Share

Bab 4

Author: Aina D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seharian ini Pak Juan dan Bu Sinta sedikit kewalahan menghadapi Zafira yang selalu saja histeris ketika mendapati kenyataan bahwa dia adalah korban pemerkosaan dari orang yang tidak dikenalnya. Cerita dari Pak Juan, Bu Sinta dan juga Dokter Hesti tentang keadaannya ketika dibawa ke klinik Dokter Hesti membuat Zafira semakin histeris.

Dokter Hesti terus menemani pasiennya itu seharian ini, dokter yang juga memiliki ilmu psikiater itu tau bagaimana traumanya Zafira saat ini. Selain itu, entah mengapa dokter paruh baya itu sangat prihatin pada kondisi Zafira sejak awal gadis malang itu diantar ke kliniknya oleh sejumlah pria berbadan tegap.

Sedangkan Pak Juan, sudah beberapa hari ini meminta ijin pada atasannya untuk menemani putrinya yang sedang sakit. Pak Juan bekerja sebagai supir pribadi seorang pengusaha terkenal, beruntung atasan Pak Juan sangat baik sehingga alasan Juan untuk tidak masuk kerja dimengerti oleh atasannya itu. Bahkan kemarin Juan mendapat pesan dari bagian keuangan bahwa perusahaan telah mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya atas perintah atasannya sebagai bentuk kepedulian pada Pak Juan yang putrinya sedang dirawat sakit.

“Selamat pagi, Zafira,” sapa dokter Hesti sambil tersenyum.

“Selamat pagi, Dok” jawab Zafira yang juga dengan senyum tipisnya.

“Senyumnya yang lebar dong, kan hari ini sudah boleh pulang,” kata dokter Hesti lagi.

Zafira pun tersenyum lebar mendengar ucapaan dokter Hesti.

“Terima kasih ya, Dok. Putri kami mendapatkan perawatan dan penanganan yang sangat baik di klinik ini. Saya doakan semoga klinik ini semakin maju dan berkah,” ucap Bu Sinta.

“Itu sudah menjadi kewajiban kami, Bu. Jadi tidak perlu berterima kasih,” sahut dokter Hesti masih dengan senyumnya.

“Terima kasih, Dok,” ucap Zafira saat dokter Hesti sudah selesai memeriksa kondisi tubuhnya.

“Sama-sama, Nak. Terus terang saya senang sekali nak Zafira bisa dirawat di sini. Saya akan sangat kehilangan kalau nak Fira sudah pulang ke rumah, tapi itu lebih baik untuk kesehatan nak Fira, Jangan sungkan pada saya, ya, anggap aja saya ini orang tua Zafira,” ucap dokter Hesti tulus.

Pak Juan, Bu Sinta dan Zafira terharu mendengar ucapan dokter Hesti. “Terima kasih, Dok. Selama saya bersinggungan dengan petugas medis, Anda adalah dokter terbaik menurut saya. Anda memperlakukan kami seperti keluarga. Maafkan kami jika beberapa hari ini telah merepotkan dokter dan klinik ini,” kata Juan.

“Tidak usah berterima kasih, Pak. Sebenarnya saya dulu punya anak perempuan yang cantik seperti nak Fira ini, namanya Gina. Dia gadis yang cantik, ramah dan periang. Hidup kami begitu sempurna ketika itu, saya dan suami serta seorang putra dan seorang putri. Kami berempat sangat bahagia dengan kehidupan kami. Namun ternyata Allah berkehendak lain, suami saya dan putri saya Gina terlibat kecelakaan ketika suami saya menjemput Gina pulang sekolah dan mereka berdua menjadi korban meninggal dunia pada peristiwa kecelakaan itu. Saat itu Gina baru duduk di kelas 2 SMP. Kepergian suami  dan putri membuat hidup saya sempat kehilangan arah. Namun anak saya satu-satunya yang masih hidup dan membutuhkan saya membuat semangat saya kembali bangkit.” Dokter Hesti bercerita sambil menyeka bening yang menetes di sudut matanya yang sudah mulai keriput.

