All Chapters of GARA-GARA NOTIFIKASI SMS BANKING SUAMIKU: Chapter 41 - Chapter 50

72 Chapters

Bab 41

Bab 41 POV Anggi  "Karin tadi sempat sadar, dan kini kritis, dokter bilang bayinya harus dilahirkan sekarang, dokter akan menindaklanjuti dengan operasi," tutur eyang membuatku sontak berdiri. Baru saja terlintas wajah Karin, kini ia mengalami kritis lagi.  "Setidaknya kita harus berada di sana untuk menyemangati Karin, eyang," ucapku sambil merapikan meja kerja.  "Iya, kita ke sana, kasihan keluarganya juga jika ada sesuatu yang terjadi dengan Karin," ujar eyang.  Aku pun mengajak eyang ke ruang kerja papa dan Mas Irfan untuk ikut bersama kami ke rumah sakit.  Setelah berkumpul kami langsung menuju rumah sakit tempat Karin menjalani perawatan.  Aku yang duduk di belakang mencemaskan kondisi Karin. Rasanya tidak adil jika ia yang harus menerima karma seperti ini
Read more

Bab 42

Bab 42 Ending  POV Anggi  "Karin, kamu baik-baik saja, kan?" tanyaku ketika melepaskan pelukannya. Mata Karin sudah terpejam, aku segera menyandarkan tubuhnya ke tempat tidurnya lagi.  "Mas! Tolong panggil suster!" teriakku panik.   Aku tak berani melakukan hal apapun, yang kulihat napas Karin tak berembus lagi. Tubuhnya yang tadi hangat kini mulai dingin perlahan. Apakah Karin telah tiada?  Aku menutup mulut sembari menggelengkan kepala. Rasanya tak percaya bahwa Karin terpejam untuk selamanya. Mungkin aku salah, dokter akan memeriksanya kembali.  Mas Irfan datang bersama suster dan dokter. Aku disuruh keluar dari ruangan yang penuh dengan peralatan medis.   "Mas, kamu nangis?" tanyaku. Apa Mas Irfan masih punya perasaan pada Kari
Read more

Bab 43

Bab 43 POV 3 Jodoh, maut, rezeki, memang ditentukan oleh Tuhan. Kita semua tidak dapat mencegah saat kematian datang.  Ada rasa kecewa dalam benak keluarganya Karin. Namun, mereka tidak mampu meluapkan isi hati. Sebab, tidak punya kekuasaan dan kemampuan melawan takdir.  Ibundanya Karin melarang Irfan
Read more

Bab 44

Bab 44   Irfan saling melirik, menatap sopir itu dari kaca spion. Tidak ada tanda-tanda sopir orang jahat. Namun, pikiran mereka terbagi dua, berharap sopir itu orang baik, tapi masih ragu karena Pak Angga tak mengirimkan sopir.  "Kalian pasti heran, saya disuruh siapa, ya kan?" Akhirnya pertanyaan itu muncul dari mulut sopir yang tak dikenalnya.  "Iya, Pak. Jantung saya benar-benar berdegup kencang, khawatir dan cemas jadi satu," tutur Irfan sambil menggenggam tangan istrinya, Anggi.  "Iya, Pak. Saya memang bukan orang suruhan Pak Angga, saya orang suruhan Pak Irgi." Ucapan sopir membuat mereka berdua menghela napas lega.   "Astaga, Pak. Saya dari tadi sudah takut," tambah Anggi.  "Maaf ya Bu, Pak Irgi yang meminta saya untuk diam-diam, sekarang kita ke re
Read more

Bab 45

Bab 45 "Pah, tenang ya," suruh Anggi turut menghampiri.  Kemudian, Pak Anggara dibawa ke tempat duduknya. Lalu diberikan air mineral oleh Anggi. Gita yang mendampinginya pun turut mengelus-elus pundak suaminya.  "Tadi Eyang makan makanan yang berkolesterol tinggi, lalu jatuh, dan menurut penuturan Dokter yang menangani, katanya ada pembuluh darah yang pecah, kalau Eyang sadar pun pasti mengalami stroke," terang Irfan pada Pak Angga.  "Astaga, Papa," lirih Pak Angga. Ia sangat mencemaskan kondisi orang tua satu-satunya.  Seno, sahabat karibnya Angga mencoba menenangkan dengan diajaknya bicara yang positif. Mengajak Angga untuk berdoa pada Sang Pemilik usia. Mereka berlima ke mushola yang berada di rumah sakit. Melakukan usaha untuk sembuh sudah dilakukan, yaitu dengan masuk ke ICU, agar mendapatkan perawatan medis secara serius.
Read more

