Beranda / Pernikahan / Yang Ternoda / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Yang Ternoda: Bab 1 - Bab 10

131 Bab

Bab 1

"Ingat, ya, jangan pernah berani menyentuh tempat tidurku, apalagi bermimpi untuk tidur di sini." Gilang menepuk-nepuk ranjang empuknya. Pria itu masih mengenakan pakaian pengantin berwarna putih.   Zafira yang juga masih mengenakan kebaya putih hanya melirik pria sombong itu sekilas kemudian meraih baju gantinya dan  melengos berjalan ke arah kamar mandi.   "Heh wanita batu! Kamu dengar enggak aku bilang apa? Inget, ya, aku nikahin kamu itu bukan karena cinta! Kalau bukan karena Papa aku nggak akan mungkin menikahimu, kamu sama sekali bukan tipe wanitaku!" seru Gilang lagi.    Zafira mendelik pada pria yang baru saja mengucap ijab kabul padanya itu. Dia terus melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti baju kebaya pengantin dengan segala aksesorisnya yang terasa berat di tubuhnya. Melihat Zafira mengabaikannya, Gilang merasa emosi dan memandang punggu
Baca selengkapnya

Bab 2

"Keluar kalian semua dari sini!!!” perintah Gilang pada anak buahnya. Dengan tergopoh-gopoh 5 orang anak buah Gilang segera keluar dari ruangan itu dan berjaga-jaga di luar. Gilang kembali memusatkan pandangannya kepada sosok wanita yang ada di depannya. Hidungnya terus menerus mengendus aroma tubuh Zafira.  Gilang yang masih terlihat sempoyongan menarik jilbab yang menutupi kepala Zafira dengan kasar. Matanya semakin liar ketika melihat rambut hitam panjang Zafira yang terurai ketika jilbabnya terlepas. Gilang semakin tak bisa mengendalikan nafsunya, matanya tertuju pada leher jenjang Zafira yang putih dan mulus. Gilang semakin liar merobek gamis yang dikenakan oleh Zafira. Nafasnya memburu ketika tubuh polos Zafira kini terpampang di depan matanya. Dengan tergesa-gesa Gilang membuka kancing kemejanya sendiri kemudian melepas ikat pinggangnya.  “Akhhhh!!" Tubuh Zafira terlihat bergerak sedikit ketika merasakan sakit luar biasa di bagia
Baca selengkapnya

Bab 3

Zafira membuka matanya perlahan dan merasakan sakit di kepala dan sekujur tubuhnya. Dilihatnya ayahnya dan ibunya duduk dengan kepala tertunduk di sampingnya.   "Aa--Ayah ... Ibu ...," panggil Zafira lirih.   Pak Juan dan Bu Sinta, ayah dan ibu Zafira sontak mendongakkan kepala mendengar suara lirih Zafira.   "Fira ... Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap Juan lembut pada putrinya. Sementara Bu Sinta berdiri di samping putrinya dan membelai-belai kepala putrinya itu.   "Fira kenapa, Yah ... Bu ... ini di mana? Kenapa Fira ada di sini?" Zafira berusaha menggerakkan tubuhnya namun semua sendinya terasa sakit.   "Jangan banyak bergerak dulu, Nak. Tubuhmu masih sangat lemah," bujuk bu Sinta.   "Fira haus, Bu. Kenapa badan Fira semua terasa sakit?"  
Baca selengkapnya

Bab 4

Seharian ini Pak Juan dan Bu Sinta sedikit kewalahan menghadapi Zafira yang selalu saja histeris ketika mendapati kenyataan bahwa dia adalah korban pemerkosaan dari orang yang tidak dikenalnya. Cerita dari Pak Juan, Bu Sinta dan juga Dokter Hesti tentang keadaannya ketika dibawa ke klinik Dokter Hesti membuat Zafira semakin histeris. Dokter Hesti terus menemani pasiennya itu seharian ini, dokter yang juga memiliki ilmu psikiater itu tau bagaimana traumanya Zafira saat ini. Selain itu, entah mengapa dokter paruh baya itu sangat prihatin pada kondisi Zafira sejak awal gadis malang itu diantar ke kliniknya oleh sejumlah pria berbadan tegap. Sedangkan Pak Juan, sudah beberapa hari ini meminta ijin pada atasannya untuk menemani putrinya yang sedang sakit. Pak Juan bekerja sebagai supir pribadi seorang pengusaha terkenal, beruntung atasan Pak Juan sangat baik sehingga alasan Juan untuk tidak masuk kerja dimengerti oleh atasannya itu. Bahkan ke
Baca selengkapnya