“Maafkan saya, saya jadi bercerita yang tidak-tidak,” ucapnya lagi.

“Tidak apa-apa, Dok. Kami senang dokter Hesti mau berbagi cerita pada kami. Dengan begitu kami bisa belajar bahwa bukan hanya kami yang mendapat cobaan. Itu akan membuat kami semua tidak patah semangat dan merasa berkecil hati,” jawab Juan sambil melirik putrinya, dia berharap putri nya bisa mengambil pelajaran dari cerita dokter Hesti.

“Putri saya, Gina, kalau saja masih hidup mungkin sekarang usianya tak jauh beda dengan nak Fira. Itulah sebabnya saya sangat bahagia nak Fira dirawat di sini beberapa hari ini, itu membuat saya merasa sedang berada di dekat Gina. Bolehkah saya menganggapmu sebagai putriku, Fira?”  tanya dokter Hesti.

“Boleh, Dok. Fira akan sangat tersanjung jika dokter Hesti mau menganggap Fira sebagai putri dokter,” jawab Fira tulus.

“Terima kasih, Nak. Nah, sekarang kondisi Fira sudah sehat, ya. Saya harap Fira bisa lebih sehat lagi setelah pulang ke rumah. Jika kondisi psikis Fira merasa terganggu atau trauma itu datang, Fira bisa berkunjung ke sini. Insya Allah saya akan selalu ada dan membantu Fira untuk sembuh secara fisik maupun psikis.”

“Kami tak tau lagi bagaimana caranya berterima kasih pada dokter Hesty,” ucap Pak Juan.

“Saya sudah berkomitmen untuk membantu sesama lewat pelayanan di klinik ini, Pak. Saya mulai mempelajari ilmu psikiater ketika suami dan putri saya meninggal. Saya terus belajar agar saya bisa menghilangkan kesedihan dan trauma kehilangan mereka. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mendirikan klinik sederhana ini untuk membantu orang lain yang membutuhkan jasa saya dan klinik saya. Saya dengan senang hati akan membantu nak Fira untuk menghapus trauma atas kejadian yang menimpanya. Agar ilmu yang sudah saya pelajari tidak sia-sia.” Dokter Hesti berucap sambil mengelus-elus kepala Zafira yang kini tertutup jilbab.

“Masyaa Allah, semoga Allah membalas pahala besar atas semua ketulusan dokter Hesti,” ucap Bu Sinta yang diamini oleh mereka semua.

Pak Juan sedikit berdebat dengan kasir klinik ketika melakukan pembayaran atas perawatan Zafira. Pak Juan merasa tarif klinik ini terlalu murah dan tidak masuk akal untuk tarif rawat inap selama 3 malam disana. Namun kasir mengatakan bahwa itu memang sudah tarif baku di klinik ini. Setelah berdebat di kasir klinik, Pak Juan, Bu Sinta dan Zafira pun pulang dari klinik dokter Hesti dengan memesan transportasi online.

Sesampainya di rumahnya, Zafira melihat motor maticnya terparkir rapi di dalam pagar. Seingatnya motornya itu terakhir diparkirnya di area mini market, di mana beberapa orang kemudian datang membekap mulutnya dan membuatnya kehilangan kesadaran. Zafira menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan ingatan yang mengerikan itu. Dia ingat semua yang dikatakan dokter Hesti padanya, semua sugesti positif yang diajarkan dokter Hesti harus mengalahkan traumanya atas kejadian itu. Zafira sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa bangkit dan mengalahkan rasa trauma itu. Aku masih beruntung, masih bisa kembali berkumpul dengan ayah dan ibuku, sedangkan dokter Hesti harus terpisah selamanya dengan putrinya, aku tak boleh lemah! batin Zafira.

***

"Pa, kenapa Gilang harus ikut mobil Papa sih? Gilang kan bisa bawa mobil sendiri!" seru Gilang protes pada Pak Irawan.

