Share

Kebahagiaan

Penulis: Deff Seventeen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Delia buru-buru ingin pergi dari wanita yang ada di hadapannya ini. Terlambat, wanita itu sudah terlebih dahulu merenggut tangannya.

"Lepaskan aku! Aku tidak ada urusan denganmu!"

"Seharusnya kamu ucapin makasih, Delia. Karena berkatku kamu jadi selamat dari pernikahanmu dan Erlan." Ia tersenyum dingin kepada Delia.

"Karin! Apa kamu yang katakan? Jadi-"

"Iya, aku bersekongkol dengan Deff, agar kamu gagal menikah dengan suamiku!"

"Apa? Bukannya kalian sudah lama bercerai?" Delia menatap Karin dengan bingung.

Karin melangkah satu langkah lebih dekat. Ia menarik ujung rambut Delia dan memainkannya. Delia sedikit menghindar, karena ia merasa tidak nyaman.

"Apa maksudmu?" Delia menanyakan pertanyaan itu lagi.

"Kami belum resmi cerai, karena Erlan nggak mau memberikan harta gono-gini. Kamu juga nggak mau kan disebut sebagai pelakor?" Karin menaikan alisnya sebelah, hingga membuat Delia jadi semakin ciut.

Delia hampir tak percaya. Ia seperti seorang pelakor di dalam rumah tangga Karin dan Erlan. Wajahnya yang sudah pucat jadi bertambah pucat.

Dulu, awalnya Delia juga begitu ragu dengan Erlan. Tapi, desakan tiap desakan yang dipaksa oleh Tante Mia membuat Delia menerima lamaran Erlan. Ia kini terdiam tak berdaya, dicecari perkataan seperti itu oleh Karin.

Delia melepaskan pegangan Karin pada tangannya. Tapi Karin tidak mau melepasnya. Ia seperti ingin mengajak Delia ke suatu tempat.

"Karin, lepaskan aku. Aku mau pergi dari sini."

"Kenapa? Apa kamu merasa terancam olehku?" sindirnya.

Sejujurnya ia sedikit iri dengan Delia. Delia memiliki wajah yang putih alami, serta bibir yang mungil. Juga badan yang begitu ideal. Begitu mudah baginya jika ingin mendapatkan pria. Itu sungguh berbeda dengannya yang terlihat kurang perawatan, karena terlalu sering makan hati. Tapi, mulai sekarang, ia berusaha mendapatkan apa yang menjadi haknya selama ini.

"Karin, maaf jika aku pernah jadi duri dalam rumah tangga kalian. Sungguh, aku nggak pernah berniat ngelakuin itu, Karin. Maaf, aku nggak tau itu semua."

Jawaban yang keluar dari mulut Delia, sedikit mengagetkan Karin. Ia tak menyangka, orang yang nampak sombong seperti Delia bisa meminta maaf. Ia jadi mengubah sedikit pandangannya pada seorang janda seperti Delia.

"Permisi, aku buru-buru." Delia menyentakkan tangannya, lalu mempercepat langkahnya.

Karin menatapnya dari kejauhan. Ia tak ingin lagi mengejar Delia. Wanita itu juga pergi ke arah yang berlawanan.

Sekarang, ia jadi sedikit bingung, karena sangat tidak mungkin kalau ia kembali ke rumah paman dan tantenya. Tentunya, Deff akan kembali mudah menemukannya.

Di lain tempat. Putri sedang bersantai di cafe, pastinya bersama teman-teman sebayanya. Ia kini seperti ratu yang berada bersama para pelayannya. Karena sekarang mereka semua melayani semua keinginannya.

"Pesanin aku jus!" serunya sambil memainkan gawainya.

"Siap, tuan putri." Salah satu dari mereka segera beranjak dari kursi, lalu berjalan ke arah dapur.

"Oh ya, ngomong-ngomong, kamu dapat duit dari mana, Put?" tanya teman-temannya.

"Ada deh, kalian mau tau aja." Putri tersenyum sambil menghitung uang yang banyak dari dalam amplop.

"Lah, masalahnya selama ini kamu hampir gak pernah pegang uang banyak, Put. Hmm, kami jadi curiga. Jangan-jangan kamu ...."

