Share

Bab 2

Author: Aina D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Keluar kalian semua dari sini!!!” perintah Gilang pada anak buahnya.

Dengan tergopoh-gopoh 5 orang anak buah Gilang segera keluar dari ruangan itu dan berjaga-jaga di luar. Gilang kembali memusatkan pandangannya kepada sosok wanita yang ada di depannya. Hidungnya terus menerus mengendus aroma tubuh Zafira. 

Gilang yang masih terlihat sempoyongan menarik jilbab yang menutupi kepala Zafira dengan kasar. Matanya semakin liar ketika melihat rambut hitam panjang Zafira yang terurai ketika jilbabnya terlepas. Gilang semakin tak bisa mengendalikan nafsunya, matanya tertuju pada leher jenjang Zafira yang putih dan mulus. Gilang semakin liar merobek gamis yang dikenakan oleh Zafira. Nafasnya memburu ketika tubuh polos Zafira kini terpampang di depan matanya. Dengan tergesa-gesa Gilang membuka kancing kemejanya sendiri kemudian melepas ikat pinggangnya. 

“Akhhhh!!" Tubuh Zafira terlihat bergerak sedikit ketika merasakan sakit luar biasa di bagian pusat tubuhnya. Gilang yang panik melihat tubuh Zafira bergerak buru-buru mengambil sehelai sapu tangan di meja yang tadi diletakkan oleh anak buahnya. Sapu tangan yang masih ada bekas obat biusnya itu kembali dibekapkannya ke hidung Zafira dan membuat tubuh Zafira yang tadinya bergerak pelan kembali terkulai tak berdaya.

Gilang terpaku ketika menyadari apa yang sudah diperbuatnya kepada gadis yang ada di depannya itu. Dia meremas rambutnya dan mengusap kasar wajahnya ketika menyadari bahwa dia telah menggagahi gadis yang menjadi korban salah culik oleh anak buahnya itu. Gilang menghela nafasnya kasar, namun ada perasaan puas dalam hatinya atas apa yang baru saja diperbuatnya pada gadis itu. Gilang kembali mengendus-endus tubuh Zafira dengan hidungnya sebelum kemudian menjauh dari sana.

Aroma tubuh yang memabukkan, batin Gilang.

Setelah puas dengan perbuatannya, Gilang yang masih sempoyongan dalam pengaruh alkohol pun kembali memakai pakaiannya dan membuka pintu. Anak buahnya yang berjaga di depan pintu hanya menunduk padanya ketika Gilang keluar dari ruangan itu dan kembali menutup pintu.

“Jangan ada yang berani masuk ke sana!” titahnya dengan mata merahnya.

“Siap, Bos!”

Gilang pun berlalu dari sana kemudian menelpon dan memerintahkan salah satu pelayan wanita di rumahnya untuk datang ke apartemennya dan membawa baju ganti buat Zafira.

Tak berapa lama, seorang pelayan dari rumahnya pun datang dan langsung masuk ke kamar di mana Zafira berada dan melakukan semua yang diperintahkan oleh Gilang.

 

Maria, pelayan yang datang dari rumah Irawan terkejut ketika mendapati sesosok wanita yang terkulai tak berdaya dalam keadaan polos tanpa busana di dalam kamar itu. Maria lebih terkejut lagi ketika melihat ada bercak darah di sekitar pusat tubuh gadis malang itu. Air mata Maria menetes menyadari apa yang baru saja terjadi pada gadis yang sedang dalam pengaruh obat bius itu. Perlahan disekanya bagian tubuh gadis manis yang sekarang tubuh dan lehernya dipenuhi bekas-bekas pelampiasan nafsu yang diyakininya dilakukan oleh tuan mudanya itu. 

 

Kasihan sekali gadis malang ini, batin

Maria

Dengan penuh kelembutan Maria membersihkan tubuh Zafira dan memakaikan baju yang tadi dibawanya pada gadis itu, sementara Gilang hanya memperhatikan dari kursi yang ada di sudut ruangan itu.