"Sudah, kamu ikut aja. Papa khawatir kamu nggak tiba di kantor tepat waktu kalau bawa mobil sendiri. Ingat, ini hari pentingmu. Papa akan memperkenalkanmu sebagai penerus Papa di meeting dengan kolega penting hari ini."

Gilang pun terdiam dan tak membantah lagi. Namun Gilang memicingkan matanya ketika menyadari bahwa mobil yang sedang ditumpanginya ini tidak mengarah ke perusahaan Irawan.

"Kenapa ke arah sini, Pa?" tanya Gilang.

"Papa mau mampir ke rumah karyawan Papa dulu sebentar. Sudah beberapa hari ini beliau ijin tidak masuk kerja, papa hanya ingin memastikan keadaannya baik-baik saja," jawab Irawan.

"Kamu tau alamatnya Juan kan?" tanya Irawan pada supirnya.

"Iya, saya tau, Tuan" jawab supirnya sopan.

Tak berapa lama kemudian mobil berhenti di depan pagar sebuah rumah sederhana. Pak Irawan segera turun dari mobilnya saat supirnya membukakan pintu mobilnya, sementara Gilang terlihat sibuk memainkan ponselnya.

"Turun, Gilang!" seru Irawan.

"Gilang ikut juga, Pa?" tanya Gilang kesal.

"Iya, nggak sopan bertamu hanya di depan pagar. Ayo temani Papa masuk!" perintah Irawan.

Gilang pun keluar dari mobil dengan wajah kesalnya dan menyusul langkah papanya.

Gilang terus fokus pada layar ponselnya saat Irawan mengetuk pintu depan rumah sederhana itu.

"Maaf, cari siapa?" Zafira membuka pintu dan heran melihat dua pria yang berpenampilan rapi dan elegan berdiri di sana.

"Assalamualikum, apa benar ini rumah Pak Juan?" tanya Irawan sopan.

"Walaikumsalam, iya benar, Pak. Saya putrinya. Silahkan masuk dulu, saya akan panggilkan ayah saya" jawab Zafira.

Irawan menyikut lengan Gilang ketika melihat putranya itu hanya fokus pada ponselnya. Hal itu membuat Gilang spontan mendongakkan kepalanya. Namun betapa terkejutnya Gilang ketika melihat sosok gadis yang berdiri di depan pintu dan sedang mempersilahkan Pak Irawan masuk.

DIA!!!

Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat di depannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan dan Zafira menatap heran pada Gilang.

🌟BERSAMBUNG🌟

 

Related chapters

  • Yang Ternoda   Bab 5

    DIA!!! Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat di depannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan dan Zafira menatap heran pada Gilang. “Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Zafira panik melihat Gilang terhuyung. “Kamu kenapa?” tanya Irawan mengeryitkan keningnya. Gilang tak menjawab, dia segera menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah Zafira sebelum tubuhnya benar-benar ambruk karena terkejut. “Sebentar, saya ambilkan minum dulu, ya,” Zafira masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergersa-gesa. “Kamu kenapa?” Pak Irawan kembali mengulang pertanyaannya. Dia menunduk meraih ponsel Gilang yang tadi terjatuh kemudian menyodorkannya pada putranya itu sambil terus memicingkan matanya. “Nggak … nggak apa-apa, Pa. Gilang hanya … Gilang hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing tadi,” ucap Gilang terbata-bata. Irawan semakin merasa heran melihat putra mahk

  • Yang Ternoda   Bab 6

    Bab 6. Maaf Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana. Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya. Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik. "Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika d

