Share

Bab 3

Author: Aina D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Zafira membuka matanya perlahan dan merasakan sakit di kepala dan sekujur tubuhnya. Dilihatnya ayahnya dan ibunya duduk dengan kepala tertunduk di sampingnya.

 

"Aa--Ayah ... Ibu ...," panggil Zafira lirih.

 

Pak Juan dan Bu Sinta, ayah dan ibu Zafira sontak mendongakkan kepala mendengar suara lirih Zafira.

 

"Fira ... Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap Juan lembut pada putrinya. Sementara Bu Sinta berdiri di samping putrinya dan membelai-belai kepala putrinya itu.

 

"Fira kenapa, Yah ... Bu ... ini di mana? Kenapa Fira ada di sini?" Zafira berusaha menggerakkan tubuhnya namun semua sendinya terasa sakit.

 

"Jangan banyak bergerak dulu, Nak. Tubuhmu masih sangat lemah," bujuk bu Sinta.

 

"Fira haus, Bu. Kenapa badan Fira semua terasa sakit?"

 

Bu Sinta segera mengambil gelas yang berisi air putih dan meyodorkan sedotannya pada Zafira, air mata Bu Sinta tak dapat dibendungnya ketika menatap wajah putrinya yang malang itu.

 

"Ibu kenapa menangis?" tanya Zafira.

 

"Nggak apa-apa, Nak," jawab Bu Sinta sambil terus menyeka air matanya. Sementara Pak Juan yang masih duduk di kursi juga terlihat menyeka sudut matanya yang membuat Zafira menatap heran pada mereka berdua.

 

"Yah, Bu, apa yang terjadi? Kenapa Ayah dan Ibu menangis?" Zafira kembali berusaha duduk, namun rasa sakit di sekujur tubuhnya makin terasa. Zafira tertegun ketika merasakan sakit di bagian pangkal pahanya ketika dia bergerak. 

 

Zafira berusaha mengumpulkan ingatannya sebelum berada di tempat ini. Kepalanya merasa pusing dan sakit pada pangkal pahanya masih terus terasa.

 

"Siapa mereka, Yah? Apa mereka menculik Fira?" tanya Zafira ketika mengingat beberapa pria berbadan tegap yang mendatanginya sebelum dia tak ingat apa-apa lagi.

 

Pak Juan dan Bu Sinta tak menjawab, mereka berdua hanya menatap sendu pada putri kesayangannya itu.

 

"Yah ... jawab Fira, Yah! Bu ... Fira kenapa?" Zafira kembali berusaha bergerak namun tetap saja merasa semua persendiannya sakit. 

 

Zafira kemudian menatap tubuhnya sendiri ketika menyadari bahwa baju yang dikenakannya saat ini sangatlah asing baginya.

 

"Ini ... ini baju siapa, Bu? Ini bukan baju Fira! Kenapa Fira memakai baju ini?  Jilbab Fira mana?" Perasaan Zafira mulai merasa tidak enak, dia semakin menduga-duga apa yang terjadi padanya.

 

Pak Juan, Bu Sinta dan Zafira menoleh ketika pintu ruangan terbuka. Seorang wanita paruh baya yang memakai jubah dokter mencul dari balik pintu. 

 

"Zafira sudah sadar? Alhamdulillah. Saya  periksa dulu kondisi fisiknya dulu ya, Nak," ucap dokter Hesti lembut. Zafira hanya terdiam ketika dokter Hesti melakukan beberapa pemeriksaan padanya. Dokter Hesti tersenyum pada Zafira setelah selesai memeriksa kondisi Zafira.

 

"Zafira jangan terlalu banyak berpikir dulu ya, pulihkan dulu kondisi fisikmu. Apa yang kemarin terjadi jangan terlalu dipikirkan dulu. Zafira punya kedua orang tua yang sangat menyayangimu, saya sangat berharap Zafira bisa melalui ini dengan ikhlas," kata dokter Hesti yang membuat kening Zafira berkerut tak mengerti.

 

"Terima kasih, Dok," sahut Zafira.