“Sudah selesai, Tuan,” kata Maria setelah memakaikan baju pada Zafira.

“Bagus. Terima kasih atas kerjamu hari ini. Anak buahku akan mengantarmu kembali ke rumah. Ingat, jangan melaporkan apapun pada Papa atau kau akan kupecat!” ancamnya.

“Baik, Tuan. Saya permisi,” jawab Maria dan berlalu dari sana.

“Bawa gadis ini ke klinik terdekat, katakan kalian menemukannya pingsan di jalan. Jangan mengatakan apapun jika ada yang bertanya lebih jauh. Bungkam semua yang bertanya tentang gadis ini. Tinggalkan dia di sana dan jangan meninggalkan jejak apapun atau kalian akan kupecat!!” perintah Gilang pada beberapa anak buahnya.

“Baik, Boss. Akan kami laksanakan!”

***

Drrtttt …. Drrtt ....

Suara ponsel Gilang membangunkannya dari tidurnya, perlahan dia menggeliat dan meraih ponselnya di atas nakas. 

“Halo. Selamat pagi, Pa,” sapanya ketika mengatahui pak Irawan yang menelpon.

“PAGI APANYA!!! KAMU NGGAK LIAT INI SUDAH JAM BERAPA HAHH!!” semprot Irawan dari speaker ponsel Gilang. Gilang menjauhkan ponselnya dari kupingnya dan melirik jam di atas nakas. Pukul 11:20. Gilang menyeringai.

“Maaf, Pa. Gilang ketiduran,” ucapnya.

“Mau jadi apa kamu Gilang? Apa kamu mau Papa mewariskan perusahaan Papa pada orang lain? Bagaimana kamu bisa menjadi pewaris dari semua hasil kerja keras papa jika kamu seperti ini?”

“Maaf, Pa."

“Tiap hari kamu minta maaf tapi kamu tak pernah berubah, Gilang! Kenapa kamu nggak pulang kerumah semalam? Bukankah sudah Papa bilang sebelum kamu menikah kamu nggak boleh keluar dari rumah dan tinggal sendiri?”

“Gilang nggak sengaja ketiduran di apartemen Gilang dan nggak pulang kerumah, Pa.”

“Pulang sekarang juga!” seru Irawan.

“Baik, Pa. Gilang mandi dulu,” ucap Gilang malas.

Gilang menghela nafas ketika panggilan di ponselnya berakhir. Dia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Tanpa sengaja Gilang mencium aroma parfum yang tak biasa pada bantalnya. Hmmmm, aroma apa ini? Aku suka aromanya. Gilang terus saja mengendus-endus bantalnya. Dia memicingkan matanya ketika memikirkan aroma asing yang melekat kuat di bantalnya itu. Gilang kembali teringat dengan Zafira gadis yang telah digagahinya kemarin di kamar ini. Dia tersenyum tipis ketika mengingat betapa memabukkannya tubuh gadis yang dibawa anak buahnya kepadanya itu. 

“Ahhh, mengapa aku tiba-tiba teringat padanya?” gumam Gilang pada dirinya sendiri. Gilang pun berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Rasa segar menjalar ke sekujur tubuhnya ketika kucuran air dari shower menimpanya, Gilang memejamkan matanya menikmati kesegaran yang didapatkannya. Namun dia kembali mebuka matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya, wajah Zafira terus menerus terbayang di matanya, wajah gadis dengan rambut hitam legam terurai dengan kulit putih bersih itu terus menerus menghantui pikirannya. 

Gilang pun mengakhiri kegiatan mandinya, dan bergegas keluar dari kamar mandi. Tatapannya kembali terhenti pada bantal yang ada di tempat tidurnya. Dengan kasar, Gilang meraih bantal itu dan melemparkannya ke dalam tong sampah yang ada di dalam kamarnya.

Gilang melangkahkan kakinya memasuki rumahnya yang luas, beberapa pelayan di sana menyapa hormat padanya.

“Papa mana?”