Bab 46

Bab 46Semua cemas dengan apa yang diutarakan suster tadi. Siapa yang kondisinya menurun? Mungkinkah Irgi Pratama?Anggara Pratama mondar mandir di depan ruangan. Ia terlihat sangat cemas dan khawatir pada papanya. Sebab, orang tuanya hanya tersisa sebelah saja. Mereka baru saja menyimpan kebahagiaan setelah kemelut masalah yang dihadapi keluarga Pratama selesai.Selang sepuluh menit dokter keluar. Mereka memanggil seluruh keluarga Irgi Pratama. "Mohon maaf, Pak, pasien Irgi Pratama telah mengembuskan napas terakhirnya." Ucapan dokter membuat keluarga seketika lemas. Terutama Angga, ia menggelengkan kepalanya seraya tak percaya."Jangan becanda, Dok," ucapnya sambil menggoyangkan tubuh dokter yang berada di hadapannya."Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain," terang dokter."Innalilahi wa innailaihi rojiun," ucap kami semua berbarengan.
Read more

Bab 47

Bab 47"Apa itu Irfan, Anggi?" tanya Gita. Kemudian diraihnya bingkisan itu."Nyawa harus dibayar dengan nyawa, paham itu keluarga Pratama!" Gita membacakan isi dari bingkisan yang mereka terima. Sebuah ancaman untuk keluarga Pratama. Mereka berdua saling beradu pandang, lalu menatap ke arah Fachri."Mah, tolong jaga baik-baik Fachri ya, kami jadi khawatir dengannya," pesan Anggi pada Gita, mamanya.Kemudian Anggara datang menghampiri, ia pun tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Tadinya Angga ingin fokus di rumah. Namun, entah mengapa perasaan selalu mengingat Irgi, sang ayah, jika ia terus berada di rumah. Jadi, Angga putuskan untuk memadati kegiatan, supaya ia bisa melupakan kenangan bersama almarhum sang ayah.Kemudian mereka berangkat ke kantor. Bingkisan yang mengancamnya dibuang dan menyuruh satpam untuk membakarnya. Angga menggunakan mobil terpisah, ia diantar sopir, sedangkan Irfan mengendarai mobil sendir
Read more

Bab 48

Bab 48  "Halo, ini siapa?" Telepon pun diputus oleh sang peneror.   "Dimatikan," ucap Angga. Semua tampak tegang, mereka tidak henti-hentinya saling menatap seraya mencemaskan kondisi keluarga Pratama saat ini. Kemudian, Anggara coba meredam suasana yang tegang dengan menegur Fachri.  "Fachri, kalau kamu besar, jangan kayak mereka ya, wajahnya terlihat kaku seperti kanebo," celetuk Angga hingga membuat semua tertawa. Seketika suasana langsung mencair.  Mereka sejenak melupakan kejadian barusan. Kemudian sampai larut malam mereka coba menunggu telepon misterius tadi. Namun, sudah tidak ada lagi yang menghubunginya.  Setiap malam satpam mengelilingi rumah, tapi tidak ada kondisi yang mencurigakan. Semua aman dan tidak ada satu pun yang menurutnya aneh. Entah dari mana teror itu berasal, keluarga Pratama masih men
Read more

Bab 49

Bab 49"Kamu orang yang tadi di toilet?" Anggi menganga seketika, ia berharap wanita yang kini berada di dekatnya bukanlah orang yang selama ini meneror keluarganya."Iya, maaf Anda siapa, ya?" tanya wanita yang belum diketahui namanya oleh Anggi.Kemudian Alex menyuruhnya untuk duduk, mereka bertiga diajak duduk di sofa khusus tamu. Anggi tidak ada henti-hentinya menatap wajah wanita yang dari postur tubuhnya mirip Karin. Bedanya dia lebih tinggi dan putih. Style yang dikenakan wanita itu pun sangat sopan, tidak menunjukkan tanda-tanda wanita jahat.Bibir wanita itu merebahkan senyuman, sambil menunduk malu, ia tampak tidak nyaman dengan perilaku Anggi yang menyorotinya tanpa kedip. Padahal Irfan sudah dengan sengaja memberikan kedipan mata seraya tanda untuk bersikap biasa saja melihatnya.Alex duduk di hadapan mereka. Ia mulai bicara pada ketiganya."Jadi ini adiknya Karin, ia lama di Bandung makanya sa
Read more

Bab 50

Bab 50"Kita tidak boleh sembarangan nuduh, cari bukti dulu, tapi jangan minta tolong pada Pak Alex. Sebab, khawatir terdengar oleh Sherina," usul Irfan pada Anggi. Kemudian Anggi mengangguk dan naik ke mobil, mereka segera pulang karena matahari sudah hampir tenggelam.Sementara Angga dan Rendi menghentikan penyelidikannya. Mereka melanjutkan pekerjaan yang terbengkalai karena Rendi tidak dapat menghandle pekerjaannya sendirian.Mereka berkompeten jika mengerjakan tugas berdua. Ibaratnya Rendi butuh masukan dari bos nya, begitu juga dengan Angga, ia membutuhkan tenaganya Rendi yang cekatan dalam bekerja. Mereka berdua saling membutuhkan satu sama lainnya.Di Jogja, ia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, istirahat hanya jam makan siang dan jam pulang kantor. Mereka berdua berusaha menyelesaikan semuanya dalam kurun waktu cepat."Hari ini lembur, kalau bisa besok saya sudah terbang lagi
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status