 

"Nggak usah panggil dokter, Nak. Panggil Bu Hesti saja, saya senang melihat Nak Fira sudah siuman," ucap dokter Hesti tersenyum. "Baiklah, nak Fira harus banyak istirahat yaa, saya pamit dulu," lanjutnya lagi.

 

"Apa maksud dokter itu, Bu? Tolong jawab Fira! Siapa yang membawa Fira kemari? Tolong jelasin pada Fira," pinta Zafira.

 

Air mat Bu Sinta kembali menetes mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu.

 

"Ibu akan menjelaskan padamu, Nak. Tapi kamu harus berjanji akan menerima semuanya dengan ikhlas ya, Nak. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah sudah menjadi ketetapan dari Allah."

 

"Baik, Bu. Fira janji."

 

Bu Sinta pun menceritakan awal mula mereka panik ketika Zafira tak kunjung pulang kerumah setelah mengabarkan bahwa motornya sudah selesai diperbaiki. Kedua orang tua Zafira semakin panik ketika menghubungi ponsel Zafira dan yang mengangkat telpon bukan Zafira melainkan karyawan minimarket. Mereka mengatakan jika ponsel, tas, serta barang belanjaan Zafira tercecer di parkiran minimarket tersebut. Pak Juan pun mendatangi mini market yang tidak begitu jauh dari rumahnya itu dan mendapati motor Zafira berada di sana. Beberapa jam Pak Juan dan Bu Sinta berada dalam kepanikan ketika tidak ada kejelasan tentang keberadaan Zafira.

 

Pak Juan pun mengadukan kehilangan putrinya ke kantor polisi terdekat namun laorannya belum diproses karena kejadian hilangnya Zafira belum 24 jam. Kedua orang tua Zafira terus berusaha menghubungi semua teman-teman Zafira namun tak satupun dari mereka yang mengetahui di mana Zafira.

 

Juan dan Sinta terus berupaya mencari keberadaan Zafira ke beberapa rumah sakit dan akhirnya menemukan Zafira ketika mendatangi klinik ini dan bertemu dengan dokter Hesti. Bu Sinta jatuh pingsan saat dokter Hesti menjelaskan kondisi Zafira yang dibawa oleh beberapa orang berbadan tegap ke kliniknya tanpa meninggalkan identitas apapun. Bahkan mengancam akan memberi pelajaran jika dokter Hesti terlalu banyak bertanya. Pria - pria berbadan tegap itupun pergi dari klinik setelah menyerahkan sejumlah uang untuk perawatan pasien yang mereka bawa kesana dalam keadaan tak sadarkan diri. Dokter Hesti menjelaskan pada kedua orang tua Zafira bahwa putri mereka adalah korban pemerkosaan.

 

"A--apa Bu? Fira ... Fira diperkosa? Siapa yang melakukan ini pada Fira bu? Apa salah Fira?" tanya Zafira terbata-bata. Air mata nya berderai mendengar penuturan ibunya. Bu Sinta segera mendekap erat putrinya itu untuk menenangkannya, sedangkan Pak Juan juga terlihat terisak didepan istri dan anaknya itu. Sunggguh memilukan melihat ketiganya larut dalam isak tangis menyesali dan mengutuk apa yang terjadi pada putri semata wayangnya itu.

 

"Apa salah Fira, Bu? Apa salah Fira ...." Tangisan Zafira semakin pilu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

 

šŸŒŸBersambungšŸŒŸ

 

Related chapters

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 4

    Seharian ini Pak Juan dan Bu Sinta sedikit kewalahan menghadapi Zafira yang selalu saja histeris ketika mendapati kenyataan bahwa dia adalah korban pemerkosaan dari orang yang tidak dikenalnya. Cerita dari Pak Juan, Bu Sinta dan juga Dokter Hesti tentang keadaannya ketika dibawa ke klinik Dokter Hesti membuat Zafira semakin histeris. Dokter Hesti terus menemani pasiennya itu seharian ini, dokter yang juga memiliki ilmu psikiater itu tau bagaimana traumanya Zafira saat ini. Selain itu, entah mengapa dokter paruh baya itu sangat prihatin pada kondisi Zafira sejak awal gadis malang itu diantar ke kliniknya oleh sejumlah pria berbadan tegap. Sedangkan Pak Juan, sudah beberapa hari ini meminta ijin pada atasannya untuk menemani putrinya yang sedang sakit. Pak Juan bekerja sebagai supir pribadi seorang pengusaha terkenal, beruntung atasan Pak Juan sangat baik sehingga alasan Juan untuk tidak masuk kerja dimengerti oleh atasannya itu. Bahkan ke