“Tuan Irawan lagi di ruang kerjanya, Tuan. Tadi beliau berpesan jika Tuan Gilang sudah datang agar langsung masuk saja ke ruang kerja beliau,” jawab salah satu pelayan dengan hormat.

“Baiklah, aku akan kesana nanti."  Langkah Gilang terhenti ketika dia melihat Maria, pelayan yang kemarin datang ke apartemennya. Gilang menatap Maria sejenak kemudian berlalu dari sana menuju taman kecil di belakang rumah. Bayangan Zafira melintas dibenaknya saat Gilang melihat Maria. Gilang meraih ponselnya dan melakukan panggilan pada anak buahnya.

“Kalian bawa ke mana gadis itu kemarin?" tanya Gilang.

“Kami lakukan sesuai perintah, Bos. Kami membawanya ke klinik dan meninggalkannya disana tanpa meninggalkan jejak.”

“Apa kalian mengatahui di mana rumah gadis itu?”

“Tidak, Boss. Kami tidak mengetahui di mana rumahnya, dan kami tidak meninggalkan jejak apapun.”

“Dasar b*doh!!” semprot Gilang menutup panggilan. Sementara anak buahnya di seberang telpon hanya mengangkat bahunya menerima semprotan dari bossnya.

“Alamat siapa yang sedang kamu cari!” Suara tegas Pak Irawan mengagetkan Gilang.

“Eh, bukan alamat penting, Pa," jawab Gilang.

“Lalu siapa yang tadi kamu semprot di telpon begitu?”

“Hanya protes pada anak buah Gilang yang nggak becus, Pa."

Irawan menatap tajam pada putranya. Dia merasa ada yang disembunyikan oleh putranya itu. Irawan menarik nafas panjang.

“Ada yang sedang kau sembunyikan?”

“Nggak ada, Pa.”

“Tapi papa merasa seperti itu. Papa tunggu kamu bicara atau Papa akan mencari tau sendiri!”

 

🌟 Bersambung 🌟

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ismawati Romadon
lanjut Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Yang Ternoda   Bab 3

    Zafira membuka matanya perlahan dan merasakan sakit di kepala dan sekujur tubuhnya. Dilihatnya ayahnya dan ibunya duduk dengan kepala tertunduk di sampingnya. "Aa--Ayah ... Ibu ...," panggil Zafira lirih. Pak Juan dan Bu Sinta, ayah dan ibu Zafira sontak mendongakkan kepala mendengar suara lirih Zafira. "Fira ... Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap Juan lembut pada putrinya. Sementara Bu Sinta berdiri di samping putrinya dan membelai-belai kepala putrinya itu. "Fira kenapa, Yah ... Bu ... ini di mana? Kenapa Fira ada di sini?" Zafira berusaha menggerakkan tubuhnya namun semua sendinya terasa sakit. "Jangan banyak bergerak dulu, Nak. Tubuhmu masih sangat lemah," bujuk bu Sinta. "Fira haus, Bu. Kenapa badan Fira semua terasa sakit?"

  • Yang Ternoda   Bab 4

    Seharian ini Pak Juan dan Bu Sinta sedikit kewalahan menghadapi Zafira yang selalu saja histeris ketika mendapati kenyataan bahwa dia adalah korban pemerkosaan dari orang yang tidak dikenalnya. Cerita dari Pak Juan, Bu Sinta dan juga Dokter Hesti tentang keadaannya ketika dibawa ke klinik Dokter Hesti membuat Zafira semakin histeris. Dokter Hesti terus menemani pasiennya itu seharian ini, dokter yang juga memiliki ilmu psikiater itu tau bagaimana traumanya Zafira saat ini. Selain itu, entah mengapa dokter paruh baya itu sangat prihatin pada kondisi Zafira sejak awal gadis malang itu diantar ke kliniknya oleh sejumlah pria berbadan tegap. Sedangkan Pak Juan, sudah beberapa hari ini meminta ijin pada atasannya untuk menemani putrinya yang sedang sakit. Pak Juan bekerja sebagai supir pribadi seorang pengusaha terkenal, beruntung atasan Pak Juan sangat baik sehingga alasan Juan untuk tidak masuk kerja dimengerti oleh atasannya itu. Bahkan ke