"Udah, tenang aja. Ini uang dikasih sama mantan suaminya Delia. Ya, katanya sih ini uang sogokan." Putri menatap mereka dengan bola mata membesar.

"Apa? Uang sogokan? Dia nyogok kamu?"

"Bukan aku, tapi ibu."

"Ohh, gitu ya?" Mereka semua saling menganggukkan kepalanya sambil tersenyum antara satu sama lain.

"Putri, Minggu depan kamu sibuk nggak?"

"Kayanya nggak, tuh." Putri lekas mengambil menyedot jus yang sudah berada di hadapannya. Minuman itu menjadi penyegar tenggorokannya saat ini.

"Em, gimana kalau kita jalan-jalan ke pantai?" ajak teman-temannya.

"Pantai? Kayanya boleh juga."

"Ya udah, nanti aku minta izin ke ibuku dulu," ucap Putri lagi.

Mereka pun bersorak kegirangan. Bagaimana tidak, mereka bisa liburan secara gratis bersama sumber uang.

Delia berjalan gontai. Ia meraba sakunya, dan mencari-cari sedikit uang di sana. Sialnya, tak ada dompetnya di dalam. Entah dompet itu masih tertinggal di mobil Deff atau rumahnya.

"Gimana ini? Aku udah nggak punya uang." Delia mengusap kepalanya frustasi.

Tiba-tiba, ia mendengar suara tangisan anak kecil. Ia memandang ke arah samping, memang di sana ada sosok anak kecil, kira-kira berumur lima tahunan. Anak itu sepertinya sedang berpisah dengan ibunya. Delia yang merasa iba pun segera mendekatinya.

"Dek, kamu kenapa? Kamu pisah sama mama kamu ya?" tanyanya.

Anak itu hanya mengangguk, tanpa berhenti menangis. Delia memeluknya, serta mengusap belakang lehernya. Ia pun berusaha menghibur anak kecil itu.

"Gimana kalau kita cari mama kamu ke sana?" tanyanya seraya menunjuk ke arah ujung.

Anak itu nampak berbinar, lalu menghapus air matanya yang hanya sedikit itu. Delia ikut senang melihat reaksinya. Mereka kini berjalan menyusuri trotoar. Sebenarnya langkahnya sudah terasa berat, tapi apa boleh buat, ia juga tak mungkin tega melihat anak kecil yang terus-menerus menangis.

"Denta!"

"Mama!"

Nampak ibu-ibu sosialita tengah berlari ke arah mereka. Anak dan ibu itu kini tengah berpelukan di tengah jalan sana.

"Denta, kamu ke mana aja?"

"Tadi Denta cari-cari mama. Untung ada kakak ini." Ia meraih tangan Delia.

Delia menatap mereka sambil tersenyum. "Ya udah, kakak pergi dulu ya."

"Jangan pergi dulu, biar kami antar pulang. Kamu mau pulang ke mana?"

"E, a-aku." Delia jadi salah tingkah.

Seolah paham apa yang terjadi. "Ayo, mobil kami ada di sana." Ibu anak itu mengajak Delia pergi ke mobilnya.

"Ta-tapi ...."

"Nggak usah sungkan. Kamu kelihatan pucat, apa kamu sakit? Atau lapar?"

Delia menatap ibu dan anak itu secara bergantian. Ia yakin, sepertinya mereka adalah orang baik. Tanpa pikir panjang lagi, Delia pun segera ikut mereka.

"Iya, sedikit."

"Kalau begitu, ayo."

Delia masuk ke mobil mereka. Deru mobil membawa angin segar bagi rambutnya. Karena jendela mobil masih saja terbuka. Ibu itu menatap ke arah spion, yang memantulkan bayangan Delia. Mata Delia mengingatkannya pada seseorang.

Beliau lantas bertanya, kenapa Delia berada di jalanan. Apakah dia sedang bersama seseorang. Delia yang sudah tak punya jawaban, hanyalah diam tanpa kata. Beliau seperti bisa menebak pikiran Delia. Oleh karena itu, beliau juga diam tanpa kata.

"Sudah sampai."

Delia terlonjak dari lamunan. Sudah berapa lama mereka dalam perjalanan, membuat perutnya jadi semakin lapar.

"Wajah kamu makin pucat saja, kamu sakit? Atau kamu belum makan?"

