Semua Bab Menjerat Mantan Istri: Bab 1 - Bab 10

15 Bab

Hancurnya Pesta

Brakkk! Suara perkakas nampak dilahap habis oleh beberapa orang berperawakan tegap. Mereka terlihat sedang membuat keributan di sebuah acara pesta pernikahan. Para tamu begitu kaget dengan keadaan ini. Terlebih dengan kedua calon pengantin baru itu. "Ada apa ini? Kenapa kalian menghancurkan acara ini?" tanya para tamu yang ada di sana. "Maaf, kami hanya menjalankan perintah dari Tuan kami," sahut salah satu pengacau itu. "Siapa yang menyuruh kalian?" tanya sang pengantin wanita yang kini turun ke tengah mereka. Namanya Delia Anastasya. Dia adalah seorang janda muda yang akan melaksanakan ijab kabul bersama Erlan, seorang duda muda anak satu. "Jawab! Kenapa kalian diam saja? Siapa yang menyuruh kalian?" tanyanya lagi. "Aku yang telah menyuruh mereka," sahut seorang pria dari ujung sana. Sesosok pria tampan melangkah ke tengah acara. Namany
Baca selengkapnya

Tante Matre

Delia terlihat takut dengan pria yang ada di hadapannya ini. Ia mulai menangis bergetar. Deff tidak tega melihat keadaan mantan istrinya, lalu ia mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih lembut. "Sayang, hei ini aku. Lihat aku baik-baik." Deff mendekatinya, lalu memeluknya. Delia terdiam di dalam pelukan Deff. Rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya tiba-tiba. Kesadaran Delia perlahan mulai muncul. Ia segera mendorong Deff ke arah dinding. "Lepaskan aku! Kamu tega sekali menghancurkan hari bahagiaku, Deff. Aku salah apa sama kamu?" tanya Delia mulai menangis tersedu-sedu. Air matanya kembali membanjiri wajah cantiknya. Deff melangkah perlahan mendekati mantan istrinya. "Maafkan Abang, Sayang. Abang ngelakuin ini semua demi kebaikanmu." "Nggak, aku nggak percaya."
Baca selengkapnya

Sedikit Paksaan

""Nak, Deff. Ayo masuk dulu. Kita sudah lama tidak berbincang." Tante Mia bersikap begitu ramah terhadap Deff. "Eh, iya Deff. Kami masih menganggapmu keluarga lho." Putri yang baru datang di dalam juga ikut membujuk. "Mmm, ngomong-ngomong Nak Deff sekarang kerja apa?" tanya Tante Mia berbasa-basi. "Tidak ada, saya hanya membantu menjalankan perusahaan keluarga saya. Ya sudah, saya permisi." Deff segera melengos dari tempat itu. Tante Mia terlihat membuang muka, karena tidak senang diperlakukan seperti itu. Padahal, dulu dia begitu angkuh terhadap Deff. Karena Deff dulu hanyalah penjual gorengan. Pada sore harinya, Deff kembali ke rumahnya, lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Bibi segera mendekati, wajah beliau terlihat begitu cemas. "Nak, Deff." "Ada apa, Bi?" "Anu .... Non Delia .... Bibi sudah be
Baca selengkapnya

Rencana Licik Erlan

Brakk! "Ternyata kucing, lega sekali," batin Delia Ia segera berlari menuju taman terdekat. Sebuah tempat yang dijanjikannya bersama Erlan. Sang pria jahat itu. Tak lama kemudian, Erlan menjemputnya dengan menggunakan mobil. "Delia, kamu nggak papa kan?"  "Iya, aku nggak papa." "Ya udah, ayo kita pulang." Erlan membukakan pintu mobil untuk Delia. Delia segera masuk ke dalam. Mobil dikemudikan oleh Erlan. Dua jam kemudian, akhirnya mereka sampai juga di rumah tantenya Delia. Delia segera turun, lalu menggedor-gedor pintu rumah tantenya. Tak lama kemudian, pamannya keluar membukakan pintu. "Delia?" "Paman." Delia refleks memeluk pamannya, yang tak lain adalah adik dari ibunya. "Kamu nggak kenapa-napa kan?" "Nggak, Delia nggak papa. Untung ada Erlan." "A
Baca selengkapnya

