Home / Pernikahan / Yang Ternoda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Yang Ternoda: Chapter 41 - Chapter 50

131 Chapters

Bab 41

“Ada yang ingin kau ceritakan padaku, Fira? Aku merasa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku.”“Nggak, Mas.”Gilang mulai melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir klinik. Gilang menyetir santai sambil  bersenandung mengikuti irama lagu “You Are The Reason” milik Calum Scott, lagu kesuakaan Gilang. Sesekali lelaki itu bersenandung sambil melirik Zafira seolah menyatakan bahwa lirik lagu itu ditujukannya untuk Zafira. Ada desiran halus menelusup di dada Zafira mendapat perlakuan romantis seperti itu dari suaminya. Namun sekuat tenaga Zafira menahan perasaannya dan hanya memasang ekspresi datar, meskipun hatinya seperti sedang diisi oleh ribuan kupu-kupu yang beterbangan. Begitu indah.Seandainya saja hubungannya dan Gilang adalah sebuah hubungan normal suami istri, maka tentulah saat ini Zafira sangat bahagia. Namun Zafira sadar siapa dirinya, Zafira teringat kembali dengan foto yang terpampang di ponsel Claudia tadi
Read more

Bab 42

 “Bukan seperti yang kamu bayangkan, Fira. Aku menyuruh anak buahku mengikuti Claudia selama masih di sini hanya karena takut terjadi apa-apa dengannya, bagaimana pun hanya aku dan papa yang dekat dengannya di sini.”“Tapi aku tau bagaimana perasaanmu padanya, dan bagaimana hubungan kalian selama ini. Aku enggak mau membiarkanmu masuk terlalu jauh dalam kehidupanku jika kamu juga menjanjikan hal yang sama pada wanita lain. Kuharap kita berdua tetap memegang apa yang sudah kita sepakati. Jangan terlalu memberi perhatian lebih padaku! Aku tak ingin hidupku kembali hancur hanya karena tak mampu mengendalikan perasaanku.”“Mengendalikan perasaanmu? Apa kau juga memiliki perasaan padaku, Fira?” lirih Gilang.Lidah Zafira terasa kelu, dia tak dapat menjawab pertanyaan Gilang. Hati kecilnya pun menanyakan hal yang sama namun Zafira sendiri tak dapat menjawabnya. Zafira menggeleng lemah, ada setetes benin
Read more

Bab 43

 Malam ini, Gilang betul-betul memperlakukan Zafira bak permaisuri. Bahkan beberapa ART di rumah besar itu kelihatan terheran-heran melihat tingkah bucin Tuan Muda mereka. Bagi mereka semua, kehadiran Zafira di rumah besar itu merupakan anugerah. Bagaimana tidak, Tuan Muda yang dulu setiap harinya hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi, serta irit bicara dan hanya berbicara jika sedang memerintah atau jika sedang marah. Sekarang setiap saat terlihat tersenyum, meskipun senyumnya hanya ditujukannya pada Zafira seorang. Namun semua yang melihat senyum Tuan Muda yang dikenal tempramen itu bisa ikutan tersenyum. Bahkan Maria, pelayan yang menjadi saksi hidup semua kejadian terjadi di apartemen Gilang terlihat meneteskan air mata haru ketika melihat gadis malang itu akhirnya mendapatkan cinta yang tulus dari Tuan Mudanya.“Mau nambah, Sayang?” tanya Gilang saat mereka lagi makan malam bertiga dengan Irawan.“Nggak, Mas. Aku bisa ambil sendi
Read more