"I-iya, Bu."

"Ya sudah, ayo cepat masuk. Kita makan di dalam."

Wanita itu buru-buru mengajak Delia masuk. Delia mengikuti langkahnya dari belakang. Rumahnya nampak begitu mewah, menunjukkan bahwa beliau memang orang kaya. Beliau membawa Delia ke meja makan.

"Hmmm, baunya enak sekali." Delia berkata dalam hati, namun begitu malu mengeluarkannya.

"Nak, ayo makan."

"I-iya, Bu."

Delia mengambil nasi, lalu diisi dengan daging yang menggugah selera. Ditambah es jeruk nipis yang baru saja diletakkan bibi di sampingnya. Delia segera meneguknya, menghilangkan rasa serak yang ada di tenggorokan. Ia pun melanjutkan makannya.

"Sepertinya kamu memang lapar."

Delia hanya mengangguk malu.

"Kakak makan yang banyak," ucap Denta.

"Oh ya, kita dari tadi belum kenalan. Nama saya Diana. Kamu boleh panggil Ibu saja.

"Iya, Bu Diana. Nama aku Delia."

"Nama yang bagus, ayo makan yang banyak."

Setelah selesai makan, Delia baru menceritakan nasibnya yang diusir oleh keluarga. Ibu itu terlihat begitu simpati dengan cerita Delia. Entah kenapa, Delia bisa mempercayai orang secepat itu. Hanya saja, hatinya merasa lega usai bercerita.

"Sekarang kamu masuk kamar dulu ya, biar saya carikan baju yang cocok buat kamu."

"Terimakasih, Bu. Tapi, aku mau beresin ini dulu."

"Udah, nggak usah. Kan ada Bibi. Bi!" panggil bu Diana, membuat Delia jadi semakin tidak enak.

"Iya, Bu!"

Seorang wanita yang terlihat seumuran dengan beliau kini berlari ke arah mereka. Dia adalah seorang art yang mengabdi di keluarga ini sejak lama.

"Bi, anterin Delia ke kamar tamu, ya. Ini tamu saya."

"Baik, Bu. Mari Non."

"E, iya, Bi."

Delia jadi semakin tidak enak diperlakukan seperti ini. Ia takut, ia hanya akan merepotkan yang punya rumah. Namun, bibi membuat hatinya sedikit tenang, karena kata bibi, bu Diana adalah seorang yang baik.

Pada malam harinya. Delia sedang berdiri di atas balkon, menikmati indahnya suasana malam. Baru kali ini ia bisa setenang ini, walau pikirannya masih memikirkan serangkaian kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini.

Di sebuah kamar. Seorang pria sedang menatap dua ajudannya dengan tegas. Membuat mereka jadi menundukkan kepala.

"Kenapa kalian sampai kehilangan jejak?!"

author note. (Diusahakan up 2 hari sekali)😁

Bab terkait

  • Menjerat Mantan Istri   Acuh

    Seminggu telah berlalu. Hari ini Putri ingin pergi liburan ke pantai bersama teman-temannya. Sangat menyenangkan jika pergi membawa banyak uang. Ia kini sedang berada di kamar, mencari-cari pakaian yang cocok dipakai hari ini. Kebetulan, itu adalah pakaian yang baru ia beli."Putri, kamu mau ke mana?" tanya ibunya.Putri yang tengah asyik memilih, kini tersentak melihat keberadaan ibunya."Eh, ibu." Ia mengalihkan rasa kaget jadi senyuman."Ibu, ibu! Jawab atuh, kamu mau ke mana?" tanya ibunya lagi dengan sedikit tegas."Em, Putri mau jalan-jalan ma temen, Bu. Masa iya di sini terus." Ia segera menemukan pakaian yang cocok untuk dipakai."Lah, bukannya kemarin-kemarin kamu juga nggak di rumah?" Ibunya menatap heran ke arah anak manja itu."Ya elah, Bu. Maksud Putri, Putri juga ingin pergi ke luar. Yang jauhan dikit lah, Bu.""Iya, makanya ibu tanya mau ke mana?" Ibunya sudah nampak emosi."Putri mau ke pantai, udah ibu keluar dulu, putri mau ganti baju."Putri dengan cepat mendorong t

