“A-apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Nevan meredam pusing kepala.
Tubuhnya seakan perlahan berhenti dari detik merasakan perih, sedangkan hujan pun berhenti dalam sekejap. Bellona melihat situasi yang terlihat di luar jendela sudah tidak menunjukkan rintik hujan yang turun.
Kini, Bellona hendak mendekati sosok Nevan dengan wujud Gumiho yang sudah perlahan menghilang. Namun, Felix menarik lengan Bellona untuk melarangnya mendekati sosok makhluk yang mengerikan itu.
Felix menggelengkan kepalanya, “Jangan, Bel!”
Bellona melepaskan perlahan tangan Felix dari lengannya, lalu berbalik untuk mendekati Nevan yang masih belum jelas kalau dia dirasuki atau memang wujud dari Rubah ekor sembilan itu sendiri.
Nevan menatap tegang mata Bellona yang seakan mendekati dirinya. Nevan hendak meluruskan pandangan ke dua bola matanya untuk menembus rasa lupa. Namun, ia tak berhasil melakukannya.
“Kenapa ini tidak berhasil?” gumamnya dalam hati.
Bellona berdiri sangat dekat dengan Nevan tanpa ada rasa takut sama sekali, “Siapa kau sebenarnya?” lontarnya.
Secara spontan, Nevan meraih pipi dan mengapit dagunya dengan kuat. Matanya menjadi merah padam saat emosional tak tenang mengurung dirinya dalam kecemasan.
Matanya seakan hendak melawan, tetapi Nevan malah merasakan perih, hingga menyerang kepalanya secara tiba-tiba. Nevan memegangi kepalanya untuk menahan rasa sakitnya.
Bellona bukannya malah takut, tetapi mendekatkan posisi Nevan lalu memegangi bahunya.
Grrrr!
Nevan memperlihatkan rupanya yang menyeramkan. Sontak, Felix menutup pintu agar tidak diketahui oleh orang banyak dari luar. Ia pun segera menyusul Bellona sembari mengawasi Bellona agar tetap aman.
“Tenanglah! Kita ini teman kamu,” sebut Bellona melemah.
Tangannya mulai meraba kepala Nevan dengan lembut, lalu menurun hingga menepuk pelan bahunya. Nevan seakan meredupkan emosional membuncahnya meredam dengan perlahan. Mata merah perlahan memudar menjadi hitam legam.
Mata tampan itu memang sangat mirip dengan sosok Gumiho dalam dirinya.
Keduanya mulai berjongkok untuk mengikuti gaya Nevan yang tersungkur di bawah sudut meja.
“Kamu benar seorang Gumiho?”
“Atau kamu memang Gumiho?”
Bellona melempar dua pertanyaan kepada dirinya, berusaha menjinakkan jiwa buasnya.
Dalam sesaat sebuah naluri kian melemah dari sentuhan lembut. Seakan ia tak bisa menyakiti Bellona dengan cakar panjangnya sekalipun. Melakukan tindakan seakan melukai dirinya dan dapat menyakiti kepalanya.
Nevan memperhatikan dua wajah yang ada di dekatnya.
“Aku dirasuki oleh Gumiho masa lalu,” ungkap Nevan pelan.
Kedua matanya seakan tak percaya dengan apa yang sudah didengarnya, lalu dengan gesit Nevan meraih tangan Bellona dengan kuat.
“Tolong aku! Aku ingin kembali ke tempatku berada, dan aku ingin keluar dari tubuh ini,” pintanya dengan mata lusuh.
Bellona melirik wajah Felix dengan sangat mencengangkan. Felix mengerutkan keningnya sambil menggeleng kurang yakin.
“Sebaiknya kamu balik ke kelas, terus jangan lakukan tindakan apa pun, aku sama Felix adalah sahabatmu yang selalu bersama, dan aku ….”
Bellona memegangi tangan Nevan di hadapan Felix dengan perlahan, “Aku akan berusaha semampunya.”
“Mereka itu temen kamu, mereka semua temen yang selalu baik dan suka sama kamu. Kamu itu orang baik, Nevan!”
“Aku yakin, kamu bisa menahan semua emosi dalam jiwa Gumihomu itu agar tidak menunjukkan emosi tinggi,” ujar Bellona meyakinkannya.