Ayo Kita Pulang

 "Ayo kita pulang," ajak Deff. "Nggak mau, aku mau pulang ke rumahku saja!"  "Ayo, Delia! Apa kamu nggak malu berpakaian seperti ini!?"  Delia memandang tubuhnya yang hanya memakai handuk. Ia menunduk dan jadi salah tingkah. Deff paham hal itu, ia segera melepaskan jaketnya lalu menutupkannya ke pinggang Delia, membentuk seperti rok. "Jangan bawa calon istriku!" Erlan menatap mereka dengan emosi. "Kheh, calon istrimu? Jangan bermimpi," sahut Deff sinis. Bodyguardnya Deff sudah menunggu di belakangnya, membuat Erlan jadi menciut lagi. Ia menatap para ajudannya yang nampak babak belur "Ayo kita kembali ke rumah." Deff menarik tangan Delia "Aku nggak mau, aku mau pulang ke rumahku," sahut Delia. "Sayang, keluargamu itu jahat. Ayo kita pulang ke rumahku saja ya," bujuknya lagi. 
Baca selengkapnya

Magh Kambuh

"Delia, bangun, Sayang. Ada aku di sini," ucap Deff sambil menggenggam erat tangan mantan istrinya itu."Delia, ini aku, Sayang ...."Istrinya memejamkan matanya dengan rapat. Ia mendengar suara suaminya secara sayup, tapi malah tidak bisa membukanya."Delia, Sayang. Kamu harus bangun." Deff mendudukkannya segera."Antar ke rumah sakit sekarang!" perintahnya pada ajudannya yang masih nampak bingung."Ba-baik, Tuan."Delia memang memilik penyakit magh. Karena akhir-akhir ini ia jarang sekali makan pagi. Oleh karena itu, maghnya kembali kambuh.Deff mengecup tangan mantan istrinya dengan bertubi-tubi. Delia yang terbaring lemah, hanya bisa pasrah menerima semua sentuhan itu.Sesampainya di rumah sakit. Delia ditangani oleh seorang dokter. Dokter menjelaskan, bahwa magh yang diderita Delia tidak terlalu parah. Tapi, ini juga bukan masalah yang sepele. Jika tidak diperhatikan dengan baik, penyakit ini juga akan membahayakan bagi Delia.Setelah menebus resep yang diberikan oleh dokter, Def
Baca selengkapnya

Kebahagiaan

Delia buru-buru ingin pergi dari wanita yang ada di hadapannya ini. Terlambat, wanita itu sudah terlebih dahulu merenggut tangannya."Lepaskan aku! Aku tidak ada urusan denganmu!""Seharusnya kamu ucapin makasih, Delia. Karena berkatku kamu jadi selamat dari pernikahanmu dan Erlan." Ia tersenyum dingin kepada Delia."Karin! Apa kamu yang katakan? Jadi-""Iya, aku bersekongkol dengan Deff, agar kamu gagal menikah dengan suamiku!""Apa? Bukannya kalian sudah lama bercerai?" Delia menatap Karin dengan bingung.Karin melangkah satu langkah lebih dekat. Ia menarik ujung rambut Delia dan memainkannya. Delia sedikit menghindar, karena ia merasa tidak nyaman."Apa maksudmu?" Delia menanyakan pertanyaan itu lagi."Kami belum resmi cerai, karena Erlan nggak mau memberikan harta gono-gini. Kamu juga nggak mau kan disebut sebagai pelakor?" Karin menaikan alisnya sebelah, hingga membuat Delia jadi semakin ciut.Delia hampir tak percaya. Ia seperti seorang pelakor di dalam rumah tangga Karin dan Er
Baca selengkapnya