  • Yang Ternoda   Bab 5

    DIA!!! Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat di depannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan dan Zafira menatap heran pada Gilang. “Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Zafira panik melihat Gilang terhuyung. “Kamu kenapa?” tanya Irawan mengeryitkan keningnya. Gilang tak menjawab, dia segera menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah Zafira sebelum tubuhnya benar-benar ambruk karena terkejut. “Sebentar, saya ambilkan minum dulu, ya,” Zafira masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergersa-gesa. “Kamu kenapa?” Pak Irawan kembali mengulang pertanyaannya. Dia menunduk meraih ponsel Gilang yang tadi terjatuh kemudian menyodorkannya pada putranya itu sambil terus memicingkan matanya. “Nggak … nggak apa-apa, Pa. Gilang hanya … Gilang hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing tadi,” ucap Gilang terbata-bata. Irawan semakin merasa heran melihat putra mahk

  • Yang Ternoda   Bab 6

    Bab 6. Maaf Beberapa hari setelah Irawan mengetahui perbuatan putranya pada Zafira, putri dari salah satu karyawannya, pria paruh baya itu mengurung Gilang di rumah utama dan tak membiarkan lelaki muda itu kemana-mana. Irawan sedang memutar otaknya agar Gilang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika dia berterus terang pada Juan dan putrinya sekarang, Irawan takut Zafira akan histeris mengingat gadis itu masih sedang berjuang keras melawan traumanya. Irawan bahkan mengunjungi klinik dokter Hesti dan mencari tau semua catatan medis Zafira selama dirawat di sana setelah peristiwa itu. Dari dokter Hesti, Irawan memperoleh informasi jika Zafira adalah gadis kuat yang bertekad melawan trauma dan rasa takutnya setelah perbuatan keji Gilang padanya. Meskipun Zafira sempat histeris selama beberapa hari, namun dokter Hesti telah menanganinya dengan baik. "Apa Tuan mau langsung pulang?" tanya Juan pada Pak Irawan ketika d

  • Yang Ternoda   Bab 7

    “Kamu meragukan klinik kita, Fira?” “Maaf, Dok. Bukan maksud saya seperti itu. Tapi ....” Zafira menggantung kalimatnya. “Aku mengerti maksudmu, Nak,” ucap dokter Hesty tersenyum. “Mungkin beliau menemukan apa yang selama ini dicarinya di klinik kita. Kita tetap harus profesional, siapapun pasien yang datang harus tetap mendapat layanan medis yang terbaik dari klinik,” lanjut dokter Hesty. “Iya, Dok.” “Apa boleh aku mengajukan pertanyaan untukmu, Fira?” “Silakan, Dok.” “Bagaimana jika suatu saat ada seseorang yang ingin menikahimu?” Zafira terkejut mendengar pertanyaan dokter Hesti. “Saya belum berpikir ke sana, Dok. Sekarang ini saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan baik tanpa ada penyesalan atas takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam hidup saya,” jawab Zafira. “Masa depanmu masih panjang, Nak. Satu peristiwa pahit yang terjadi tak boleh membuat langkah kakimu ter

  • Yang Ternoda   Bab 8

    “Apa … apa maksud Anda, Pak?” sahut Juan dengan suara gemetar.“Maafkan saya, Juan. Itulah kenyataannya, Gilang putraku yang melakukannya! Aku sudah menyelidiki semuanya setelah kedatangan kami pertama kali kemari. Mungkin kalian masih ingat bagaimana Gilang saat itu tiba-tiba terlihat gugup saat melihat putrimu. Itulah sebabnya aku menyelidiki apa yang membuatnya tiba-tiba gugup dan pucat pasi waku itu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa putraku mengenali putrimu sebagai gadis yang menjadi korban nafsu bejatnya, sedangkan Zafira tak mengenalinya karena Zafira dalam keadaan pingsan pada saat itu dan ia tidak pernah tau siapa pelakunya.”Tubuh Zafira bergetar hebat mendengar penuturan Irawan. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terus menerus gemetar dan tak bisa dikendalikannya. Tidak ada air mata yang menetes dari pelupuk matanya, menandakan betapa perasaannya saat ini tidak dapat digambarkan hanya

