakit.Ketika sudah sampai, pertama yang kami kunjungi adalah kamar inap Karin. Sebab, dari awal pembicaraan mama, yang mengejarnya adalah bodyguard dari lelaki yang mengunjungi Karin.Akan tetapi, apa yang kami harapkan tidak didapat dengan mudah, Karin masih tetap merahasiakannya. Padahal aku yakin ia tahu akan hal ini. Sampai akhirnya di depan ruan

    Last Updated : 2022-02-07

Latest chapter

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 72

    Bab 72Tidak lama kemudian, berselang beberapa jam kemudian, Sherina dan Satrio datang. Mereka langsung bertemu dengan Anggi dan Irfan di kantor yang nyaris hancur.Sherina mengejutkan sesuatu, ia memberikan informasi yang membuat Satrio terbelalak."Pak, saya tahu pelaku pembakaran kantor Irgi Pratama," jelas Sherina.Anggi dan Irfan tertegun, ia nyaris tak berkedip menatap wajah wanita yang sempat dituduh sebagai penerornya. Kaki Anggi melangkah ke arah Sherina, meskipun berat Sherina hanya menghela napas di hadapan Anggi."Saya tahu, pasti kamu mau menuduh saya lagi, iya kan?" sindir Sherina. Sebelum ditanya ia sudah menebak apa yang akan Anggi lakukan.Kemudian, Irfan menggandeng erat tangan istrinya. Ia tidak ingin Anggi melakukan kesalahan yang kedua kalinya.&nbs

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 71

    Bab 71Angga langsung menghubungi Rendi. Namun, ia ragu-ragu sebab orang kepercayaannya itu sedang berada di rumah sakit menemani Arya.Tangan Angga dihentak-hentakkan, seraya kebingungan harus menghubungi siapa untuk menugaskan ke Jogja. Sebab, ia sudah amat kelelahan mengurusi urusan di sini.Angga menghela napas panjang. Sedangkan Anggi dan Irfan saling beradu pandangan, mereka berdua tiba-tiba mengangguk."Pah, kami berdua yang ke Jogja, besok pagi berangkat," ucap Irfan membuat mata Angga seketika berair."Apa kalian tidak lelah? Aku khawatir dengan kesehatan kalian," tutur Angga belum mengizinkan mereka berdua."Pah, kami berdua masih muda, sedangkan Papa usianya sudah tidak memungkinkan lagi untuk kecapean, jadi biarkan saja ya, kami belajar mengurus hal yang ekstrim seperti ini," rayu Anggi.Kemudian, Gita merangkul pundak lelaki yang sangat setia padanya, dilingkarkan tangan di leher Angga.

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 70

    Bab 70"Baiklah, kami bebaskan Sherina dan Satrio berdasarkan bukti yang Bapak berikan, tentunya kami juga akan segera mencari keberadaan saudara Dodi," ucap komandan membuat seketika suasana mencair. Semuanya mengelus dadanya masing-masing seraya lega dengan keputusan yang diambil oleh komandan.Kemudian, komandan memerintahkan petugas untuk membebaskan Sherina dan Satrio tanpa syarat apapun. Mereka berdua dibebaskan karena terbukti tidak bersalah.Semuanya bangkit menyambut kedatangan Sherina dan Satrio. Kemudian, seketika itu juga Alex menyergap tubuh Satrio."Pah," sapa Satrio pada Alex. Meskipun ayah sambung, tapi Alex memperlakukan Satrio seperti anak kandungnya. Mereka berdua melepaskan rasa haru, air matanya pun tak terasa meleleh membasahi pipinya."Kamu sudah bebas, janji Papa sudah ditepati," timpal Alex kepada anaknya.Seisi ruangan berjabat tangan, namun senyum Sherina terlihat sangat terpaksa

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 69

    Bab 69Setelah dibuka rekaman yang tersimpan. Terdengar suara di antara mereka yang berada di satu meja restoran berdebat."Kenapa kamu lakukan ini sampai terlalu jauh? Bukankah Pak Irgi telah memberikan pesangon cukup besar?" tanya istrinya Dodi. "Kamu tega melihat anak istrimu kini luntang-lantung tidak jelas?" tambahnya lagi dengan nada menekan."Sudahlah, tahu apa kamu urusan lelaki? Sekarang habiskan makanan, kita akan terbang ke Jawa Timur!" Dodi terdengar tambah marah.Kemudian, hening seketika. Setelah itu Dodi terdengar menghubungi seseorang."Candra, tolong kamu habiskan laki-laki yang bernama Arya, dia telah terlalu jauh ikut campur," suruh Dodi melalui sambungan telepon."Gila kamu, Mas! Sudah bersalah malah nyelakain orang! Bukankah janji kamu hanya menakut-nakuti keluarga Pratama? Kenapa sejauh ini?" sentak istrinya."Kamu mau ikut pergi atau di sini?" Pertanyaan terakhir y

