Home / Fantasi / The Nine Tails of Time Traveler / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of The Nine Tails of Time Traveler: Chapter 1 - Chapter 10

75 Chapters

Gumiho dari Masa Lalu.

#Happy reading. Ikuti terus kisah menariknya setelah bab ini habis, ya. Hutan terlarang ditumbuhi pohon tua lagi menyeramkan. Rona gelap di ujung penglihatan. Angin yang mulai bergemuruh di sela-sela dedaunan. Cakrawala membias elok warna malam kelabu tua. Gelap tak berarti sepi, dimana hutan terlarang menjerit suara, derap kaki bersorak menggemparkan suasana. Tahun 1022, di ujung ibukota Gaegyeong, masa kerajaan Goryeo--Korea. Laksamana hutan menyelinap bersama kawanan perang, dengan pedang panjang; panah lancip; tombak besi; beserta kegeraman para penduduk desa. “Palli, palli!” jeritnya, salah satu perwira tinggi berseragam resmi pegawai kerajaan. “Cepat, cepat.” Dirundung rasa amarah. Salah satu berhenti di depan para pengikut perwira. Mengangkat satu tangan ke atas sebagai pembatas aba-aba. Telunjuknya sudah mengarah pada seorang pria tampan bermata merah, jubah panjang hitam legam, bernada seram bercampur emosional kian membuncah. “Menyerahlah, wahai Gumiho penggoda!!” pe
Read more

Kerasukan Hantu.

#Happy reading. Wajah seorang gadis—pacarnya Nevan tampak menggeliat kaget ketika kemunculan Nevan yang begitu tiba-tibanya dari balik punggung mereka berempat. Bellona menghampiri Nevan yang tampak murung lagi dingin, tetapi langkahnya terhenti ketika Bellona memperhatikan dengan jelas raut rupanya yang sangat mencolok. “Nevan, kamu kenapa?” tanya Bellona keheranan. “Hah, woi! Ke mana aja lu?!” pekik salah satu temannya ke arah Nevan. Sementara itu, Nevan malah melewati mereka dengan wajah dinginnya. Tak sama sekali menyahut ketika ditanya dari mana? Bahkan Bellona mengurungkan niat untuk mengikutinya ketika perubahan raut yang begitu berbeda. “Eh, lu ke mana aja, Bro?!” tanya dua temannya mengikuti langkah Nevan. Namun, Nevan malah berbalik dan menatap tajam kepada kedua teman yang berusaha mengikuti langkahnya. Dengan begitu tercengangnya, Felix dan Bellona saling mendekat. Bellona menarik lengan Felix sambil mengernyitkan dahi, “Ada yang aneh nggak sama si Nevan?” tanyanya
Read more

Jadi Anak Nakal.

Sang dokter tercengang bukan main. Dari sana mereka berdua mulai berpikir kalau itu hanya bulu harimau tua yang tinggal lama di dalam hutan. “Tidak mungkin, mana ada Rubah hidup di sini?” keluh si dokter. “Kami juga terkejut bukan main, Dok. Rasanya mustahil melihat ini,” sahut si wanita itu merunduk. Sang dokter semakin berpikir, sedangkan si perawat semakin tak percaya, “Aneh sekali, bukan?” keluhnya menggerutu. *** Kampus Arkeologi yang masih disibukkan dengan gosip yang mulai beredar, sedangkan masalah perubahan sifat dan kelakuan Nevan berbanding seribu. Perubahan itu membuat orang lain merundung kecemasan membuas di antara pemikiran mereka. “Kurasa dia sudah dirasuki oleh iblis yang tinggal dalam hutan kemarin,” bisik dari salah satu gadis bersama dengan para kawan-kawannya. “Kurasa benar,” sahut kawannya. Nevan masih melewati para wanita yang berbisik demikian, sedangkan mereka yang berdiri sambil menatap dirinya malah menjauhi Nevan sambil mengucilnya
Read more

Mencurigai Sesuatu.