Bellona mengajak tubuh Nevan agar berdiri dengan tegak. Masih dalam tatapan hangatnya, ia pun mulai meyakinkan pikiran Nevan untuk berhenti menjadi orang yang kejam.
Nevan menatap raut Bellona tanpa mengedip, jiwa dingin masih tetap sama. Namun, emosional dapat dikontrol dengan baik ketika ia menatap Bellona.
Nevan pun memajukan langkah sembari melewati keduanya hingga ke muka pintu sambil melirik ke arah dua sahabatnya. Dengan penuh keyakinan, ia pun segera meninggalkan ruangan tanpa gelisah.
“Bel, kamu yakin bakalan bantu dia?” keluh Felix tak percaya.
“Kamu nggak liat dia bingung gitu, dia itu anak yang baik kok! Dan kita sahabatnya dari awal harus tetep bantu dia sampai tuntas,” balas Bellona.
“Tapi, aku ngerasa kurang yakin deh! Kok bisa sih Nevan dapet Rubah serem gitu?! Untung kita pingsan tadi,” imbuh Felix lagi.
“Felix, sekarang aku mau ngeyakinin ini dulu, mau ikut aku atau nggak?” lontar Bellona tegas.
Felix masih mendiam tanpa jawaban. Mata Bellona sudah tidak kuasa menahan waktu untuk sebuah jawaban darinya. Dengan kesalnya, Bellona pun pergi begitu saja dari hadapan Felix.
Felix masih berdiri termangu, seakan tak percaya dengan keputusan Bellona yang tidak masuk akal. Dirinya menggeleng, menggusar-gusar kepalanya, dengan berat hati ia pun bergegas meninggalkan ruangan.
Bellona meninggalkan ruang perpustakaan dengan raut geramnya, setelah terlihat sosok Felix yang menolak untuk membantu Nevan. Di balik punggungnya, Felix mengejarny lalu berteriak ke arahnya.
“Bel!” pekik Felix sambil mengejar.
Bellona tak menghentikan langkah, malah melanjutkan langkahnya mengiringi lorong bangunan. Dengan sigapnya, Felix menarik bahu Bellona agar berhenti lalu menatapnya.
“Oke! kita bantu,” tandas Felix dengan raut tegasnya.
Bellona mengukir segaris senyumanya di hadapan Felix dengan penuh pesona. Akhirnya, rencana dua sudah didapatkan dengan baik.
***
Di dalam ruang kelas dengan kursi yang memanjang lebar dan meninggi ke atas. Di depan layar berdiri seorang Dosen yang sedang menjelaskan pelajaran. Nevan duduk dengan segala tenangnya, setelah mendapat hati lembut dari seorang wanita dia menjadi sedikit lebih baik dari kemarin.
Mungkinkah dari kemunculan ekor sembilan yang diperlihatkan dirinya, maka orang itu akan menjadi dua pilihan target untuknya, yakni teman atau musuh.
Jika baik itu akan menjadi teman, jika menurutnya buruk maka akan menjadi santapan selanjutnya.
“Seperti contohnya, penemuan tentang lukisan babi kutil berumur 45.500 tahun di Gua Kapur Leang, Sulawesi Selatan, penemuan ini berhasil membuyarkan pandangan dunia mengenai lukisan figuratif tertua di Eropa sekitar 40.000 tahun yang lalu.”
“Maka dari itu, saya ingin kalian semua menjadi lulusan Arkeologi yang berpengalaman, ahli di segala bidang dan mampu bekerja sama dengan tim, kalian semua sudah memasuki semester tiga, jadi saya harap kalian akan tetap menambah pengetahuannya.”
“Di setiap musim panas, kita selalu mengunjungi tempat-tempat untuk menelusuri benda-benda antik di masa lampau.”
“Sekian dulu kelas kita hari ini, semoga kalian bisa menemukan benda-benda atau menemukan pelajaran baru di luar dari kampus ini, selamat belajar!”
Dosen bertubuh tinggi dengan jas hitamnya, menggandeng sebuah buku tebal tentang Arkeologi masa lampau. Ia pun meninggalkan ruang kelas tanpa harus menunggu waktu lama.