Acuh

Seminggu telah berlalu. Hari ini Putri ingin pergi liburan ke pantai bersama teman-temannya. Sangat menyenangkan jika pergi membawa banyak uang. Ia kini sedang berada di kamar, mencari-cari pakaian yang cocok dipakai hari ini. Kebetulan, itu adalah pakaian yang baru ia beli."Putri, kamu mau ke mana?" tanya ibunya.Putri yang tengah asyik memilih, kini tersentak melihat keberadaan ibunya."Eh, ibu." Ia mengalihkan rasa kaget jadi senyuman."Ibu, ibu! Jawab atuh, kamu mau ke mana?" tanya ibunya lagi dengan sedikit tegas."Em, Putri mau jalan-jalan ma temen, Bu. Masa iya di sini terus." Ia segera menemukan pakaian yang cocok untuk dipakai."Lah, bukannya kemarin-kemarin kamu juga nggak di rumah?" Ibunya menatap heran ke arah anak manja itu."Ya elah, Bu. Maksud Putri, Putri juga ingin pergi ke luar. Yang jauhan dikit lah, Bu.""Iya, makanya ibu tanya mau ke mana?" Ibunya sudah nampak emosi."Putri mau ke pantai, udah ibu keluar dulu, putri mau ganti baju."Putri dengan cepat mendorong t
Baca selengkapnya

Putri Dalam Bahaya

Putri memasuki mobil yang sudah mereka pesan sejak jauh-jauh hari. Mereka tak memikirkan apapun lagi, selain bersenang-senang saja."Maaf ya, agak telat.""Iya, nggak papa. Lagi pula kan, kamu bos nya di sini.""Ah, biasa saja." Putri berpura-pura merendah, namun sebetulnya ia sungguh mengakui itu. Rasanya bangga jika disebut sebagai pemimpin di antara mereka.Mereka saling menatap antara satu sama lainnya. Sesekali senyuman sinis keluar dari sudut bibirnya. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. Pastinya, mereka akan bersenang-senang dengan uang nya Putri."Oh ya, Put. Rencananya, kita di sini akan lama lho.""Hm, lalu?" tanya Putri sambil membaca isi WA dari seseorang."Kamu, udah minta izin kan?"Putri meletakkan handphonenya, lalu tersenyum kepada mereka."Udah, nggak usah khawatir. Orangtuaku papa, Kok. Santai aja." Lama perjalanan membuat Putri sedikit mengantuk, namun membayangkan indahnya pantai yang akan mereka tuju, kini membuatnya jadi semangat lagi.Pada malam hari, mer
Baca selengkapnya

Kejutan

Di kediaman Bu Diana, Delia sedang berkutat di dapur, ia tengah membantu bibi menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua."Nggak usah, Non. Biar Bibi aja.""Nggak papa, Bi. Lagian aku nggak ada kegiatan, sepi tau.""Walah, Non. Bibi juga nggak ada kegiatan kalau semuanya dikerjakan Non Delia, lah apa kata nyonya?""Ya nggak ada apa-apa." Delia tertawa, memecahkan keheningan di pagi itu. Bu Diana juga begitu senang, karena Delia adalah wanita yang rajin, tak sia-sia beliau membawanya ke sini. Ia juga mudah akrab dengan Bibi."Oh ya, Non. Keluarga Non tinggal di mana?" tanya Bibi."Jakarta Selatan, Bi." Delia menjawab sambil tersenyum."Non udah kabarin, kalau Non ada di sini? Siapa tau suami Non nyariin.""Ekh." Delia tersedak mendengar penuturan Bibi. Ia jadi merasa kurang nyaman dengan pertanyaan ini, tak ingin membuka jati dirinya terlalu jauh, kecuali bu Diana."Bi, ada yang nyariin tuh!" perintah bu Diana tiba-tiba, menghentikan pembicaraan mereka barusan."Siapa Nyonya?""Nggak t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status