  • Menjerat Mantan Istri   Putri Dalam Bahaya

    Putri memasuki mobil yang sudah mereka pesan sejak jauh-jauh hari. Mereka tak memikirkan apapun lagi, selain bersenang-senang saja."Maaf ya, agak telat.""Iya, nggak papa. Lagi pula kan, kamu bos nya di sini.""Ah, biasa saja." Putri berpura-pura merendah, namun sebetulnya ia sungguh mengakui itu. Rasanya bangga jika disebut sebagai pemimpin di antara mereka.Mereka saling menatap antara satu sama lainnya. Sesekali senyuman sinis keluar dari sudut bibirnya. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. Pastinya, mereka akan bersenang-senang dengan uang nya Putri."Oh ya, Put. Rencananya, kita di sini akan lama lho.""Hm, lalu?" tanya Putri sambil membaca isi WA dari seseorang."Kamu, udah minta izin kan?"Putri meletakkan handphonenya, lalu tersenyum kepada mereka."Udah, nggak usah khawatir. Orangtuaku papa, Kok. Santai aja." Lama perjalanan membuat Putri sedikit mengantuk, namun membayangkan indahnya pantai yang akan mereka tuju, kini membuatnya jadi semangat lagi.Pada malam hari, mer

  • Menjerat Mantan Istri   Kejutan

    Di kediaman Bu Diana, Delia sedang berkutat di dapur, ia tengah membantu bibi menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua."Nggak usah, Non. Biar Bibi aja.""Nggak papa, Bi. Lagian aku nggak ada kegiatan, sepi tau.""Walah, Non. Bibi juga nggak ada kegiatan kalau semuanya dikerjakan Non Delia, lah apa kata nyonya?""Ya nggak ada apa-apa." Delia tertawa, memecahkan keheningan di pagi itu. Bu Diana juga begitu senang, karena Delia adalah wanita yang rajin, tak sia-sia beliau membawanya ke sini. Ia juga mudah akrab dengan Bibi."Oh ya, Non. Keluarga Non tinggal di mana?" tanya Bibi."Jakarta Selatan, Bi." Delia menjawab sambil tersenyum."Non udah kabarin, kalau Non ada di sini? Siapa tau suami Non nyariin.""Ekh." Delia tersedak mendengar penuturan Bibi. Ia jadi merasa kurang nyaman dengan pertanyaan ini, tak ingin membuka jati dirinya terlalu jauh, kecuali bu Diana."Bi, ada yang nyariin tuh!" perintah bu Diana tiba-tiba, menghentikan pembicaraan mereka barusan."Siapa Nyonya?""Nggak t

  • Menjerat Mantan Istri   Dia Duda

    Delia hampir menahan nafas, saat Deff berada di dekat pintu mobil itu. Bu Diana buru-buru ke sana, lalu menghadang Deff."Ada apa Tuan Deff?""Siapa di dalam?" tanya Deff dingin dan penasaran."Oh, itu keponakan saya. Oh ya, gimana jeruknya tadi?" Bu Diana berbohong karena ingin mengalihkan pembicaraan. Ia juga ingin urusannya dengan Deff cepat selesai."Lumayan, mulai besok kami akan ambil jeruk di kebun anda.""Wah, benarkah? Senang sekali bekerjasama dengan anda. Tapi gimana dengan tanah itu? Apa mau lihat-lihat dulu?""Tidak perlu, nanti biar asisten saya yang melihatnya.""Hmm, oke kalau begitu, jadi nggak enak bicara di sini. Ayo kita masuk ke butik. Kita minum-minum dulu di dalam.""Maaf, kami juga buru-buru. Masih ada urusan penting yang mesti diselesaikan. Permisi, ucap Deff usai menyalami tangan bu Diana. Setelah itu, ia gegas menuju mobilnya dan diikuti oleh asistennya.Setelah kepergian Deff, bu Diana kembali menemui Delia. Delia yang tadinya khawatir, kini sudah terlihat