  • Yang Ternoda   Bab 7

    “Kamu meragukan klinik kita, Fira?” “Maaf, Dok. Bukan maksud saya seperti itu. Tapi ....” Zafira menggantung kalimatnya. “Aku mengerti maksudmu, Nak,” ucap dokter Hesty tersenyum. “Mungkin beliau menemukan apa yang selama ini dicarinya di klinik kita. Kita tetap harus profesional, siapapun pasien yang datang harus tetap mendapat layanan medis yang terbaik dari klinik,” lanjut dokter Hesty. “Iya, Dok.” “Apa boleh aku mengajukan pertanyaan untukmu, Fira?” “Silakan, Dok.” “Bagaimana jika suatu saat ada seseorang yang ingin menikahimu?” Zafira terkejut mendengar pertanyaan dokter Hesti. “Saya belum berpikir ke sana, Dok. Sekarang ini saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan baik tanpa ada penyesalan atas takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam hidup saya,” jawab Zafira. “Masa depanmu masih panjang, Nak. Satu peristiwa pahit yang terjadi tak boleh membuat langkah kakimu ter

  • Yang Ternoda   Bab 8

    “Apa … apa maksud Anda, Pak?” sahut Juan dengan suara gemetar.“Maafkan saya, Juan. Itulah kenyataannya, Gilang putraku yang melakukannya! Aku sudah menyelidiki semuanya setelah kedatangan kami pertama kali kemari. Mungkin kalian masih ingat bagaimana Gilang saat itu tiba-tiba terlihat gugup saat melihat putrimu. Itulah sebabnya aku menyelidiki apa yang membuatnya tiba-tiba gugup dan pucat pasi waku itu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa putraku mengenali putrimu sebagai gadis yang menjadi korban nafsu bejatnya, sedangkan Zafira tak mengenalinya karena Zafira dalam keadaan pingsan pada saat itu dan ia tidak pernah tau siapa pelakunya.”Tubuh Zafira bergetar hebat mendengar penuturan Irawan. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terus menerus gemetar dan tak bisa dikendalikannya. Tidak ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya, menandakan betapa perasaannya saat ini tidak dapat digambarkan hanya

  • Yang Ternoda   Bab 9

    Bab 9.Juan menengok keadaan Zafira ketika Irawan dan Gilang serta beberapa orang ajudannya sudah berlalu dari rumahnya. Zafira sudah kelihatan sudah tidak gemetaran lagi namun sekarang berganti dengan suara tangisan diiringi deraian air matanya.“Lebih baik jika seperti ini, dia bisa mengeluarkan emosinya dengan menangis. Kondisi terparah dari trauma dan kesedihan seseorang adalah ketika air mata pun tak mampu lagi dikeluarkannya seperti keadaan Zafira tadi,” jelas Dokter Hesti.***Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, d

  • Yang Ternoda   Bab 10

    Zafira kembali merapikan mukenanya setelah menunaikan salat subuh, dia tak melirik sekalipun ke arah tempat tidur mewah di mana Gilang berada. Gilang pun mengacuhkan keberadaan Zafira di sana dan hanya berkonsentrasi pada layar ponselnya. Zafira membuka pintu kamar dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Kebiasaannya di rumahnya terbawa ke rumah mewah ini. Di rumahnya, setelah salat subuh Zafira biasanya dia akan langsung menuju dapur dan membantu kegiatan ibunya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi, Nak.” Suara Irawan mengejutkan Zafira.“Selamat pagi, Tuan,” jawab Zafira."Jangan panggil tuan, Nak. Saya sekarang adalah orang tuamu. Jadi panggil papa, ya, sama seperti Gilang," ucap Irawan sambil tersenyum."Baik, Tuan. Maaf Baik, Pa." Zafira merasa sedikit grogi."Kenapa bangun sepagi ini, Nak. Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya Irawan."Nggak, Tuan.