Nevan beranjak dari tempat duduknya, tetapi tubuhnya malah dibawa oleh beberapa anak buah dari gangster yang pernah menyerangnya. Bellona dan Felix melihat kejadian itu, lantas tak hanya berdiam diri, spontan mengejar mereka menuju lorong ruang kelas di tempat tanpa penghuni lainnya.
“Woi!!” teriak Felix ke arah para anak buahnya.
Nevan masih mengurungkan niatnya untuk menyerang dan hanya berusaha berdiam diri. Matanya seakan mengingat kata-kata terakhir dari Bellona.
Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi. Semua yang saya tulis demi kenyaman si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan kea rah dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.
Follow juga I* @Rossy_stories.
Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.
Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!
“Aku yakin, kamu bisa menahan semua emosi dalam jiwa Gumihomu itu agar tidak menunjukkan emosi tinggi,” ujar Bellona meyakinkannya. Nevan masih terngiang dengan kata-kata terakhir dari sang kekasihnya. Jiwa Gumiho dalam dirinya begitu terbawa emosi jahat, sedangkan ia berusaha menahan untuk melawan roh jahat tersebut. Cho Ye Joon mulai membisikkan sesuatu ke dalam batin Nevan, “Bunuh saja mereka! Mereka bahkan pernah meremehkanmu.” “Jangan ragu-ragu, Bodoh!” Cho Ye Joon semakin merasuki jiwa lemahnya dari Nevan. Namun, rasa sakit itu menahannya saat Felix memekik ke arah mereka. “Woi!!” pekik Felix. “Apa lo?!” ucap salah satu pria songong. “Aku tidak boleh menyakiti mereka, tidak boleh terjadi,” gumamnya dalam hati untuk melawan Cho Ye Joon. Rintihan itu bahkan menusuk jantung Nevan seketika. Para Mahasiswa lainnya malah tidak jadi menindas Nevan secara brutal. Malah berpindah menjadi tatapan bingung kepada perubahan Nevan yang tiba-tiba meringis aneh. “Lho, kenapa Nevan?” tun
Wanita itu terus membuntuti langkah Nevan hingga ke depan ruangan, sedangkan salah satu anggota gangster menghentikan dirinya tepat di sudut dinding.“Woi, ini dia orang aneh tadi?” sebut si anggota geng.“Eh, elu kenapa? Gue mau ke kelas,” kelit Nevan menghindar.Akan tetapi.“Woi!! Elu nyadar nggak?! Nevan ini kemarin hanya kesurupan setan hutan, buktinya dia udah nolongi gue dari cowok nyebelin,” bentak si gadis berambut ikal dengan kuncir kudanya.Ketiga kawanan geng tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh si gadis tentang Nevan yang akhirnya menunjukkan belas kasihnya.“Eh, benerkan yang dibilang dia? Aku nggak bohong kan?” sebut Nevan dengan nada berbeda.Semua orang malah tercenung dengan perubahan Nevan yang kembali dengan wujud aslinya. Namun, ketiga komplotan itu bahkan tidak menyadari bahwa Nevan yang sesungguhnya ada d
Nevan yang masih berdiri dengan sejuta kebingungannya itu, hendak mengeluarkan energi jahat dari dalam tubuhnya. “Nevan, jangan! Elu cuma sebagai bahan umpan,” ungkap Erin meronta-ronta dari genggaman Dio. Nevan yang seakan melihat para temannya hanya mematung bisu. Sementara itu, Bellona dan Felix yang hendak keluar dari gerbang malah dihentikan secara spontan oleh si dosen baru itu. “Ah, hampir saja!” sergah Bellona yang hampir menabrak lagi. Si dosen itu menyipitkan matanya sambil menatap kedua mata Bellona dengan penuh sorotan tajamnya. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti bergerak. “Akhirnya aku menemukan dirimu!” sebut si dosen sambil memegangi tangan Bellona. Mengusap telapak tangan sebelah kirinya hingga mengeluarkan cahaya kekuningan layaknya butir cahaya Gumiho. “Kau akan dilindungi oleh kelereng rubah dan kekuatanku agar bisa menghindari dari serangan tiba-tiba,” lontar si dosen melihat semua tanpa gerakan. Semua pepohonan, manusia, bahkan semua yang terlihat olehnya me