  • Menjerat Mantan Istri   Ancaman

    Pada malam harinya, Putri pergi dari penginapan seorang diri. Tiba-tiba, ia malah bertemu dengan pria yang ingin mengganggunya malam itu."Hai cantik, kita bertemu lagi."Putri mengingat kejadian itu, namun ia tak bisa mengingat semuanya, karena waktu itu seperti ada yang memukulnya, lalu ia tersadar tak jauh dari penginapan. Putri sedikit panik, ia buru-buru pergi dari hadapan orang itu."Tunggu, mau ke mana kamu?" tanya dia lagi."Lepaskan aku, jangan coba-coba pegang! Tanganku ini halus tauuu! Kamu mau celaka in aku lagi?""Celakain kamu? Kamu lupa, waktu itu kamu juga kabur, dan tiba-tiba kamu sudah digendong oleh pria." Ia mengernyitkan keningnya."P-Pria?" Putri berusaha mengingat kejadian kemarin, tapi pikirannya begitu sulit untuk mengingatnya. "Iya? Dia siapa? Pacar kamu?" Pria itu mendekat ke arah Putri. Hingga wajah mereka kini bertemu.Dug! Jantung Putri serasa meledak, saat ia sadar kalau ternyata pria itu tampan juga. Namun Putri tidak mau terpesona oleh pria itu, ia in

  • Menjerat Mantan Istri   Orang Baru

    Deg! Delia tersentak kaget, ia ingin berbalik, tapi merasa takut dengan orang itu. Apalagi di sini tak ada seorang pun yang ia kenal. Ia menetralkan nafasnya, sampai akhirnya berbalik."Kenapa sepatunya dilepas?" tanya seorang pemuda yang nampak sepantaran dengannya.Delia menatapnya lamat-lamat, sepertinya pria ini berbahaya. Ia menyentakkan tangan, tak ingin lama-lama dipegang oleh orang asing itu."A-anu, sepatunya kebuka. Tapi nggak papa, rumahku dekat sini kok." Ia buru-buru ingin pergi meninggalkan pria itu, namun satu tangannya kini ditahan, membuat jantungnya kembali berdegup."Mau ke mana? Biar bisa kuantar sekalian.""Nggak, aku bisa sendiri." Delia buru-buru pergi dari hadapannya.Pria itu tak tinggal diam. Dikejarnya Delia yang berjalan cepat di depan sana. Ia menghadang langkah cantik sang janda muda itu."Ayo ikut aku," ajaknya lagi sambil menggandeng tangan Delia."Kamu apa-apaan! Kita nggak saling kenal, kenapa kamu malah maksa?!"Pria itu tersenyum, lalu menggandeng D

  • Menjerat Mantan Istri   Bertemu Arjuna

    Awan yang awalnya cerah, kini mendadak mendung. Hal ini sedikit mengganggu Rendra, karena malam ini ia akan menjemput Delia. Entah kenapa, walau baru pertama bertemu, ada daya tarik tersendiri dari diri Delia terhadap Rendra.Rendra yang sudah lama menjomblo seperti merasakan cahaya terang saat bertemu Delia. Tapi, baginya masih terlalu cepat jika ia ingin menjalin hubungan dengan Delia, apalagi dia masih belum tau asal usulnya. Tugasnya hanya berusaha menjaga Delia selama ia berada di sini.Putri sudah sampai di rumahnya, ia berlari menuju pintu sambil menggedornya dengan cepat. Kakinya terasa mau copot saat menginjak ke teras rumah.Krek."Putri?!!" Ibunya yang kebetulan membuka pintu kini terbelalak menatap wajah putri semata wayangnya."Ibuuuu!" seru Putri sambil memeluk tubuh ibunya erat. Rasanya nyaman, tak ada orang yang bisa mengalahkan pelukan ibunya. Sekian lama berpelukan, akhirnya ia melepas pelukan ibunya. Putri mengatur nafasnya, sebelum ia"Putri, kamu kenapa nggak bis