  • Yang Ternoda   Bab 9

    Bab 9.Juan menengok keadaan Zafira ketika Irawan dan Gilang serta beberapa orang ajudannya sudah berlalu dari rumahnya. Zafira sudah kelihatan sudah tidak gemetaran lagi namun sekarang berganti dengan suara tangisan diiringi deraian air matanya.“Lebih baik jika seperti ini, dia bisa mengeluarkan emosinya dengan menangis. Kondisi terparah dari trauma dan kesedihan seseorang adalah ketika air mata pun tak mampu lagi dikeluarkannya seperti keadaan Zafira tadi,” jelas Dokter Hesti.***Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, d

  • Yang Ternoda   Bab 10

    Zafira kembali merapikan mukenanya setelah menunaikan salat subuh, dia tak melirik sekalipun ke arah tempat tidur mewah di mana Gilang berada. Gilang pun mengacuhkan keberadaan Zafira di sana dan hanya berkonsentrasi pada layar ponselnya. Zafira membuka pintu kamar dan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Kebiasaannya di rumahnya terbawa ke rumah mewah ini. Di rumahnya, setelah salat subuh Zafira biasanya dia akan langsung menuju dapur dan membantu kegiatan ibunya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi, Nak.” Suara Irawan mengejutkan Zafira.“Selamat pagi, Tuan,” jawab Zafira."Jangan panggil tuan, Nak. Saya sekarang adalah orang tuamu. Jadi panggil papa, ya, sama seperti Gilang," ucap Irawan sambil tersenyum."Baik, Tuan. Maaf Baik, Pa." Zafira merasa sedikit grogi."Kenapa bangun sepagi ini, Nak. Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya Irawan."Nggak, Tuan.

Latest chapter

  • Yang Ternoda   Bab 130

    Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran klinik, lalu turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Hati-hati, Sayang,” ucapnya sambil menyambut uluran tangan Zafira.“Jangan berlebihan, Mas. Aku nggak apa-apa.”Gilang menggeleng. “Aku harus berlebihan kalau itu menyangkut kamu dan anak kita. Aku nggak mau kehilangannya lagi.”Akhirnya Zafira mengalah ketika Gilang dengan posesifnya mengantarkannya ke dalam klinik hingga terdengar suara Felix menyapa mereka.“Hai, Fira.”Gilang dan Zafira menoleh. Felix tersenyum dapa Zafira, namun mengabaikan pria posesif di samping wanita itu.“Eh, lu nggak ngeliat gue?” sengit Gilang.Felix tertawa. “Oh, iya. Maaf nggak kelihatan. Makanya jangan terlalu sering di samping Fira, soalnya yang lain nggak kelihatan ditutupi sama auranya dia.”Gilang semakin gusar ketika merasa Felix sedang memprovokasiny

  • Yang Ternoda   Bab 129

    Gilang mengantar Zafira ke klinik dr. Hesty sebelum berangkat bekerja. Telepon dari Felix yang mengajak Zafira bertemu pagi ini benar-benar membuat Gilang gelisah. Maka saat istrinya mengatakan jika Felix mengajak bertemu di klinik tempat Zafira dulu bekerja, Gilang memilih mengantarkan sendiri istrinya ke sana. Meski awalnya Gilang menolak, namun rengekan Zafira membuatnya luluh. Gilang masih ingat bagaimana tadi pagi mereka berselisih paham akibat telepon dari dr. Felix.“Felix minta ketemu Fira, Mas. Katanya ada yang ingin ditanyakan,” ucap Zafira tadi pagi setelah mengibrol dengan Felix di bawah tatapan tajam Gilang.“Ngapain dokter gila itu minta ketemu kamu? Dia masih ngejar-ngejar kamu?”Zafira mengerucutkan bibirnya.“Jangan mulai deh, Mas. Kemarin-kemarin udah enak ngeliat kalian damai,” kata wanita hamil itu.“Aku nggak ngizinin! Kalau mau ketemu suruh ketemu aku saj

