Bab 44 Irfan saling melirik, menatap sopir itu dari kaca spion. Tidak ada tanda-tanda sopir orang jahat. Namun, pikiran mereka terbagi dua, berharap sopir itu orang baik, tapi masih ragu karena Pak Angga tak mengirimkan sopir. "Kalian pasti heran, saya disuruh siapa, ya kan?" Akhirnya pertanyaan itu muncul dari mulut sopir yang tak dikenalnya. "Iya, Pak. Jantung saya benar-benar berdegup kencang, khawatir dan cemas jadi satu," tutur Irfan sambil menggenggam tangan istrinya, Anggi. "Iya, Pak. Saya memang bukan orang suruhan Pak Angga, saya orang suruhan Pak Irgi." Ucapan sopir membuat mereka berdua menghela napas lega. "Astaga, Pak. Saya dari tadi sudah takut," tambah Anggi. "Maaf ya Bu, Pak Irgi yang meminta saya untuk diam-diam, sekarang kita ke re
Read more