  • Menjerat Mantan Istri   Disekap

    Pov DeliaAku berusaha tenang, tak ingin menunjukkan ketakutanku di hadapan pria ini. Tak ingin lemah, dan kembali dijajah olehnya. Dia hanya tersenyum mengejek, seolah menyatakan bahwa ia sekarang menang."Jawab aku, siapa pria yang bersamamu tadi?!"Aku diam, namun justru kediamanku malah membuatnya tak tenang. Lagi, ia melontarkan pertanyaan yang sama. Amarah mulai nampak menghiasi wajahnya yang tegas."Ayo jawab!" Tangannya meraih wajahku, lalu mendekatkan kearahnya.Deg. Lagi-lagi jantung ini berdebar dengan kencangnya. Bibirku kelu, rasa takut, panik dan kesal menyatu di dalam sana. "Kamu masih mau diam, Sayang? Baiklah, aku akan membuat bibirmu tetap diam."Cup, bibir itu mendarat sedikit di bibirku. Aku buru-buru menjauh, dan merasa panas di wajahku."Dasar breng-""Mau lagi?" Ia kembali menyeringai.Deff membawaku ke apartemennya di kota ini. Digandengnya tubuh mantan istrinya ini. Tak bisa aku berkutik karenanya."Lepas.""Diam, kalau kau ingin selamat." Ia berkata lembut n

Bab terbaru

  • Menjerat Mantan Istri   Disekap

    Pov DeliaAku berusaha tenang, tak ingin menunjukkan ketakutanku di hadapan pria ini. Tak ingin lemah, dan kembali dijajah olehnya. Dia hanya tersenyum mengejek, seolah menyatakan bahwa ia sekarang menang."Jawab aku, siapa pria yang bersamamu tadi?!"Aku diam, namun justru kediamanku malah membuatnya tak tenang. Lagi, ia melontarkan pertanyaan yang sama. Amarah mulai nampak menghiasi wajahnya yang tegas."Ayo jawab!" Tangannya meraih wajahku, lalu mendekatkan kearahnya.Deg. Lagi-lagi jantung ini berdebar dengan kencangnya. Bibirku kelu, rasa takut, panik dan kesal menyatu di dalam sana. "Kamu masih mau diam, Sayang? Baiklah, aku akan membuat bibirmu tetap diam."Cup, bibir itu mendarat sedikit di bibirku. Aku buru-buru menjauh, dan merasa panas di wajahku."Dasar breng-""Mau lagi?" Ia kembali menyeringai.Deff membawaku ke apartemennya di kota ini. Digandengnya tubuh mantan istrinya ini. Tak bisa aku berkutik karenanya."Lepas.""Diam, kalau kau ingin selamat." Ia berkata lembut n

  • Menjerat Mantan Istri   Bertemu Arjuna

    Awan yang awalnya cerah, kini mendadak mendung. Hal ini sedikit mengganggu Rendra, karena malam ini ia akan menjemput Delia. Entah kenapa, walau baru pertama bertemu, ada daya tarik tersendiri dari diri Delia terhadap Rendra.Rendra yang sudah lama menjomblo seperti merasakan cahaya terang saat bertemu Delia. Tapi, baginya masih terlalu cepat jika ia ingin menjalin hubungan dengan Delia, apalagi dia masih belum tau asal usulnya. Tugasnya hanya berusaha menjaga Delia selama ia berada di sini.Putri sudah sampai di rumahnya, ia berlari menuju pintu sambil menggedornya dengan cepat. Kakinya terasa mau copot saat menginjak ke teras rumah.Krek."Putri?!!" Ibunya yang kebetulan membuka pintu kini terbelalak menatap wajah putri semata wayangnya."Ibuuuu!" seru Putri sambil memeluk tubuh ibunya erat. Rasanya nyaman, tak ada orang yang bisa mengalahkan pelukan ibunya. Sekian lama berpelukan, akhirnya ia melepas pelukan ibunya. Putri mengatur nafasnya, sebelum ia"Putri, kamu kenapa nggak bis

  • Menjerat Mantan Istri   Orang Baru

    Deg! Delia tersentak kaget, ia ingin berbalik, tapi merasa takut dengan orang itu. Apalagi di sini tak ada seorang pun yang ia kenal. Ia menetralkan nafasnya, sampai akhirnya berbalik."Kenapa sepatunya dilepas?" tanya seorang pemuda yang nampak sepantaran dengannya.Delia menatapnya lamat-lamat, sepertinya pria ini berbahaya. Ia menyentakkan tangan, tak ingin lama-lama dipegang oleh orang asing itu."A-anu, sepatunya kebuka. Tapi nggak papa, rumahku dekat sini kok." Ia buru-buru ingin pergi meninggalkan pria itu, namun satu tangannya kini ditahan, membuat jantungnya kembali berdegup."Mau ke mana? Biar bisa kuantar sekalian.""Nggak, aku bisa sendiri." Delia buru-buru pergi dari hadapannya.Pria itu tak tinggal diam. Dikejarnya Delia yang berjalan cepat di depan sana. Ia menghadang langkah cantik sang janda muda itu."Ayo ikut aku," ajaknya lagi sambil menggandeng tangan Delia."Kamu apa-apaan! Kita nggak saling kenal, kenapa kamu malah maksa?!"Pria itu tersenyum, lalu menggandeng D