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 5

    DIA!!! Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat di depannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan dan Zafira menatap heran pada Gilang. ā€œAnda tidak apa-apa, Tuan?ā€ tanya Zafira panik melihat Gilang terhuyung. ā€œKamu kenapa?ā€ tanya Irawan mengeryitkan keningnya. Gilang tak menjawab, dia segera menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah Zafira sebelum tubuhnya benar-benar ambruk karena terkejut. ā€œSebentar, saya ambilkan minum dulu, ya,ā€ Zafira masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergersa-gesa. ā€œKamu kenapa?ā€ Pak Irawan kembali mengulang pertanyaannya. Dia menunduk meraih ponsel Gilang yang tadi terjatuh kemudian menyodorkannya pada putranya itu sambil terus memicingkan matanya. ā€œNggak ā€¦ nggak apa-apa, Pa. Gilang hanya ā€¦ Gilang hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing tadi,ā€ ucap Gilang terbata-bata. Irawan semakin merasa heran melihat putra mahk

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 6

    Bab 6. Maaf Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana. Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya. Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik. "Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika d

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 7

    ā€œKamu meragukan klinik kita, Fira?ā€ ā€œMaaf, Dok. Bukan maksud saya seperti itu. Tapi ....ā€ Zafira menggantung kalimatnya. ā€œAku mengerti maksudmu, Nak,ā€ ucap dokter Hesty tersenyum. ā€œMungkin beliau menemukan apa yang selama ini dicarinya di klinik kita. Kita tetap harus profesional, siapapun pasien yang datang harus tetap mendapat layanan medis yang terbaik dari klinik,ā€ lanjut dokter Hesty. ā€œIya, Dok.ā€ ā€œApa boleh aku mengajukan pertanyaan untukmu, Fira?ā€ ā€œSilakan, Dok.ā€ ā€œBagaimana jika suatu saat ada seseorang yang ingin menikahimu?ā€ Zafira terkejut mendengar pertanyaan dokter Hesti. ā€œSaya belum berpikir ke sana, Dok. Sekarang ini saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan baik tanpa ada penyesalan atas takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam hidup saya,ā€ jawab Zafira. ā€œMasa depanmu masih panjang, Nak. Satu peristiwa pahit yang terjadi tak boleh membuat langkah kakimu ter

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 8

    “Apa … apa maksud Anda, Pak?” sahut Juan dengan suara gemetar.“Maafkan saya, Juan. Itulah kenyataannya, Gilang putraku yang melakukannya! Aku sudah menyelidiki semuanya setelah kedatangan kami pertama kali kemari. Mungkin kalian masih ingat bagaimana Gilang saat itu tiba-tiba terlihat gugup saat melihat putrimu. Itulah sebabnya aku menyelidiki apa yang membuatnya tiba-tiba gugup dan pucat pasi waku itu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa putraku mengenali putrimu sebagai gadis yang menjadi korban nafsu bejatnya, sedangkan Zafira tak mengenalinya karena Zafira dalam keadaan pingsan pada saat itu dan ia tidak pernah tau siapa pelakunya.”Tubuh Zafira bergetar hebat mendengar penuturan Irawan. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terus menerus gemetar dan tak bisa dikendalikannya. Tidak ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya, menandakan betapa perasaannya saat ini tidak dapat digambarkan hanya

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 9

    Bab 9.Juan menengok keadaan Zafira ketika Irawan dan Gilang serta beberapa orang ajudannya sudah berlalu dari rumahnya. Zafira sudah kelihatan sudah tidak gemetaran lagi namun sekarang berganti dengan suara tangisan diiringi deraian air matanya.“Lebih baik jika seperti ini, dia bisa mengeluarkan emosinya dengan menangis. Kondisi terparah dari trauma dan kesedihan seseorang adalah ketika air mata pun tak mampu lagi dikeluarkannya seperti keadaan Zafira tadi,” jelas Dokter Hesti.***Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, d

