#Happy reading. Ikuti terus kisah menariknya setelah bab ini habis, ya. Hutan terlarang ditumbuhi pohon tua lagi menyeramkan. Rona gelap di ujung penglihatan. Angin yang mulai bergemuruh di sela-sela dedaunan. Cakrawala membias elok warna malam kelabu tua. Gelap tak berarti sepi, dimana hutan terlarang menjerit suara, derap kaki bersorak menggemparkan suasana. Tahun 1022, di ujung ibukota Gaegyeong, masa kerajaan Goryeo--Korea. Laksamana hutan menyelinap bersama kawanan perang, dengan pedang panjang; panah lancip; tombak besi; beserta kegeraman para penduduk desa. “Palli, palli!” jeritnya, salah satu perwira tinggi berseragam resmi pegawai kerajaan. “Cepat, cepat.” Dirundung rasa amarah. Salah satu berhenti di depan para pengikut perwira. Mengangkat satu tangan ke atas sebagai pembatas aba-aba. Telunjuknya sudah mengarah pada seorang pria tampan bermata merah, jubah panjang hitam legam, bernada seram bercampur emosional kian membuncah. “Menyerahlah, wahai Gumiho penggoda!!” pe
Read more