Kekekalan malam menjadi aura kuat bagi si pencari nafsu kelam. Aroma darah, jantung, hati yang siap menjadi santapan adalah sosok buas lagi menyeramkan. Namun, Cho Ye Joon membiarkan pemuda sekampusnya itu tersungkur lemah di bawah lantai. Sementara itu, Nevan membawa malam itu penuh dengan kebencian lagi mendendam asa. Jiwa yang meronta-ronta pasti akan menggeliat di ujung ubun-ubun kepala. “Aaaaah!!!” “Mama, cepat ke sini! Lihat kakak, lihat kakak, Ma!!” Nevan melirik pandangan sinisnya ke balik punggung yang sudah menjauh dari tembok pembatas dirinya. Di ujung pagar rumah, ia memiringkan senyum lalu bergegas gesit ke ujung jalanan. Suasana malam itu pun menjadi sejarah bagi si pemuda ketua gangster kampus yang menjadi sasaran makhluk asing lagi menyeramkan. Tidak ada yang tahu dengan aksi bejatnya bahwa ia telah melempar tubuh dengan tangan kemarahannya. Sebuah jeritan telah meramaikan suasana. Wiu! Wiu! Wiu! Ambulans beradu di jalanan setelah kejadian naas tertimpa pada seo
Read more

Dari Sentuhan Lembut.

“A-apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Nevan meredam pusing kepala. Tubuhnya seakan perlahan berhenti dari detik merasakan perih, sedangkan hujan pun berhenti dalam sekejap. Bellona melihat situasi yang terlihat di luar jendela sudah tidak menunjukkan rintik hujan yang turun. Kini, Bellona hendak mendekati sosok Nevan dengan wujud Gumiho yang sudah perlahan menghilang. Namun, Felix menarik lengan Bellona untuk melarangnya mendekati sosok makhluk yang mengerikan itu. Felix menggelengkan kepalanya, “Jangan, Bel!” Bellona melepaskan perlahan tangan Felix dari lengannya, lalu berbalik untuk mendekati Nevan yang masih belum jelas kalau dia dirasuki atau memang wujud dari Rubah ekor sembilan itu sendiri. Nevan menatap tegang mata Bellona yang seakan mendekati dirinya. Nevan hendak meluruskan pandangan ke dua bola matanya untuk menembus rasa lupa. Namun, ia tak berhasil melakukannya. “Kenapa ini tidak berhasil?” gumamnya dalam hati. Bellona berdiri sangat dekat dengan Nevan tanpa a
Read more

Penggabungan Sifat.

“Aku yakin, kamu bisa menahan semua emosi dalam jiwa Gumihomu itu agar tidak menunjukkan emosi tinggi,” ujar Bellona meyakinkannya. Nevan masih terngiang dengan kata-kata terakhir dari sang kekasihnya. Jiwa Gumiho dalam dirinya begitu terbawa emosi jahat, sedangkan ia berusaha menahan untuk melawan roh jahat tersebut. Cho Ye Joon mulai membisikkan sesuatu ke dalam batin Nevan, “Bunuh saja mereka! Mereka bahkan pernah meremehkanmu.” “Jangan ragu-ragu, Bodoh!” Cho Ye Joon semakin merasuki jiwa lemahnya dari Nevan. Namun, rasa sakit itu menahannya saat Felix memekik ke arah mereka. “Woi!!” pekik Felix. “Apa lo?!” ucap salah satu pria songong. “Aku tidak boleh menyakiti mereka, tidak boleh terjadi,” gumamnya dalam hati untuk melawan Cho Ye Joon. Rintihan itu bahkan menusuk jantung Nevan seketika. Para Mahasiswa lainnya malah tidak jadi menindas Nevan secara brutal. Malah berpindah menjadi tatapan bingung kepada perubahan Nevan yang tiba-tiba meringis aneh. “Lho, kenapa Nevan?” tun
Read more

Pertolongan pertamanya.

