Beranda / Pernikahan / Yang Ternoda / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Yang Ternoda: Bab 31 - Bab 40

131 Bab

Bab 31

 Felix menyipitkan matanya ketika melihat Zafira memasuki klinik dengan wajah bersemu merah. Namun lelaki itu segera mengerti saat melihat sebuah mobil sport berwarna merah metalik keluar dari area parkir klinik yang terlihat jelas dari tempatnya berdiri sekarang. Felix mengenali mobil itu, mobil yang dihias dengan bunga-bunga cantik saat acara resepsi pernikahan Zafira.“Selamat pagi, Fira,” sapa Felix.Zafira menoleh ke asal suara dan menundukkan wajahnya tanda hormat saat melihat Felix di sana, “Selamat pagi juga, Pak.”Felix berjalan menghampiri Zafira kemudian mengiringi langkah gadis itu.“Panggil Felix aja, Fira.”“Maaf, tapi saya nggak enak.”“Nggak apa. Lagian aku bukan atasan kamu di sini. Aku hanya menggantikan Mama sementara selagi beliau mengurus pekerjaannya di Singapura.”“Oiya, dr. Hesti kapan balik ke sini, Pak. Saya merind
Baca selengkapnya

Bab 32

‘Mas Gilang!’ pekiknya dalam hati.Zafira pun hapal warna dan potongan rambut wanita yang duduk di hadapan Gilang dan dalam posisi sedang membelakanginya. Itu Caludia!Terasa ada yang enah dalam hati Zafira melihat kebersamaan Gilang dan Claudia di sana. Namun, sekuat tenaga berusaha ditahannya. Ia tau, Gilang memang milik Claudia dan mereka saling mencintai, bahkan Gilang sendiri yang mengaku seperti itu padanya. Lalu, mengapa terasa ada jarum yang menusuk-nusuk di hatinya melihat pemandangan di depan matanya kini?***“Maaf Pak Gilang. Di ruangan Anda ada tamu yang sedang menunggu,” kata Delia, sekretaris Gilang, saat Gilang berjalan melewati mejanya hendak menuju ke ruangannya.Gilang baru selesai meeting  dengan beberapa rekan bisnis perusahaan Irawan.“Tamu? Kenapa nunggu di dalam ruangan saya? Kenapa nggak disuruh nunggu di ruang tunggu?” Gilang mengeryitkan keningnya.“Maaf, Pak. T
Baca selengkapnya

Bab 33

 “Aku bukan begadang, Gilang. Aku tak bisa tidur karena terus memikirkanmu,” lirih Claudia. Ada butiran bening menetes di sudut matanya.“Maafkan aku, Cla.”“Aku akan pulang ke Paris secepatnya. Maukah menemaniku makan siang untuk terakhir kalinya?”“Kenapa berkata seperti itu, Cla. Kita akan tetap seperti dulu. Kenapa balik ke Paris, Cla? Bukannya Om Alex menyuruhmu mengurus perusahaannya di sini.”“Awalnya aku yang meminta pada Papa untuk mengurus perusahaan di Jakarta, Gilang. Tapi aku berubah pikiran, tak ada alasan untukku untuk tetap di sini. Satu-satunya alasanku kembali ke Jakarta adalah agar selalu di dekatmu. Aku bahkan rela cuti kuliah demi kembali ke sini. Tapi sepertinya aku harus mengibur dalam-dalam perasaanku padamu. Beberapa hari ini aku semakin tersiksa karena semakin memikirkanmu dan menginginkanmu sedangkan kamu sudah bersama wanita lain. Hatiku sakit m
Baca selengkapnya

Bab 34

  Gilang dan Claudia terlebih dahulu selesai makan siang. Setelah membayar tagihan pada pelayan restoran Gilang dan Claudia pun berdiri. Gilang melirik sebentar ke arah Zafira ketika berjalan melewati meja tempat mereka berempat duduk. Dua orang pria yang ada di sana terlihat masih terlibat pembicaraan serius sedangkan Zafira terlihat sedang menulis. Zafira tak melirik Gilang ketika suaminya itu melewatinya, dia tetap fokus dengan pekerjaannya mencatat semua kesepakatan yang dibicarakan oleh Felix dan Mr. Akira. Setelah urusan dengan Mr. Akira selesai dan mereka pun sudah makan siang, Felix, Zafira dan Mila kembali ke klinik. Felix beberapa kali melirik Zafira lewat kaca spion depan mobilnya. Dia penasaran dengan reaksi gadis itu. Tidak mungkin Zafira tidak melihat suaminya di sana tadi, bersama wanita lain. Felix terus memperhatikan Zafira dari pantulan kaca spion. Namun tak menemukan ekspresi apa pun dari wajah Zafira. Zafira m
Baca selengkapnya

Bab 35

 “Mereka? Siapa mereka?”“Pak Juan dan Bu Sinta, Ayah dan Ibu Zafira!”Claudia terdiam tak menanggapi.“Ayah dan Ibu Zafira mengajariku tentang arti keikhlasan, mereka ikhlas menyerahkan putri satu-satunya kesayangan mereka padaku. Pria yang nyata-nyata telah ....”“Telah apa, Gilang?”Gilang menghela napas.“Sudahlah, Cla. Jangan terlalu banyak mencari tau tentangku. Cukuplah kau mengenalku sebagai Gilang yang selama ini kamu kenal.”“Ck!” Claudia berdecak kesal.“Gilang,” panggilnya.Gilang menoleh.“Apa kamu mencintainya?”Gilang hanya menatap Claudia.“Sudah kubilang jangan menanyakan hal itu.”“Kalau begitu, apa kamu masih mencintaiku?”“Ya, kamu adalah cinta pertamaku, Cla!”“Apakah cinta itu masih ada sampai
Baca selengkapnya