  • Yang Ternoda   Bab 11

    Bab 11. Susah payah Zafira berusaha mengatur napasnya kemudian duduk di sofa yang sekaligus menjadi tempat tidurnya di kamar ini. Zafira menerapkan apa yang telah diajarkan Dokter Hesti padanya saat rasa trauma itu datang. Zafira memejamkan matanya dan berkali-kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya kembali. Perlahan-lahan detak jantungnya pun mulai kembali normal. Zafira membuka matanya dan menyadari bahwa kamar itu sudah terang dengan masuknya cahaya dari jendela kaca yang gordennya telah terbuka lebar. Zafira berjalan perlahan ke arah jendela kaca besar dan merasa takjub dengan pemandangan yang tersaji dari sana. Hamparan rumput yang terawat dengan baik dan sebuah air mancur kecil yang ada di tengahnya membuat hati Zafira sedikit menghangat. Dia tersenyum memandang ke arah taman kecil yang terlihat sangat terawat itu. Zafira begitu terpesona sehingga tak menyadari jika Gilang sudah berada di sana dan memperhatikannya. "Heh, batu! Ngapain senyum-senyum dekat jendela?"

  • Yang Ternoda   Bab 12

    Bab 12Zafira pasrah dan memilih duduk di salah satu sofa mewah berwarna gold yang ada di rumah besar itu. Sementara Irawan terlihat mengambil ponselnya nya dan terlihat terlibat pembicaraan dengan seseorang yang Zafira yakini adalah Gilang. Tak lama kemudian Zafira melihat Gilang menuruni anak tangga dengan muka masamnya.“Zafira itu istrimu, Gilang. Kamu mau membiarkannya pergi begitu saja? Mana tanggung jawabmu? Zafira sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu setelah ayahnya menyerahkan putrinya padamu. Kamu mengerti kan arti kalimat ijab kabul yang beru kemarin kamu ucapkan?”“Iya, Pa. Lagian dia nggak pamit pada Gilang juga. Mana Gilang tau dia mau ke mana!” sahut Gilang sambil melototkan matanya ke arah Zafira.“Ya sudah sana antarkan istrimu ke rumah ayahnya. Dan ingat, besok pagi kamu sudah harus aktif di kantor. Papa hanya mengijinkanmu libur sehari ini, itupun karena papa pikir Fira juga masih l

Latest chapter

  • Yang Ternoda   Bab 130

    Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran klinik, lalu turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Hati-hati, Sayang,” ucapnya sambil menyambut uluran tangan Zafira.“Jangan berlebihan, Mas. Aku nggak apa-apa.”Gilang menggeleng. “Aku harus berlebihan kalau itu menyangkut kamu dan anak kita. Aku nggak mau kehilangannya lagi.”Akhirnya Zafira mengalah ketika Gilang dengan posesifnya mengantarkannya ke dalam klinik hingga terdengar suara Felix menyapa mereka.“Hai, Fira.”Gilang dan Zafira menoleh. Felix tersenyum dapa Zafira, namun mengabaikan pria posesif di samping wanita itu.“Eh, lu nggak ngeliat gue?” sengit Gilang.Felix tertawa. “Oh, iya. Maaf nggak kelihatan. Makanya jangan terlalu sering di samping Fira, soalnya yang lain nggak kelihatan ditutupi sama auranya dia.”Gilang semakin gusar ketika merasa Felix sedang memprovokasiny

  • Yang Ternoda   Bab 129

    Gilang mengantar Zafira ke klinik dr. Hesty sebelum berangkat bekerja. Telepon dari Felix yang mengajak Zafira bertemu pagi ini benar-benar membuat Gilang gelisah. Maka saat istrinya mengatakan jika Felix mengajak bertemu di klinik tempat Zafira dulu bekerja, Gilang memilih mengantarkan sendiri istrinya ke sana. Meski awalnya Gilang menolak, namun rengekan Zafira membuatnya luluh. Gilang masih ingat bagaimana tadi pagi mereka berselisih paham akibat telepon dari dr. Felix.“Felix minta ketemu Fira, Mas. Katanya ada yang ingin ditanyakan,” ucap Zafira tadi pagi setelah mengibrol dengan Felix di bawah tatapan tajam Gilang.“Ngapain dokter gila itu minta ketemu kamu? Dia masih ngejar-ngejar kamu?”Zafira mengerucutkan bibirnya.“Jangan mulai deh, Mas. Kemarin-kemarin udah enak ngeliat kalian damai,” kata wanita hamil itu.“Aku nggak ngizinin! Kalau mau ketemu suruh ketemu aku saj

