Beranda / Romansa / Penguasa Negeri Jin / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab Penguasa Negeri Jin: Bab 221 - Bab 230

571 Bab

Masa Lampau – 17

Jin Muka Seribu perhatikan buntungan di paha Papicakkanan.” Ini bukan luka biasa. Sebagian pahanya yang masih bersisa kelihatan hangus seperti dipanggang.”“Kakek bernama Pasulingmaut mendongak. Matanya berkaca-kaca. Dari mulutnya keluar suara bergumam. Setelah meniup sulingnya satu kali kakek ini usut air matanya."Hai Jin Muka Seribu. Sahabatku ini terkena sambaran Pedang Pilar Bumi" wajah Jin Muka Seribu langsung berubah mendengar nama Pedang Pilar Bumi."Jahanam besar! Kalian bertiga ternyata tidak becus!”  Empat muka Jin Muka Seribu kembali berubah menjadi wajah-wajah raksasa menggidikkan."Sebenarnya hal mudah bagi kami untuk membereskan pemuda itu. Malah Dewi Awan Putih telah kami tawan.”"Apa?!” Jin Muka Seribu tersentak. ”Di mana Dewi Itu sekarang?""Aku sembunyikan di sebuah sumur melintang dekat jalan masuk ke Istana Surga Dunia di sebelah utara.”"Jangan bermain culas de
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-18
Baca selengkapnya

Masa Lampau – 18

Mendengar keterangan Pahidungbesar itu sepasang mata Jin Muka Seribu mendelik besar. Lalu dia usap-usap mukanya sebelah depan berulang kali. Dalam hati dia membatin. ”Pukulan Menebar Budi Hari Ketiga saja sudah membuat anak buahku kelabakan. Belum lagi Pukulan Menebar Budi Hari Keempat, Kelima, Keenam dan Ketujuh! Siapa adanya manusia satu ini harus diselidiki, diringkus dan dihabisi. Tapi mungkinkah dia Dewa yang turun ke bumi melakukan penyamaran?”  Jin Muka Seribu memandang pada dua kakek di hadapannya lalu berkata. "Aku melihat pertanda buruk. Sudah sebelas malam aku seolah melihat wajah-wajah aneh. Beberapa kali aku melihat gambar bunga dalam lingkaran. Sayang Pagandrung dan Pagandring sudah mampus! Kalau mereka masih hidup mungkin bisa memberi keterangan yang aku harapkan. Selama ini kabut rahasia selalu menyelubungi kehidupanku. Aku tak pernah tahu asal usulku. Aku tak pernah tahu siapa ayah siapa ibuku!”  Sambil bicara rawan seperti itu Jin Muka S
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-18
Baca selengkapnya

Masa Lampau – 19

"Pecah kepalamu!”  teriak Pasedayu. Patumpangan rundukkan kepalanya. Sambil selamatkan diri dia tusukkan Parang Langit Biru ke arah dada lawan yang mengambang di atasnya. Pasedayu kertakkan rahang, menggeram marah karena dia tahu bagaimanapun cepatnya hantaman tangannya ke kepala Patumpangan, ujung parang lawan akan menembus dadanya lebih dulu!Masih melayang di udara Pasedayu pergunakan kaki kiri untuk menendang. Namun luput! Sementara itu parang biru terus menusuk ke atas! Pasedayu keluarkan teriakan keras. Bersamaan dengan itu dia membuat gerakan aneh. Tubuhnya seolah terbanting ke samping. Patumpangan percepat gerakannya menusuk,"Rasakan!”  teriaknya. Parang biru amblas ditubuh sebelah kanan Pasedayu. Ternyata hanya menusuk di celah sempit antara ketiak dan rusuk lawan! Walau selamat tapi Pasedayu tahu betul bahaya besar yang  mengancamnya. Jika lawan bertindak cepat dan sigap, mata parang yang sangat tajam itu bisa mero
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-18
Baca selengkapnya