Bab 5

DIA!!! Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat di depannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan dan Zafira menatap heran pada Gilang. “Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Zafira panik melihat Gilang terhuyung. “Kamu kenapa?” tanya Irawan mengeryitkan keningnya. Gilang tak menjawab, dia segera menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah Zafira sebelum tubuhnya benar-benar ambruk karena terkejut. “Sebentar, saya ambilkan minum dulu, ya,” Zafira masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergersa-gesa. “Kamu kenapa?” Pak Irawan kembali mengulang pertanyaannya. Dia menunduk meraih ponsel Gilang yang tadi terjatuh kemudian menyodorkannya pada putranya itu sambil terus memicingkan matanya. “Nggak … nggak apa-apa, Pa. Gilang hanya … Gilang hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing tadi,” ucap Gilang terbata-bata. Irawan semakin merasa heran melihat putra mahk
Baca selengkapnya

Bab 6

  Bab 6. Maaf Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana. Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya. Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik. "Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika d
Baca selengkapnya

Bab 7

  “Kamu meragukan klinik kita, Fira?” “Maaf, Dok. Bukan maksud saya seperti itu. Tapi ....” Zafira menggantung kalimatnya. “Aku mengerti maksudmu, Nak,” ucap dokter Hesty tersenyum. “Mungkin beliau menemukan apa yang selama ini dicarinya di klinik kita. Kita tetap harus profesional, siapapun pasien yang datang harus tetap mendapat layanan medis yang terbaik dari klinik,” lanjut dokter Hesty. “Iya, Dok.” “Apa boleh aku mengajukan pertanyaan untukmu, Fira?” “Silakan, Dok.” “Bagaimana jika suatu saat ada seseorang yang ingin menikahimu?” Zafira terkejut mendengar pertanyaan dokter Hesti. “Saya belum berpikir ke sana, Dok. Sekarang ini saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan baik tanpa ada penyesalan atas takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam hidup saya,” jawab Zafira. “Masa depanmu masih panjang, Nak. Satu peristiwa pahit yang terjadi tak boleh membuat langkah kakimu ter
Baca selengkapnya

Bab 8

 “Apa … apa maksud Anda, Pak?” sahut Juan dengan suara gemetar.“Maafkan saya, Juan. Itulah kenyataannya, Gilang putraku yang melakukannya! Aku sudah menyelidiki semuanya setelah kedatangan kami pertama kali kemari. Mungkin kalian masih ingat bagaimana Gilang saat itu tiba-tiba terlihat gugup saat melihat putrimu. Itulah sebabnya aku menyelidiki apa yang membuatnya tiba-tiba gugup dan pucat pasi waku itu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa putraku mengenali putrimu sebagai gadis yang menjadi korban nafsu bejatnya, sedangkan Zafira tak mengenalinya karena Zafira dalam keadaan pingsan pada saat itu dan ia tidak pernah tau siapa pelakunya.”Tubuh Zafira bergetar hebat mendengar penuturan Irawan. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terus menerus gemetar dan tak bisa dikendalikannya. Tidak ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya, menandakan betapa perasaannya saat ini tidak dapat digambarkan hanya
Baca selengkapnya

Bab 9

  Bab 9.Juan menengok keadaan Zafira ketika Irawan dan Gilang serta beberapa orang ajudannya sudah berlalu dari rumahnya. Zafira sudah kelihatan sudah tidak gemetaran lagi namun sekarang berganti dengan suara tangisan diiringi deraian air matanya.“Lebih baik jika seperti ini, dia bisa mengeluarkan emosinya dengan menangis. Kondisi terparah dari trauma dan kesedihan seseorang adalah ketika air mata pun tak mampu lagi dikeluarkannya seperti keadaan Zafira tadi,” jelas Dokter Hesti.***Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah  Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, d
Baca selengkapnya

Bab 10

  Zafira kembali merapikan mukenanya setelah menunaikan salat subuh, dia tak melirik sekalipun ke arah tempat tidur mewah di mana Gilang berada. Gilang pun mengacuhkan keberadaan Zafira di sana dan hanya berkonsentrasi pada layar ponselnya. Zafira membuka pintu kamar dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Kebiasaannya di rumahnya terbawa ke rumah mewah ini. Di rumahnya, setelah salat subuh Zafira biasanya dia akan langsung menuju dapur dan membantu kegiatan ibunya menyiapkan sarapan.  “Selamat pagi, Nak.” Suara Irawan mengejutkan Zafira.“Selamat pagi, Tuan,” jawab Zafira."Jangan panggil tuan, Nak. Saya sekarang adalah orang tuamu. Jadi panggil papa, ya, sama seperti Gilang," ucap Irawan sambil tersenyum. "Baik, Tuan. Maaf Baik, Pa." Zafira merasa sedikit grogi. "Kenapa bangun sepagi ini, Nak. Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya Irawan."Nggak, Tuan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status