Bab 36

“Siapa lelaki yang bersamamu tadi siang, Fira?” lanjut Gilang bertanya.“Hanya seorang investor dari Jepang yang ingin berinvestasi di klinik.”“Bukan pria Jepang itu. Tapi pria yang datang bersamamu dan memperlakukanmu dengan penuh perhatian. Bukankah pria itu juga ada di pesta pernikahan kita waktu itu?”“Oh, dia dr. Felix.”“dr. Felix? Dia dokter di klinik? Kenapa waktu itu di pesta kamu seolah tak mengenalnya?”“Untuk apa kamu menanyakan hal yang nggak penting, Mas?”“Nggak penting katamu? Aku suamimu dan aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan pria lain, Fira!”“dr. Felix hanya rekan kerjaku, Mas! Dan Mas Gilang nggak usah khawatir, aku tau posisiku sebagai istrimu. Aku tau batasan-batasan dalam bergaul, agamaku mengajarkan itu! Aku janji nggak akan mempermalukanmu selama berstatus sebagai istrimu Tuan Gilang Febrian!” seru Zafira.
Baca selengkapnya

Bab 37

 Zafira berjalan sambil menunduk ketika mereka keluar dari lift di lantai 9 dimana unit apartemen Gilang berada. Mulut gadis itu terlihat komat-kamit mengucapkan istighfar untuk menenangkan debaran jantungnya. Sementara Gilang menggenggam tangannya dan menuntun langkah Zafira dengan penuh kelembutan.“Masih sanggup, Fira?” tanya Gilang lembut.“Insya Allah, Mas.” Fira berusaha menguatkan hatinya.Zafira memejamkan matanya ketika Gilang menghentikan langkahnya di depan pintu apartemennya. Gilang dengan sabar menunggu reaksi Zafira. Gilang tersenyum ketika kemudian Zafira membuka matanya dan menganggguk pelan padanya tanda mengizinkan pria itu meneruskan membuka pintunya. Gilang pun menekan beberapa angka yang menjadi pin nya untuk membuka pintu.Pintu terbuka. Namun Zafira hanya terdiam dan masih terpaku di depan pintu. Perlahan Gilang memeluk pinggang Zafira dan menuntun gadis itu untuk memasuki aparte
Baca selengkapnya

Bab 38

 Claudia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Gadis itu merasa frustasi karena sejak kemarin setelah makan siang dan berpamitan pada Gilang, pria itu tak pernah menghubunginya kembali. Padahal biasanya, jika Claudia kebetulan lagi pulang ke Indonesia dan akan kembali ke Paris, Gilang akan sibuk mengurus semua keperluannya. Entah itu mempersiapkan tiketnya maupun membelikan oleh-oleh untuk papa dan mamanya. Tapi sekarang, tak sekalipun Gilang menelponnya ataupun sekedar mengirim pesan menanyakan kabarnya. Bahkan tadi malam ketika Claudia mencoba menghubunginya, Gilang hanya menjawab sebentar dan mengatakan bahwa dia sedang berada di apartemennya bersama Zafira. Kemudian menutup telpon tanpa tau betapa di seberang sana Claudia menangis tergugu menahan perih di dadanya ketika menyadari bahwa semua kasih sayang Gilang yang dulu sepenuhnya untuknya kini beralih pada Zafira, tanpa menyisakan sedikit pun ruang bagi Claudia.Semalam Claudia menangis
Baca selengkapnya

Bab 39

 Claudia menarik nafas panjang, “Inilah yang harus kucari tau, Fira. Gilang menyembunyikan semua informasi tentangmu padaku. Dia hanya mengatakan bahwa dia punya tanggung jawab menjagamu. Apa sebenarnya yang terjadi di antara kalian?”Zafira terdiam, tak mungkin dia menceritakan pada Claudia apa yang menyebabkan mereka berdua terikat dalam pernikahan ini.“Gilang banyak berubah sejak bersamamu, Fira. Padahal aku yang bertahun-tahun menemaninya tak pernah bisa merubah karakternya, begitupun dengan Om Irawan. Apa kau tau seperti apa hubunganku dengan Gilang sebelumnya?”Zafira menggeleng.“Dulu hanya aku satu-satunya wanita dalam kehidupan Gilang. Aku menjadi pusat dunianya. Bahkan saat aku memilih melanjutkan kuliah di Paris, hampir setiap mempunyai waktu luang Gilang mengunjungiku ke sana. Dulu, aku selalu bisa menebak perasaannya karena di sana hanya ada aku dan rasa rindunya padaku.” Sete
Baca selengkapnya

Bab 40

 Claudia meraih ponselnya di atas meja sekembalinya gadis itu dari toilet, dia sedikit heran meliat ada bekas-bekas tangisan di mata Zafira. Ponsel Claudia kembali berdering saat ponselnya sudah berada dalam genggamannya. Hatinya berbunga-bunga saat melihat nama Gilang serta foto Gilang yang terpampang di layar ponselnya. Dengan senyum sumringah, Claudia menggeser tombol menjawab di ponselnya tanpa menyadari bahwa Zafira yang masih berada di hadapannya sedang tertunduk menahan perasaannya.“Aku sedang di kafe.”“Oh, tadi ke toilet sebentar.”“Nggak apa.”“Aku sedang bersama ....”Zafira buru-buru meletakkan telunjuknya di bibirnya. Dia bisa menebak jika Gilang sedang menanyakan Claudia sedang bersama siapa saat ini.“Teman.”“Baiklah, aku akan mengabarimu. Mau mengantarku ke bandara?”“Bye!”Claudia menutup p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status