  • Menjerat Mantan Istri   Ancaman

    Pada malam harinya, Putri pergi dari penginapan seorang diri. Tiba-tiba, ia malah bertemu dengan pria yang ingin mengganggunya malam itu."Hai cantik, kita bertemu lagi."Putri mengingat kejadian itu, namun ia tak bisa mengingat semuanya, karena waktu itu seperti ada yang memukulnya, lalu ia tersadar tak jauh dari penginapan. Putri sedikit panik, ia buru-buru pergi dari hadapan orang itu."Tunggu, mau ke mana kamu?" tanya dia lagi."Lepaskan aku, jangan coba-coba pegang! Tanganku ini halus tauuu! Kamu mau celaka in aku lagi?""Celakain kamu? Kamu lupa, waktu itu kamu juga kabur, dan tiba-tiba kamu sudah digendong oleh pria." Ia mengernyitkan keningnya."P-Pria?" Putri berusaha mengingat kejadian kemarin, tapi pikirannya begitu sulit untuk mengingatnya. "Iya? Dia siapa? Pacar kamu?" Pria itu mendekat ke arah Putri. Hingga wajah mereka kini bertemu.Dug! Jantung Putri serasa meledak, saat ia sadar kalau ternyata pria itu tampan juga. Namun Putri tidak mau terpesona oleh pria itu, ia in

  • Menjerat Mantan Istri   Dia Duda

    Delia hampir menahan nafas, saat Deff berada di dekat pintu mobil itu. Bu Diana buru-buru ke sana, lalu menghadang Deff."Ada apa Tuan Deff?""Siapa di dalam?" tanya Deff dingin dan penasaran."Oh, itu keponakan saya. Oh ya, gimana jeruknya tadi?" Bu Diana berbohong karena ingin mengalihkan pembicaraan. Ia juga ingin urusannya dengan Deff cepat selesai."Lumayan, mulai besok kami akan ambil jeruk di kebun anda.""Wah, benarkah? Senang sekali bekerjasama dengan anda. Tapi gimana dengan tanah itu? Apa mau lihat-lihat dulu?""Tidak perlu, nanti biar asisten saya yang melihatnya.""Hmm, oke kalau begitu, jadi nggak enak bicara di sini. Ayo kita masuk ke butik. Kita minum-minum dulu di dalam.""Maaf, kami juga buru-buru. Masih ada urusan penting yang mesti diselesaikan. Permisi, ucap Deff usai menyalami tangan bu Diana. Setelah itu, ia gegas menuju mobilnya dan diikuti oleh asistennya.Setelah kepergian Deff, bu Diana kembali menemui Delia. Delia yang tadinya khawatir, kini sudah terlihat

  • Menjerat Mantan Istri   Kejutan

    Di kediaman Bu Diana, Delia sedang berkutat di dapur, ia tengah membantu bibi menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua."Nggak usah, Non. Biar Bibi aja.""Nggak papa, Bi. Lagian aku nggak ada kegiatan, sepi tau.""Walah, Non. Bibi juga nggak ada kegiatan kalau semuanya dikerjakan Non Delia, lah apa kata nyonya?""Ya nggak ada apa-apa." Delia tertawa, memecahkan keheningan di pagi itu. Bu Diana juga begitu senang, karena Delia adalah wanita yang rajin, tak sia-sia beliau membawanya ke sini. Ia juga mudah akrab dengan Bibi."Oh ya, Non. Keluarga Non tinggal di mana?" tanya Bibi."Jakarta Selatan, Bi." Delia menjawab sambil tersenyum."Non udah kabarin, kalau Non ada di sini? Siapa tau suami Non nyariin.""Ekh." Delia tersedak mendengar penuturan Bibi. Ia jadi merasa kurang nyaman dengan pertanyaan ini, tak ingin membuka jati dirinya terlalu jauh, kecuali bu Diana."Bi, ada yang nyariin tuh!" perintah bu Diana tiba-tiba, menghentikan pembicaraan mereka barusan."Siapa Nyonya?""Nggak t