          Wanita itu terus membuntuti langkah Nevan hingga ke depan ruangan, sedangkan salah satu anggota gangster menghentikan dirinya tepat di sudut dinding.“Woi, ini dia orang aneh tadi?” sebut si anggota geng.“Eh, elu kenapa? Gue mau ke kelas,” kelit Nevan menghindar.Akan tetapi.“Woi!! Elu nyadar nggak?! Nevan ini kemarin hanya kesurupan setan hutan, buktinya dia udah nolongi gue dari cowok nyebelin,” bentak si gadis berambut ikal dengan kuncir kudanya.Ketiga kawanan geng tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh si gadis tentang Nevan yang akhirnya menunjukkan belas kasihnya.“Eh, benerkan yang dibilang dia? Aku nggak bohong kan?” sebut Nevan dengan nada berbeda.Semua orang malah tercenung dengan perubahan Nevan yang kembali dengan wujud aslinya. Namun, ketiga komplotan itu bahkan tidak menyadari bahwa Nevan yang sesungguhnya ada d
Read more

Tanpa harus Mengatakannya.

Nevan yang masih berdiri dengan sejuta kebingungannya itu, hendak mengeluarkan energi jahat dari dalam tubuhnya. “Nevan, jangan! Elu cuma sebagai bahan umpan,” ungkap Erin meronta-ronta dari genggaman Dio. Nevan yang seakan melihat para temannya hanya mematung bisu. Sementara itu, Bellona dan Felix yang hendak keluar dari gerbang malah dihentikan secara spontan oleh si dosen baru itu. “Ah, hampir saja!” sergah Bellona yang hampir menabrak lagi. Si dosen itu menyipitkan matanya sambil menatap kedua mata Bellona dengan penuh sorotan tajamnya. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti bergerak. “Akhirnya aku menemukan dirimu!” sebut si dosen sambil memegangi tangan Bellona. Mengusap telapak tangan sebelah kirinya hingga mengeluarkan cahaya kekuningan layaknya butir cahaya Gumiho. “Kau akan dilindungi oleh kelereng rubah dan kekuatanku agar bisa menghindari dari serangan tiba-tiba,” lontar si dosen melihat semua tanpa gerakan. Semua pepohonan, manusia, bahkan semua yang terlihat olehnya me
Read more

Seakan Bersemi Kembali.

Sore menemani keduanya mengiringi langkah pertama. Nevan yang menunjukkan sisi romantisme pada sang kekasih, akhirnya sebuah kisah kembali terlihat. Nevan meraih tangan Bellona dengan perlahan. Sontak, Bellona terpengah akibat genggaman tangan dari Nevan di antara perjalanan mereka. Masih di sisi taman kampus yang mulai menunjukkan sisi redup dari cahaya Mentari. “Makasih, Bellona,” lirih Nevan di antara langkahnya. Keduanya masih berjalan dengan santai. “Kok bilang makasih?” tanya Bellona khawatir. “Aku sempet nyakitin kamu, pikiranku seakan nggak bisa ngebedainnya,” ujar Nevan merundukkan pandangannya. “Aku bakal nganterin kamu balik,” putus Nevan melirik Bellona yang masih malu-malu. Keduanya berhenti dan saling menatap di pinggir jalanan, dimana matahari hendak pergi dalam hitungan menit. “Hari udah makin malem, sebaiknya kita balik aja yuk!” pungkas Bellona membuyarkan tatapan Nevan. “Hm, oke!” sahut Nevan mengangguk mantap. Suasana kisah cinta mereka mulai terlihat bers
Read more

Berita pagi yang mengejutkan warga.

Malam yang menjadi pemburu iblis dan para kejahatan kasat mata terus menyelinap ke tabir-tabir dunia gaib. Wujud Siluman dalam tubuh pemuda tampan itu terus memantau santapan untuk kekuatan barunya.Derap kaki melayang mengudara tanpa jejak kaki yang tertinggal di segala arah. Namun, energi spiritual begitu tenggelam dalam semilirnya angin menerpa.Di ujung bulu-bulu kuduk seakan berdiri tegak dengan aura dingin yang menyengat.Entakan kaki mulai terdengar di ujung daun telinga. Tepat di tengah malam di antara rembulan redup yang bersembunyi di balik awan-awan pelan.Sosok Gumiho tampan menyerupai wujud asli rupanya telah merajalela tubuh Nevan.“Cari sumber kekuatanmu! Cari jantung segar yang masih kuat.”Bisikan dalam jiwanya menghantui pikiran dan tekad. Nevan yang menyerupai sosok makhluk halus dengan cakar panjang lagi membutakan dirinya. Siluman rubah itu telah menjadi isu mitos yang terus menggema.Grrrr!Ger
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status