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 10

    Zafira kembali merapikan mukenanya setelah menunaikan salat subuh, dia tak melirik sekalipun ke arah tempat tidur mewah di mana Gilang berada. Gilang pun mengacuhkan keberadaan Zafira di sana dan hanya berkonsentrasi pada layar ponselnya. Zafira membuka pintu kamar dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Kebiasaannya di rumahnya terbawa ke rumah mewah ini. Di rumahnya, setelah salat subuh Zafira biasanya dia akan langsung menuju dapur dan membantu kegiatan ibunya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi, Nak.” Suara Irawan mengejutkan Zafira.“Selamat pagi, Tuan,” jawab Zafira."Jangan panggil tuan, Nak. Saya sekarang adalah orang tuamu. Jadi panggil papa, ya, sama seperti Gilang," ucap Irawan sambil tersenyum."Baik, Tuan. Maaf Baik, Pa." Zafira merasa sedikit grogi."Kenapa bangun sepagi ini, Nak. Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya Irawan."Nggak, Tuan.

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 11

    Bab 11. Susah payah Zafira berusaha mengatur napasnya kemudian duduk di sofa yang sekaligus menjadi tempat tidurnya di kamar ini. Zafira menerapkan apa yang telah diajarkan Dokter Hesti padanya saat rasa trauma itu datang. Zafira memejamkan matanya dan berkali-kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya kembali. Perlahan-lahan detak jantungnya pun mulai kembali normal. Zafira membuka matanya dan menyadari bahwa kamar itu sudah terang dengan masuknya cahaya dari jendela kaca yang gordennya telah terbuka lebar. Zafira berjalan perlahan ke arah jendela kaca besar dan merasa takjub dengan pemandangan yang tersaji dari sana. Hamparan rumput yang terawat dengan baik dan sebuah air mancur kecil yang ada di tengahnya membuat hati Zafira sedikit menghangat. Dia tersenyum memandang ke arah taman kecil yang terlihat sangat terawat itu. Zafira begitu terpesona sehingga tak menyadari jika Gilang sudah berada di sana dan memperhatikannya. "Heh, batu! Ngapain senyum-senyum dekat jendela?"

Latest chapter

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 130

    Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran klinik, lalu turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Hati-hati, Sayang,” ucapnya sambil menyambut uluran tangan Zafira.“Jangan berlebihan, Mas. Aku nggak apa-apa.”Gilang menggeleng. “Aku harus berlebihan kalau itu menyangkut kamu dan anak kita. Aku nggak mau kehilangannya lagi.”Akhirnya Zafira mengalah ketika Gilang dengan posesifnya mengantarkannya ke dalam klinik hingga terdengar suara Felix menyapa mereka.“Hai, Fira.”Gilang dan Zafira menoleh. Felix tersenyum dapa Zafira, namun mengabaikan pria posesif di samping wanita itu.“Eh, lu nggak ngeliat gue?” sengit Gilang.Felix tertawa. “Oh, iya. Maaf nggak kelihatan. Makanya jangan terlalu sering di samping Fira, soalnya yang lain nggak kelihatan ditutupi sama auranya dia.”Gilang semakin gusar ketika merasa Felix sedang memprovokasiny

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 129

    Gilang mengantar Zafira ke klinik dr. Hesty sebelum berangkat bekerja. Telepon dari Felix yang mengajak Zafira bertemu pagi ini benar-benar membuat Gilang gelisah. Maka saat istrinya mengatakan jika Felix mengajak bertemu di klinik tempat Zafira dulu bekerja, Gilang memilih mengantarkan sendiri istrinya ke sana. Meski awalnya Gilang menolak, namun rengekan Zafira membuatnya luluh. Gilang masih ingat bagaimana tadi pagi mereka berselisih paham akibat telepon dari dr. Felix.“Felix minta ketemu Fira, Mas. Katanya ada yang ingin ditanyakan,” ucap Zafira tadi pagi setelah mengibrol dengan Felix di bawah tatapan tajam Gilang.“Ngapain dokter gila itu minta ketemu kamu? Dia masih ngejar-ngejar kamu?”Zafira mengerucutkan bibirnya.“Jangan mulai deh, Mas. Kemarin-kemarin udah enak ngeliat kalian damai,” kata wanita hamil itu.“Aku nggak ngizinin! Kalau mau ketemu suruh ketemu aku saj