  • Menjerat Mantan Istri   Putri Dalam Bahaya

    Putri memasuki mobil yang sudah mereka pesan sejak jauh-jauh hari. Mereka tak memikirkan apapun lagi, selain bersenang-senang saja."Maaf ya, agak telat.""Iya, nggak papa. Lagi pula kan, kamu bos nya di sini.""Ah, biasa saja." Putri berpura-pura merendah, namun sebetulnya ia sungguh mengakui itu. Rasanya bangga jika disebut sebagai pemimpin di antara mereka.Mereka saling menatap antara satu sama lainnya. Sesekali senyuman sinis keluar dari sudut bibirnya. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. Pastinya, mereka akan bersenang-senang dengan uang nya Putri."Oh ya, Put. Rencananya, kita di sini akan lama lho.""Hm, lalu?" tanya Putri sambil membaca isi WA dari seseorang."Kamu, udah minta izin kan?"Putri meletakkan handphonenya, lalu tersenyum kepada mereka."Udah, nggak usah khawatir. Orangtuaku papa, Kok. Santai aja." Lama perjalanan membuat Putri sedikit mengantuk, namun membayangkan indahnya pantai yang akan mereka tuju, kini membuatnya jadi semangat lagi.Pada malam hari, mer

  • Menjerat Mantan Istri   Acuh

    Seminggu telah berlalu. Hari ini Putri ingin pergi liburan ke pantai bersama teman-temannya. Sangat menyenangkan jika pergi membawa banyak uang. Ia kini sedang berada di kamar, mencari-cari pakaian yang cocok dipakai hari ini. Kebetulan, itu adalah pakaian yang baru ia beli."Putri, kamu mau ke mana?" tanya ibunya.Putri yang tengah asyik memilih, kini tersentak melihat keberadaan ibunya."Eh, ibu." Ia mengalihkan rasa kaget jadi senyuman."Ibu, ibu! Jawab atuh, kamu mau ke mana?" tanya ibunya lagi dengan sedikit tegas."Em, Putri mau jalan-jalan ma temen, Bu. Masa iya di sini terus." Ia segera menemukan pakaian yang cocok untuk dipakai."Lah, bukannya kemarin-kemarin kamu juga nggak di rumah?" Ibunya menatap heran ke arah anak manja itu."Ya elah, Bu. Maksud Putri, Putri juga ingin pergi ke luar. Yang jauhan dikit lah, Bu.""Iya, makanya ibu tanya mau ke mana?" Ibunya sudah nampak emosi."Putri mau ke pantai, udah ibu keluar dulu, putri mau ganti baju."Putri dengan cepat mendorong t

  • Menjerat Mantan Istri   Kebahagiaan

    Delia buru-buru ingin pergi dari wanita yang ada di hadapannya ini. Terlambat, wanita itu sudah terlebih dahulu merenggut tangannya."Lepaskan aku! Aku tidak ada urusan denganmu!""Seharusnya kamu ucapin makasih, Delia. Karena berkatku kamu jadi selamat dari pernikahanmu dan Erlan." Ia tersenyum dingin kepada Delia."Karin! Apa kamu yang katakan? Jadi-""Iya, aku bersekongkol dengan Deff, agar kamu gagal menikah dengan suamiku!""Apa? Bukannya kalian sudah lama bercerai?" Delia menatap Karin dengan bingung.Karin melangkah satu langkah lebih dekat. Ia menarik ujung rambut Delia dan memainkannya. Delia sedikit menghindar, karena ia merasa tidak nyaman."Apa maksudmu?" Delia menanyakan pertanyaan itu lagi."Kami belum resmi cerai, karena Erlan nggak mau memberikan harta gono-gini. Kamu juga nggak mau kan disebut sebagai pelakor?" Karin menaikan alisnya sebelah, hingga membuat Delia jadi semakin ciut.Delia hampir tak percaya. Ia seperti seorang pelakor di dalam rumah tangga Karin dan Er

DMCA.com Protection Status