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 68

    Bab 68"Ada apa dengan Arya, Ren?" tanya Anggara. Posisinya yang tadi duduk setelah menyuruh Anggi dan Irfan masuk kini berdiri."Pah, tenang ya, duduk bicaranya biar tenang," pesan Irfan sambil mengelus-elus punggung mertuanya."Arya kecelakaan, Pak," terang Rendi memberikan informasi yang membuat keluarga Pratama kehilangan harapan."Astaga, lalu bagaimana kondisinya?" tanya Angga terkejut sekaligus panik. Lalu mulutnya komat-kamit memberikan informasi pada anak mantu dan sahabatnya yang berada di sebelah Angga."Kondisinya belum sadarkan diri, Pak. Sekarang ada di Rumah Sakit Sentosa," ucapnya membuat Angga tanpa pikir panjang mematikan sambungan teleponnya. Ia menghela napas berat seraya tidak mempercayai takdir."Yuk kita ke Rumah Sakit Sentosa!" ajaknya sambil meraih tas kecil yang ia bawa.Mereka berempat bersiap ke rumah sakit. Kali ini sepasang suami istri itu yang menenangkan p

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 67

    Bab 67"Saya minta maaf atas tuduhan yang kemarin," ucap Anggi dengan kerendahan hati."Tidak salah dengar? Anggi yang bersikeras menahanku kini minta maaf?" sindir telak Sherina. Sepertinya ada dendam kesumat di dalam hati Sherina.Kemudian, Irfan membuka percakapan dengan memotong pembicaraan Sherina. Ini supaya tidak berlarut-larut dalam dendam."Ya, ini kesalahpahaman, mohon dimaklumi, Sherina. Maaf kami benar-benar baru mengetahui yang sebenarnya," tutur Irfan coba membela istrinya.Hening, seketika suasana hening, Satrio pun menatap lekat ke arah Anggi."Saya tahu, kamu seperti itu karena tuduhan anak buah peneror itu, saya paham betul," timpal Satrio."Saya janji akan membersihkan nama baik kalian nantinya," ucap Anggi.Sedangkan Sherina masih duduk terpaku bersandar dengan santai. Ia merasa menang atas ucapan maaf yang telah dilontarkan Anggi dan Irfan."Saya

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 66

    Bab 66"Iya, Sayang. Ini Papa ada di kediaman rumah Alex Subroto," ucap Angga membuat Anggi mencelos. Ia sendirian, tidak ada Irfan yang berusaha menenangkan."Pah, jadi aku benar salah tahan orang? Atau bagaimana?" tanya Anggi masih ragu."Ya, ini Bu Lastri telah menceritakan pada kami, sepulang dari Bali ia bolak-balik dari rumah ke perusahaan Alex kadang perusahaan Subroto, Satrio sangat diandalkan kedua perusahaan itu jadi tidak mungkin sempat memikirkan tindakan kriminal, lagi pula, ada urusan apa Satrio dan kita, Nak," ujar Angga semakin membuat Anggi merasa bersalah.Anggi yang sudah tidak tahu lagi harus bicara apa, ia hanya menyesali perbuatannya."Pah, tolong cari peneror yang sebenarnya, aku mohon maaf pada semua," tutur Anggi lalu mematikan sambungan teleponnya.An

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 65

    Bab 65"Disuruh nyelidikin yang datang mengunjungi Karto? Apa ada yang mengunjunginya?" tanya Irfan penasaran."Iya, Pak. Ini saya sedang mencari keberadaannya, saya cari dari plat nomor kendaraan dulu," jawab Arya."Ya sudah, kalau begitu, nanti saya hubungi lagi ya," ucap Irfan. Kemudian telepon pun ia putus.Dalam hening, Irfan berpikir, kalau ada yang menjenguk Karto, itu artinya Sherina dan Satrio bukanlah orang yang menjadi dalang teror keluarga Pratama. Artinya ia salah tuduh, dan merugikan dua orang.Irfan coba membicarakan hal ini pada istrinya, Anggi."Sayang, kamu tahu nggak barusan Arya bilang apa?" tanya Irfan.Anggi pun menggelengkan kepalanya."Apa itu?" tanya Anggi singkat."Kata

  • GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU   Bab 64

    Bab 64"Pah, Papa keluarkan aku dari sini!" ungkap Satrio membuat wajah Sherina yang tadinya marah kini berubah kebingungan."Papa ke sini untuk bicarakan sesuatu pada kalian," jawab Alex."Papa? Ini apa-apaan, Pak? Jadi Satrio ini anak Pak Alex?" tanya Sherina disertai tawa kebingungan."Tenang dulu, Sherina, kamu duduk," suruh Alex.Kemudian, ketika Sherina sudah tenang, Alex mulai bicara padanya. Angga pun turut menyimak Alex bicara. Semua menyoroti Alex."Pertama, saya akan ungkap kenapa Satrio panggil saya Papa. Dia anak tiri saya, jujur saja memang sengaja merahasiakan ini dari perusahaan. Tapi sebagian ada yang sudah tahu," tutur Alex membuat Sherina menghela napas.Sherina duduk dengan posisi tangan menyanggah dagunya."Lalu kenapa Pak Alex rela anaknya di penjara?" tanya Sherina."Saya anggap ini adalah karma untuk saya, dulu saya juga bertindak tanpa mencari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status