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 128

    Kehamilan Zafira kali ini ternyata masih sama dengan kehamilannya sebelumnya, di mana Gilang lah yang harus setiap hari menahan mual dan tak berselera makan, sedangkan Zafira terpengaruh apa-apa. Ia bahkan makin terlihat segar karena Gilang menyuruh semua ART di rumahnya untuk memperhatikan semua kebutuhan istrinya.“Jangan banyak bergerak!”“Kalau perlu apa-apa bilang sama Maria atau yang lainnya!”“Jangan urusin taman!”“Kalau jalan pelan-pelan!”Serta masih banyak kalimat-kalimat Gilang yang setiap hari harus didengar oleh Zafira. Sesekali Zafira merasa iba jika melihat kondisi Gilang yang justru semakin kurus dan pucat karena mual dan muntah yang dialaminya setiap pagi.Pria itu bahkan beberapa kali mengunjungi dokter untuk meminta obat penghilang rasa mual dan morning sick yang dialaminya. Namun tak ada satu pun obat-obatan yang mempan dan bisa menghilangkan

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 128

    "SELAMAT ULANG TAHUN PAK GILANG!"Gilang tersenyum membaca spanduk yang terbentang di sana. Gilang baru menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Perlahan Gilang melangkah ke arah Zafira, lelaki itu tau jika ini semua pasti ide istri kesayangannya itu."Pantasan dari kemarin kamu kelihatan sibuk banget telpon sana sini, ternyata nyiapin ini ya. Terima kasih, Sayang." Gilang mengecup kening istrinya."Uwuwuwuuuu!!!""Ciumnya di bibir dong, Pak Boss!""Ternyata Boss kita romantis banget, ya!"Gilang dan Zafira hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan dari para karyawannya."Cium bibirnya offline dong! Itu adegan khusus, nggak boleh jadi tontonan!" seru Gilang sambil mengedipkan matanya pada Zafira, yang disambut oleh kalimat-kalimat godaaan berikutnya dari para karyawannya pada mereka berdua.Gi

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 127

    Tanpa kata, Gilang mendorong kursi roda Zafira meninggalkan area pemakaman, diikuti oleh keluarga mereka yang tak pernah lepas mendampingi mereka dan memberi semangat pada kedua orang tua yang baru saja diberi cobaan hidup itu. Selain kedua orang tua Gilang dan Zafira, Felix dan Claudia serta dr. Hesti, bahkan dr. Stella dan dr. Hera pun masih berada di sana menemani Zafira dan Gilang hingga keduanya meninggalkan area pemakaman. Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah besar Irawan. Semua keryawan yang bekerja di sana ikit merasakan kesedihan mendalam majikan mereka. Begitupun di dalam kamar Gilang dan Zafira, suasana sunyi sangat terasa. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, Gilang dan Zafira hanya bisa saling menatap kemudian saling berpelukan memberi kekuatan entah siapa kepada siapa, karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama terpukul.Zafira menyadari bahwa pada akhirnya semua akan kembali pada takdir masing-masing. Manusia hanya perlu men