Bab 44

 Gilang merasakan kulit leher dan pipi Zafira yang terasa memanas yang menandakan bahwa istri mungilnya itu sedang merasa grogi. Gilang tersenyum tipis dan menikmatinya, dia semakin iseng ingin menggoda Zafira. Ada perasaan bangga ketika Gilang menyadari bahwa dia adalah lelaki pertama yang menyentuh gadis polos yang sedang berada dalam pelukannya itu. Zafira menggeliat kecil ketika merasakan bibir Gilang yang kenyal dan hangat menempel di kulit lehernya. Gilang sengaja menggigit kecil lehel Zafira, membuat gadis itu semakin menggelinjang tak karuan. Buru-buru Zafira melepaskan paksa kungkungan tangan kekar Gilang, kemudian membalikkan badannya berhadapan dengan Gilang. Sementara Gilang terus menatapnya dengan sorot mata yang membuat Zafira bergidik, dia tau suaminya itu sedang menahan sesuatu.“Aroma tubuhmu membuatku gila, Fira.” Suara Gilang terdengar berat.“Ayo masuk, Mas. Anginnya udah mulai kencang.” Zafira b
Read more

Bab 45

 Gilang memacu mobilnya ke club malam yang disebutkan oleh anak buahnya. Tak lama setelah tiba di sana, Gilang melihat Claudia yang tengah mabuk berat sedang digerayangi oleh beberapa pria yang juga terlihat tengah mabuk. Gilang menerobos masuk dan menarik tangan Claudia dari kerumunan pria mabuk itu.“Kamu gila, Cla!” bentak Gilang.“Heiiii, kamu siapa? Ohhh kamu Gilang ya? Kenapa baru mencariku? Aku merindukanmu, Sayang.” Claudia sempoyongan dan meracau khas orang yang sedang mabuk.“Ayo, kuantar pulang!” Gilang berteriak di sela-sela suara bising di Club malam.“Nggak mau!!” seru Claudia. “Aku nggak mau pulang kerumahku! Aku mau ikut denganmu! Aku merindukanmu Gilang.” Caludia mengusap-usap rahang Gilang kemudian bergelayut manja pada lengan kekar Gilang.“Hentikan, Cla!”Caludia terlihat marah dan menatap Gilang dengan mata yang memerah.
Read more

Bab 46

 Gilang menarik nafas panjang mengingat kejadian di mana dia hampir saja menggagahi Claudia. Ketika itu mereka berdua sudah  dalam keadaan hampir tanpa busana. Namun Gilang tersadar ketika mendengar tangisan Claudia sesaat sebelum hal itu terjadi.“Aku menyesal kenapa waktu itu tak menyerahkannya padamu, Gilang. Mungkin dengan begitu kamu tak akan meninggalkanku. Waktu itu aku hanya ingin menjaga harga diriku di depanmu. Aku hanya ingin benar-benar memberikannya padamu saat kita telah resmi menikah. Aku hanya ingin benar-benar menjadi wanita yang baik dan membanggakanmu. Tapi semua itu sudah tak ada gunanya lagi sekarang,” ucap Claudia terbata-bata.“Cla, justru seharusnya kamu bersykur waktu itu kita diselamatkan dari dosa. Seharusnya kamu bersyukur bahwa kamu bisa mempertahankan kehormatanmu dan memberikannya pada suamimu kelak.”“Nggak! Aku hanya ingin kamu, Gilang. Aku nggak mau yang lain.”Suara C
Read more

Bab 47

  Gilang masih duduk di kursi di sisi tempat tidur Claudia. Pria itu pun merasa sangat mengantuk karena baru sempat tertidur beberapa saat ketika anak buahnya menelpon dan mengabarkan tentang Claudia. Gilang melihat Claudia masih bergerak-gerak dan membolak-balikkan tubuhnya di balik selimutnya. Itu artinya gadis itu belum terlelap. Rasa ngantuk berat yang melanda Gilang membuat pria itu memilih merebahkan kepalanya di tepi tempat tidur Claudia sementara tubuhnya masih pada posisi duduk. Gilang pun akhirnya terlelap dengan posisi duduk sambil menyandarkan kepalanya di tepi ranjang.Claudia tersenyum tipis ketika melihat justru Gilang lah yang lebih dulu terlelap dibanding dirinya. Claudia mengulurkan tangannya dan menggapai kepala Gilang. Claudia memilih membelai-belai rambut tebal hitam milik Gilang, pria yang seharusnya menjadi miliknya. Namun kini telah menjadi milik wanita lain. Claudia bergerak mendekati Gilang
Read more