  • Yang Ternoda   Bab 128

    Kehamilan Zafira kali ini ternyata masih sama dengan kehamilannya sebelumnya, di mana Gilang lah yang harus setiap hari menahan mual dan tak berselera makan, sedangkan Zafira terpengaruh apa-apa. Ia bahkan makin terlihat segar karena Gilang menyuruh semua ART di rumahnya untuk memperhatikan semua kebutuhan istrinya.“Jangan banyak bergerak!”“Kalau perlu apa-apa bilang sama Maria atau yang lainnya!”“Jangan urusin taman!”“Kalau jalan pelan-pelan!”Serta masih banyak kalimat-kalimat Gilang yang setiap hari harus didengar oleh Zafira. Sesekali Zafira merasa iba jika melihat kondisi Gilang yang justru semakin kurus dan pucat karena mual dan muntah yang dialaminya setiap pagi.Pria itu bahkan beberapa kali mengunjungi dokter untuk meminta obat penghilang rasa mual dan morning sick yang dialaminya. Namun tak ada satu pun obat-obatan yang mempan dan bisa menghilangkan

  • Yang Ternoda   Bab 128

    "SELAMAT ULANG TAHUN PAK GILANG!"Gilang tersenyum membaca spanduk yang terbentang di sana. Gilang baru menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Perlahan Gilang melangkah ke arah Zafira, lelaki itu tau jika ini semua pasti ide istri kesayangannya itu."Pantasan dari kemarin kamu kelihatan sibuk banget telpon sana sini, ternyata nyiapin ini ya. Terima kasih, Sayang." Gilang mengecup kening istrinya."Uwuwuwuuuu!!!""Ciumnya di bibir dong, Pak Boss!""Ternyata Boss kita romantis banget, ya!"Gilang dan Zafira hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan dari para karyawannya."Cium bibirnya offline dong! Itu adegan khusus, nggak boleh jadi tontonan!" seru Gilang sambil mengedipkan matanya pada Zafira, yang disambut oleh kalimat-kalimat godaaan berikutnya dari para karyawannya pada mereka berdua.Gi

  • Yang Ternoda   Bab 127

    Tanpa kata, Gilang mendorong kursi roda Zafira meninggalkan area pemakaman, diikuti oleh keluarga mereka yang tak pernah lepas mendampingi mereka dan memberi semangat pada kedua orang tua yang baru saja diberi cobaan hidup itu. Selain kedua orang tua Gilang dan Zafira, Felix dan Claudia serta dr. Hesti, bahkan dr. Stella dan dr. Hera pun masih berada di sana menemani Zafira dan Gilang hingga keduanya meninggalkan area pemakaman. Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah besar Irawan. Semua keryawan yang bekerja di sana ikit merasakan kesedihan mendalam majikan mereka. Begitupun di dalam kamar Gilang dan Zafira, suasana sunyi sangat terasa. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, Gilang dan Zafira hanya bisa saling menatap kemudian saling berpelukan memberi kekuatan entah siapa kepada siapa, karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama terpukul.Zafira menyadari bahwa pada akhirnya semua akan kembali pada takdir masing-masing. Manusia hanya perlu men

  • Yang Ternoda   Bab 126

    Sudah seminggu ini Zafira diperbolehkan pulang ke rumah, namun bayinya masih dirawat intensif di rumah sakit. Hal itu membuat Gilang dan Zafira harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengantarkan ASIP agar bayi mereka tetap bisa meminum ASI Zafira. Dengan telaten Gilang mendampingi Zafira dan menyemangatinya pada saat memompa ASI nya. Zafira selalu saja bersedih karena belum bisa menyusui bayinya secara langsung, yang membuat Gilang akan selalu berada di sampingnya dan menyemangati Zafira agar tidak selalu bersedih. Gilang bahkan belum pernah masuk ke kantor sejak Zafira melahirkan. Dia lebih memilih mempercayakan pekerjaan pada asistennya dan sesekali memeriksa hasil pekerjaan mereka di rumahnya.Siang ini, Gilang dan Zafira kembali mengunjungi bayi mereka di rumah sakit. Gilang bersiul-siul senang sambil mendorong kursi roda Zafira menuju ruang perawatan bayinya. Gilang belum memperbolehkan Zafira berjalan dan memilih menyuruhnya duduk di atas kursi roda meskipun Zafira sel