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 126

    Sudah seminggu ini Zafira diperbolehkan pulang ke rumah, namun bayinya masih dirawat intensif di rumah sakit. Hal itu membuat Gilang dan Zafira harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengantarkan ASIP agar bayi mereka tetap bisa meminum ASI Zafira. Dengan telaten Gilang mendampingi Zafira dan menyemangatinya pada saat memompa ASI nya. Zafira selalu saja bersedih karena belum bisa menyusui bayinya secara langsung, yang membuat Gilang akan selalu berada di sampingnya dan menyemangati Zafira agar tidak selalu bersedih. Gilang bahkan belum pernah masuk ke kantor sejak Zafira melahirkan. Dia lebih memilih mempercayakan pekerjaan pada asistennya dan sesekali memeriksa hasil pekerjaan mereka di rumahnya.Siang ini, Gilang dan Zafira kembali mengunjungi bayi mereka di rumah sakit. Gilang bersiul-siul senang sambil mendorong kursi roda Zafira menuju ruang perawatan bayinya. Gilang belum memperbolehkan Zafira berjalan dan memilih menyuruhnya duduk di atas kursi roda meskipun Zafira sel

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 125

    “Maafin aku, Mas. Aku nggak bisa menjaganya dengan baik, bayi kita lahir sebelum waktunya,” lirih Zafira terbata-bata dengan mata yang basah.“A- apa? Bayi kita sudah lahir?”“Ini bayi Anda, Pak Gilang. Istri Anda sudah melahirkan beberapa menit yang lalu. Bayi laki-laki dengan berat 1,9 Kg. Namun karena bayinya lahir pada usia yang belum matang, yang dalam bahasa medis disebut prematur, maka bayi Anda masih akan berada dalam perawatan dan pengawasan kami. Perkenalkan, ini dr. Hera, dokter anak terbaik di rumah sakit ini. Selanjutnya beliau yang akan bertanggung jawab atas perawatan bayi Anda. Karena terus terang saja, Nyonya Zafira tadi terpaksa melahirkan bayinya di usia kandungan yang belum genap 37 minggu. Kami terpaksa mengambil tindakan ini tadi karena saat tiba di sini, Ny. Zafira sudah dalam keadaan kontraksi dan sudah mengalami pembukaan rahim.” Penjelasan dr. Stella bagaikan petir yang menyambar Gilang. Zafira sudah melahir

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 124

    Gilang menyetir mobil sport merah nya dengan kepanikan luar biasa. Kabar tentang Zafira yang baru saja didengarnya membuat dunianya seakan gelap gulita. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya, membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya dan sesekali memukul setir mobilnya.“Shittt!!!” seru Gilang ketika di depannya terlihat antrian kemacetan kendaraan. Berkali-kali Gilang mengusap kasar wajahnya memandakan betapa frustasinya pria itu saat ini. Kalimat-kalimat Maria di telpon tadi terus terngiang-ngiang di telinganya.“Nyonya Zafira kesakitan setelah terjatuh tadi, Tuan.”“Dia menyuruh kami tak menghubungi Tuan Gilang. Kata Ny. Zafira dia baik-baik saja.”“Untungnya Nona Claudia kebetulan datang berkungjung.”“Nona Claudia dan pacarnya yang mengantar Nyonya Zafira ke rumah sakit.”“Arrggghhhh!!!” Gilang kembali memukul keras setir mob

  • Yang TernodaĀ Ā Ā Bab 123

    Namun satu hal yang selalu ditunggu-tunggu Gilang sejak Zafira hamil adalah malam hari. Setiap malam Zafira selalu berubah menjadi sangat menyenangkan, melayaninya dengan cara-cara yang bahkan Gilang tak pernah membayangkannya. Membuatnya setiap malam selalu tertidur sangat pulas setelah mengerang puas atas perlakuan-perlakuan liar Zafira padanya. Yang lebih membahagiakan lagi, itu semua selalu terjadi atas inisiatif Zafira sendiri, tanpa Gilang memintanya. Karena Gilang masih mematuhi saran dr. Stella untuk tidak menganggu Zafira dulu selama trimester pertama kehamilannya. Malam-malam yang dibayangkan Gilang akan menjadi hambar karena tak boleh menyentuh dan melakukan hal-hal yang dulu selalu dilakukannya pada Zafira justru menjadi malam-malam panjang yang selalu ditunggu-tunggu Gilang. Ibu hamil yang sangat “hot”, begitu Gilang selalu memberikan pujian ketika Zafira melakukan hal-hal yang sangat menyenangkan padanya.“Nanti malam pakai gaya apa lagi, Sayan

DMCA.com Protection Status