Bab 48

Irawan dan Zafira pun memasuki rumah mewah itu. Kepala pelayan yang ada di rumah Alex dengan ramah mempersilahkan mereka masuk. Pelayan setia Alex sangat mengenal Irawan sebagai teman baik dari majikannya. Irawan terlihat mengobrol dengan pelayan tadi, sedangkan Zafira yang berdiri beberapa meter dari mereka berdua tak dapat mendengar apa yang dibicarakan mertuanya dengan pelayan tersebut. Zafira mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah besar itu, namun dia tak menemukan sosok Gilang.“Fira!” Irawan memanggil nama Zafira pelan dan terlihat ragu-ragu, beberapa kali Irawan menarik nafas panjang kemudian kembali menghembuskannya. Zafira merasa ada yang tidak beres.“Iya, Pa.”Irawan terdiam, masih memandang ragu pada Zafira.“Ayo, ikut Papa,” ucapnya kemudian.Zafira mengangguk dan mengikuti ke mana langkah Irawan. Irawan melangkah ke depan pintu salah satu kamar yang ada di dalam rumah mewah Alex kemudian
Read more

Bab 49

Sinta menyusul ke dalam kamar Zafira dan melihat putrinya itu menelungkupkan tubuhnya di atas ranjangnya dan menutupi wajahnya dengan bantal. Bahu Zafira yang bergerak naik turun menandakan bahwa gadis itu sedang menangis.Sinta duduk di tepi ranjang Zafira dan membelai lembut kepala putrinya yang masih tertutup jilbab. Tak ada pertanyaan apapun yang keluar dari bibir Sinta. Wanita itu memilih membiarkan Zafira mengeluarkan tangisannya sampai puas.“Ada apa, Nak?” tanya Sinta setelah Zafira sudah mulai tenang.Zafira menggeleng tak menjawab.“Apa kalian sedang bertengkar?” Lanjut Sinta.Setetes bening kembali menyeruak dari kelopak mata Zafira. Gadis itu merebahkan kepalanya di pangkuan Ibunya.“Bu ....”“Iya, Nak.”“Selama ini Fira selalu berusaha menjadi orang baik. Tapi kenapa Allah memberi cobaan seperti ini pada Fira? Dari dulu Fira hanya memimpikan suatu saat berjodoh
Read more

Bab 50

  “Tunggulah sebentar, Nak. Dia pasti akan menemuimu.” “Iya, Yah.” “Oiya, Nak. Ayah belum bilang terima kasih padamu.” “Untuk apa, Yah?” “Ayah sekarang dipindahkan ke bagian logistik, tidak menjadi supir pribadi Pak Irawan lagi. Saat Ayah menyampaikan terima kasih pada Papamu, beliau mengatakan bahwa itu semua atas inisiatif Nak Gilang.” “Nggak, Yah. Gilang hanya mengusulkan. Gilang rasa keryawan yang jujur seperti Ayah memang harus ditempatkan pada bagian yang lebih baik.” “Ayah paham maksud baik Nak Gilang. Tapi terus terang saja Ayah merasa tak nyaman, Nak. Beberapa karyawan lain pasti dengan sangat mudah menduga jika itu semua karena campur tanganmu. Ayah juga sudah memutuskan untuk resign. Ayah sudah mengajukan surat pengunduran diri pada Pak Irawan” “Kenapa resign, Yah? Maaf jika tindakan Gilang membuat Ayah tidak nyaman di perusahaan.” “Bukan karenamu, Nak. Ayah memang sejak dulu pun
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status