Masa Lampau – 20

Sepasang mata si kakek yang juga seolah dikobari api menatap tajam pada Pasedayu. Begitu dia membuka mulut dan bicara, lidahnya tampak seperti dibuat dari api."Pasedayu, lekas kau serahkan Jimat Hati Dewa Itu padaku!""Hai! Kau siapa?”  tanya Pasedayu. Suaranya keras dan dalam hati dia menduga-duga siapa adanya makhluk aneh di hadapannya itu.Kobaran api di dua mata dan lidah si kakek yang muncul dari atas langit menjilat ke depan."Aku Wakil atau Utusan Para Dewa! Datang di perintahkan untuk mengambil Jimat Hati Dewa yang kini kau pegang itu.”  Si kakek ulurkan tangan kirinya.Ternyata telapak dan jari-jari tangannya itu juga dijilati api! Terkejutlah Pasedayu mendengar ucapan si kakek.” Tunggu dulu! Aku juga Wakil Para Dewa di Negeri Jin ini! Antara kita berada dalam kedudukan sama! Jangan kau berani memerintah diriku!""Pasedayu, kedudukanmu sebagai Wakil Para Dewa, seperti dikatakan Patumpangan telah dicabut
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-18
Baca selengkapnya

Masa Lampau – 21

Di depan sana, ketika cambuk api membuat dua kali putaran di udara dengan segala kedahsyatannya, Pasedayu tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya. Jimat Hati Dewa yang berupa gumpalan daging merah hidup itu dimasukkannya ke dalam mulutnya lalu dikunyahnya mentah-mentah!Kakek Wakil Para Dewa berteriak kaget.” Tidak! Jangan lakukan itu!"Seperti orang kesurupan Pasedayu mempercepat kunyahannya. Daging yang dikunyah keluarkan darah merah kehitaman dan mengucur dari dalam mulutnya. Dari tenggorokannya ada suara seperti srigala menggeram tak berkeputusan. Sepasang matanya menatap membeliak dan garang pada si kakek."Jangan! Pasedayu! Jangan kau telan benda dalam mulutmu! Semburkan keluar!"Pasedayu tidak peduli. Kunyahannya semakin cepat. Darah yang keluar dari mulutnya bertambah banyak. Lalu gluk... gluk... gluk! Haaaaah! Jimat Hati Dewa ditelannya, amblas ke dalam perut lewat tenggorokannya. Begitu sang jimat berada dalam tubuh Pasedayu, terjadilah satu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya

Masa Lampau – 22

Beberapa belas tahun setelah kejadian di tepi jurang... ”Hai istriku Ruhpingitan, aku akan meninggalkanmu dan anak-anak. Aku pergi tak akan lama, hanya sekitar sepuluh tahunan. Jika aku kembali maka aku akan membawa kalian ke Lembah Bulan Sabit. Di situ aku sudah membangun satu rumah besar untuk tempat tinggal kita yang baru.”Perempuan bernama Ruhpingitan memandang sedih pada suaminya. Walau masa sepuluh tahun di Negeri Jin sama dengan setahun di tanah Jawa namun seolah tak sanggup dia menatap mata sang suami, perempuan itu alihkan pandangannya ke arah tempat tidur besar terbuat dari batu berlapiskan jerami kering. Di atas tempat tidur itu terbaring empat anak laki-laki masing-masing berusia setahun, dua tahun, tiga tahun dan empat tahun sesuai ukuran usia di Negeri Jin yang tidak sama dengan negeri lainnya pada masa itu. Keempat anak itu tengah tertidur nyenyak dalam dinginnya udara menjelang pagi."Pasedayu Hai suamiku. Sebelum kau pergi, apakah kau tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya

92. Jin Muka Seribu - 1

PASEDAYU duduk terbungkuk-bungkuk di tanah yang becek. Sekujur tubuhnya terutama di sebelah belakang mendenyut sakit Mukanya pucat dan pandangan matanya sayu. Kalau saja dia bisa meminta rasanya saat itu dia lebih suka memilih mati. Perlahan-lahan dia turunkan tangan kanan yang sejak tadi dipergunakan untuk menopang keningnya. Memandang ke depan dia hanya melihat tanah rata yang disana-sini masih digenangi air. Pasedayu sampai di tempat itu malam tadi. Dan kini matahari menjelang tenggelam. Berarti hampir satu hari penuh dia terduduk di situ, didera oleh rasa sakit di sekujur tubuh serta perasaan hancur di dalam hati. Otaknya seperti mau gila menghadapi kenyataan ini."Rata semua.... Rumahku, lenyap tak berbekas. Para Dewa. Hai tunjukkan padaku dimana mereka berada. Mengapa kau jatuhkan cobaan maha berat ini padaku! Anak istriku... Ruhpingitan, anak-anakku.... Apakah mereka masih hidup? Dimana mereka sekarang?” Tenggorokan Pasedayu turun naik. Dadanya terasa sesak. Mata
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya

Jin Muka Seribu - 2

"Hai makhluk di puncak batu karang tempat arus berputar! Jika kau mengikuti petunjukku, kau tak perlu harus menunggu sampai sepuluh tahun lagi! Sebelum sang surya tenggelam hari ini, kau sudah boleh meninggalkan pulau karang!"Makhluk di atas batu karang tersentak kaget. Dia mendongak ke atas. Di antara silaunya Matahari Terik dia melihat ada sebuah benda berwarna merah melayang turun dari sebelah utara. Belum sempat dia berkejap, benda ini tahu-tahu sudah sampai di hadapannya! Kejut si makhluk aneh bukan alang kepalang!Sosok yang tegak di depannya saat  itu adalah sosok seorang kakek yang keadaannya sungguh mengerikan. Sekujur badannya dikobari nyala api. Namun sosok sebelah kanan yaitu bagian bahu sampai ke pinggang hanya merupakan satu lobang besar menggidikkan. Makhluk berlumut di atas batu bisa melihat isi dada dan perut serta genangan darah di dalamnya. ”Makhluk api yang sosokmu hanya tinggal sebelah! Siapa kau adanya! Apa maksud ucapanmu tadi?!" Yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya

Jin Muka Seribu - 3

"Wuuttt! Seetttt! Setttt!Bluuupppp!"Lobang besar akibat hantaman pukulan tadi kini tertutup oleh gumpalan debu, rata tak berbekas seperti keadaan semula! Pabahala hanya bisa leletkan lidah menyaksikan kejadian itu. Kakek api menyeringai lebar lalu berkata."Sungguh hebat ilmu pukulan Menghancur Karang Membentuk Debu yang kau perlihatkan padaku. Hai, bukankah itu nama pukulan yang barusan kau Perlihatkan padaku? Hik... hik... hik!"Makhluk berlumut terkesiap kaget. Tidak mengerti bagaimana si kakek api tahu nama pukulan yang barusan dikeluarkannya."Makhluk berlumut yang aku beri nama Pabahala, jika kau mengikuti petunjukku kau akan dapatkan berbagai ilmu yang jauh lebih hebat dari yang barusan kau Perlihatkan. Kau tak Perlu menunggu sepuluh tahun. Sebelum sang surya tenggelam hari ini kau sudah boleh meninggalkan pulau ini! Terserah apakah kau mau menerima berkah atau tetap jadi cacing tanah dengan sejuta ketololan!"Makhluk berlumut meren
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya

Jin Muka Seribu - 4

"Aku paham Hai Pamanyala. Namun jika Pasedayu memiliki kepandaian tinggi tentu sulit untuk mencungkil merampas pusarnya”"Kau benar. Tapi jika kau mempergunakan alat ini pekerjaan itu akan jadi mudah.” Kakek api lalu masukkan tangan kirinya ke dalam lobang di sisi kanan tubuhnya. Dari dalam rongga ini dikeluarkannya sebuah benda yang diselimuti darah kental.Pabahala kernyitkan kening. Dia tidak tahu benda apa yang dipegang si kakek api Wakil Para Dewa itu. Si kakek mendongak ke langit, pejamkan matanya lalu meniup. Serta merta darah yang melumuri benda yang dipegangnya lenyap. Kini kelihatan ujud benda itu, ternyata adalah sebuah sendok aneh bergagang pendek, terbuat dari emas murni memancarkan cahaya kuning berkilauan."Ini adalah Sendok Pelangkah Nasib. Dengan benda ini dengan mudah kau bisa mengorek pusar Pasedayu. Ambillah, simpan baik-baik. Benda ini hanya boleh kau keluarkan pada saat kau siap mencungkil pusar Pasedayu. Jika telah selesai kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
58
DMCA.com Protection Status