  • Yang Ternoda   Bab 128

    Kehamilan Zafira kali ini ternyata masih sama dengan kehamilannya sebelumnya, di mana Gilang lah yang harus setiap hari menahan mual dan tak berselera makan, sedangkan Zafira terpengaruh apa-apa. Ia bahkan makin terlihat segar karena Gilang menyuruh semua ART di rumahnya untuk memperhatikan semua kebutuhan istrinya.“Jangan banyak bergerak!”“Kalau perlu apa-apa bilang sama Maria atau yang lainnya!”“Jangan urusin taman!”“Kalau jalan pelan-pelan!”Serta masih banyak kalimat-kalimat Gilang yang setiap hari harus didengar oleh Zafira. Sesekali Zafira merasa iba jika melihat kondisi Gilang yang justru semakin kurus dan pucat karena mual dan muntah yang dialaminya setiap pagi.Pria itu bahkan beberapa kali mengunjungi dokter untuk meminta obat penghilang rasa mual dan morning sick yang dialaminya. Namun tak ada satu pun obat-obatan yang mempan dan bisa menghilangkan

  • Yang Ternoda   Bab 128

    "SELAMAT ULANG TAHUN PAK GILANG!"Gilang tersenyum membaca spanduk yang terbentang di sana. Gilang baru menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Perlahan Gilang melangkah ke arah Zafira, lelaki itu tau jika ini semua pasti ide istri kesayangannya itu."Pantasan dari kemarin kamu kelihatan sibuk banget telpon sana sini, ternyata nyiapin ini ya. Terima kasih, Sayang." Gilang mengecup kening istrinya."Uwuwuwuuuu!!!""Ciumnya di bibir dong, Pak Boss!""Ternyata Boss kita romantis banget, ya!"Gilang dan Zafira hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan dari para karyawannya."Cium bibirnya offline dong! Itu adegan khusus, nggak boleh jadi tontonan!" seru Gilang sambil mengedipkan matanya pada Zafira, yang disambut oleh kalimat-kalimat godaaan berikutnya dari para karyawannya pada mereka berdua.Gi

  • Yang Ternoda   Bab 127

    Tanpa kata, Gilang mendorong kursi roda Zafira meninggalkan area pemakaman, diikuti oleh keluarga mereka yang tak pernah lepas mendampingi mereka dan memberi semangat pada kedua orang tua yang baru saja diberi cobaan hidup itu. Selain kedua orang tua Gilang dan Zafira, Felix dan Claudia serta dr. Hesti, bahkan dr. Stella dan dr. Hera pun masih berada di sana menemani Zafira dan Gilang hingga keduanya meninggalkan area pemakaman. Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah besar Irawan. Semua keryawan yang bekerja di sana ikit merasakan kesedihan mendalam majikan mereka. Begitupun di dalam kamar Gilang dan Zafira, suasana sunyi sangat terasa. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, Gilang dan Zafira hanya bisa saling menatap kemudian saling berpelukan memberi kekuatan entah siapa kepada siapa, karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama terpukul.Zafira menyadari bahwa pada akhirnya semua akan kembali pada takdir masing-masing. Manusia hanya perlu men

  • Yang Ternoda   Bab 126

    Sudah seminggu ini Zafira diperbolehkan pulang ke rumah, namun bayinya masih dirawat intensif di rumah sakit. Hal itu membuat Gilang dan Zafira harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengantarkan ASIP agar bayi mereka tetap bisa meminum ASI Zafira. Dengan telaten Gilang mendampingi Zafira dan menyemangatinya pada saat memompa ASI nya. Zafira selalu saja bersedih karena belum bisa menyusui bayinya secara langsung, yang membuat Gilang akan selalu berada di sampingnya dan menyemangati Zafira agar tidak selalu bersedih. Gilang bahkan belum pernah masuk ke kantor sejak Zafira melahirkan. Dia lebih memilih mempercayakan pekerjaan pada asistennya dan sesekali memeriksa hasil pekerjaan mereka di rumahnya.Siang ini, Gilang dan Zafira kembali mengunjungi bayi mereka di rumah sakit. Gilang bersiul-siul senang sambil mendorong kursi roda Zafira menuju ruang perawatan bayinya. Gilang belum memperbolehkan Zafira berjalan dan memilih menyuruhnya duduk di atas kursi roda meskipun Zafira sel