  • Yang Ternoda   Bab 125

    “Maafin aku, Mas. Aku nggak bisa menjaganya dengan baik, bayi kita lahir sebelum waktunya,” lirih Zafira terbata-bata dengan mata yang basah.“A- apa? Bayi kita sudah lahir?”“Ini bayi Anda, Pak Gilang. Istri Anda sudah melahirkan beberapa menit yang lalu. Bayi laki-laki dengan berat 1,9 Kg. Namun karena bayinya lahir pada usia yang belum matang, yang dalam bahasa medis disebut prematur, maka bayi Anda masih akan berada dalam perawatan dan pengawasan kami. Perkenalkan, ini dr. Hera, dokter anak terbaik di rumah sakit ini. Selanjutnya beliau yang akan bertanggung jawab atas perawatan bayi Anda. Karena terus terang saja, Nyonya Zafira tadi terpaksa melahirkan bayinya di usia kandungan yang belum genap 37 minggu. Kami terpaksa mengambil tindakan ini tadi karena saat tiba di sini, Ny. Zafira sudah dalam keadaan kontraksi dan sudah mengalami pembukaan rahim.” Penjelasan dr. Stella bagaikan petir yang menyambar Gilang. Zafira sudah melahir

  • Yang Ternoda   Bab 124

    Gilang menyetir mobil sport merah nya dengan kepanikan luar biasa. Kabar tentang Zafira yang baru saja didengarnya membuat dunianya seakan gelap gulita. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya, membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya dan sesekali memukul setir mobilnya.“Shittt!!!” seru Gilang ketika di depannya terlihat antrian kemacetan kendaraan. Berkali-kali Gilang mengusap kasar wajahnya memandakan betapa frustasinya pria itu saat ini. Kalimat-kalimat Maria di telpon tadi terus terngiang-ngiang di telinganya.“Nyonya Zafira kesakitan setelah terjatuh tadi, Tuan.”“Dia menyuruh kami tak menghubungi Tuan Gilang. Kata Ny. Zafira dia baik-baik saja.”“Untungnya Nona Claudia kebetulan datang berkungjung.”“Nona Claudia dan pacarnya yang mengantar Nyonya Zafira ke rumah sakit.”“Arrggghhhh!!!” Gilang kembali memukul keras setir mob

  • Yang Ternoda   Bab 123

    Namun satu hal yang selalu ditunggu-tunggu Gilang sejak Zafira hamil adalah malam hari. Setiap malam Zafira selalu berubah menjadi sangat menyenangkan, melayaninya dengan cara-cara yang bahkan Gilang tak pernah membayangkannya. Membuatnya setiap malam selalu tertidur sangat pulas setelah mengerang puas atas perlakuan-perlakuan liar Zafira padanya. Yang lebih membahagiakan lagi, itu semua selalu terjadi atas inisiatif Zafira sendiri, tanpa Gilang memintanya. Karena Gilang masih mematuhi saran dr. Stella untuk tidak menganggu Zafira dulu selama trimester pertama kehamilannya. Malam-malam yang dibayangkan Gilang akan menjadi hambar karena tak boleh menyentuh dan melakukan hal-hal yang dulu selalu dilakukannya pada Zafira justru menjadi malam-malam panjang yang selalu ditunggu-tunggu Gilang. Ibu hamil yang sangat “hot”, begitu Gilang selalu memberikan pujian ketika Zafira melakukan hal-hal yang sangat menyenangkan padanya.“Nanti malam pakai gaya apa lagi, Sayan

DMCA.com Protection Status