  • Yang Ternoda   Bab 125

    “Maafin aku, Mas. Aku nggak bisa menjaganya dengan baik, bayi kita lahir sebelum waktunya,” lirih Zafira terbata-bata dengan mata yang basah.“A- apa? Bayi kita sudah lahir?”“Ini bayi Anda, Pak Gilang. Istri Anda sudah melahirkan beberapa menit yang lalu. Bayi laki-laki dengan berat 1,9 Kg. Namun karena bayinya lahir pada usia yang belum matang, yang dalam bahasa medis disebut prematur, maka bayi Anda masih akan berada dalam perawatan dan pengawasan kami. Perkenalkan, ini dr. Hera, dokter anak terbaik di rumah sakit ini. Selanjutnya beliau yang akan bertanggung jawab atas perawatan bayi Anda. Karena terus terang saja, Nyonya Zafira tadi terpaksa melahirkan bayinya di usia kandungan yang belum genap 37 minggu. Kami terpaksa mengambil tindakan ini tadi karena saat tiba di sini, Ny. Zafira sudah dalam keadaan kontraksi dan sudah mengalami pembukaan rahim.” Penjelasan dr. Stella bagaikan petir yang menyambar Gilang. Zafira sudah melahir

  • Yang Ternoda   Bab 124

    Gilang menyetir mobil sport merah nya dengan kepanikan luar biasa. Kabar tentang Zafira yang baru saja didengarnya membuat dunianya seakan gelap gulita. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya, membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya dan sesekali memukul setir mobilnya.“Shittt!!!” seru Gilang ketika di depannya terlihat antrian kemacetan kendaraan. Berkali-kali Gilang mengusap kasar wajahnya memandakan betapa frustasinya pria itu saat ini. Kalimat-kalimat Maria di telpon tadi terus terngiang-ngiang di telinganya.“Nyonya Zafira kesakitan setelah terjatuh tadi, Tuan.”“Dia menyuruh kami tak menghubungi Tuan Gilang. Kata Ny. Zafira dia baik-baik saja.”“Untungnya Nona Claudia kebetulan datang berkungjung.”“Nona Claudia dan pacarnya yang mengantar Nyonya Zafira ke rumah sakit.”“Arrggghhhh!!!” Gilang kembali memukul keras setir mob

  • Yang Ternoda   Bab 123

    Namun satu hal yang selalu ditunggu-tunggu Gilang sejak Zafira hamil adalah malam hari. Setiap malam Zafira selalu berubah menjadi sangat menyenangkan, melayaninya dengan cara-cara yang bahkan Gilang tak pernah membayangkannya. Membuatnya setiap malam selalu tertidur sangat pulas setelah mengerang puas atas perlakuan-perlakuan liar Zafira padanya. Yang lebih membahagiakan lagi, itu semua selalu terjadi atas inisiatif Zafira sendiri, tanpa Gilang memintanya. Karena Gilang masih mematuhi saran dr. Stella untuk tidak menganggu Zafira dulu selama trimester pertama kehamilannya. Malam-malam yang dibayangkan Gilang akan menjadi hambar karena tak boleh menyentuh dan melakukan hal-hal yang dulu selalu dilakukannya pada Zafira justru menjadi malam-malam panjang yang selalu ditunggu-tunggu Gilang. Ibu hamil yang sangat “hot”, begitu Gilang selalu memberikan pujian ketika Zafira melakukan hal-hal yang sangat menyenangkan padanya.“Nanti malam pakai gaya apa lagi, Sayan

DMCA.com Protection Status