Sore menemani keduanya mengiringi langkah pertama. Nevan yang menunjukkan sisi romantisme pada sang kekasih, akhirnya sebuah kisah kembali terlihat. Nevan meraih tangan Bellona dengan perlahan. Sontak, Bellona terpengah akibat genggaman tangan dari Nevan di antara perjalanan mereka. Masih di sisi taman kampus yang mulai menunjukkan sisi redup dari cahaya Mentari. “Makasih, Bellona,” lirih Nevan di antara langkahnya. Keduanya masih berjalan dengan santai. “Kok bilang makasih?” tanya Bellona khawatir. “Aku sempet nyakitin kamu, pikiranku seakan nggak bisa ngebedainnya,” ujar Nevan merundukkan pandangannya. “Aku bakal nganterin kamu balik,” putus Nevan melirik Bellona yang masih malu-malu. Keduanya berhenti dan saling menatap di pinggir jalanan, dimana matahari hendak pergi dalam hitungan menit. “Hari udah makin malem, sebaiknya kita balik aja yuk!” pungkas Bellona membuyarkan tatapan Nevan. “Hm, oke!” sahut Nevan mengangguk mantap. Suasana kisah cinta mereka mulai terlihat bers
Malam yang menjadi pemburu iblis dan para kejahatan kasat mata terus menyelinap ke tabir-tabir dunia gaib. Wujud Siluman dalam tubuh pemuda tampan itu terus memantau santapan untuk kekuatan barunya.Derap kaki melayang mengudara tanpa jejak kaki yang tertinggal di segala arah. Namun, energi spiritual begitu tenggelam dalam semilirnya angin menerpa.Di ujung bulu-bulu kuduk seakan berdiri tegak dengan aura dingin yang menyengat.Entakan kaki mulai terdengar di ujung daun telinga. Tepat di tengah malam di antara rembulan redup yang bersembunyi di balik awan-awan pelan.Sosok Gumiho tampan menyerupai wujud asli rupanya telah merajalela tubuh Nevan.“Cari sumber kekuatanmu! Cari jantung segar yang masih kuat.”Bisikan dalam jiwanya menghantui pikiran dan tekad. Nevan yang menyerupai sosok makhluk halus dengan cakar panjang lagi membutakan dirinya. Siluman rubah itu telah menjadi isu mitos yang terus menggema.Grrrr!Ger
#Happy readingIkuti terus kisah menariknya. Bellona yang masih mengayun kaki panjangnya terus mengiringi tepi jalanan. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu saja ketika terjadi satu kejanggalan yang ada pada dirinya. Tangannya meraba pakaian dan beberapa dari penampilan yang agak aneh.Memegangi tubuh yang seakan tidak biasa. Matanya seketika menjelengar ke depan jalanan kalau ia masih menggunakan Piyama tidurnya.“Aaaah! Tidaaaak!!” teriak Bellona melengking di tengah jalan.Tanpa busana yang layak, sandal jepit, rambut yang masih diikat agak berantakan. Ia pun hampir melupakan malu yang mengiringi pelarian paginya.“Eh, Neng Bellona mau ke mana aja nih pagi-pagi? Lagi olahraga ya, Neng?” tanya dari salah satu ibu-ibu, dengan menjinjing bungkusan belanjaan.Raut Bellona benar-benar memalukan ketika orang-orang yang tidak biasa melihat dirinya ada pada penampilan rumahan.
Kedua pemuda berpostur tinggi tegap itu saling berhadapan. Akan tetapi, ada perbedaan yang tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh mereka. Seorang pemuda normal dan seorang pemuda berekor sembilan.Felix menatap raut Nevan dengan penuh tanda tanya, pertanyaan yang membuatnya penasaran. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti sejenak diiringi dengan benda-benda yang mematung tanpa sebuah gerakan. Tetumbuhan yang semula bergoyang-goyang, kini berhenti.Hanya sosok Gumiho dari tubuh Nevan yang bisa melihat apa yang terjadi di sekitar penglihatannya.Perintah yang berasal dari aba-aba seorang pria yang berjalan mendekati mereka.Si dosen memunculkan dirinya di hadapan sosok Nevan. Meniup udara ke arah Felix dan menebarkan cahaya ke seluruh orang-orang.“Kau tidak akan bisa lari dari mereka, aku berusaha untuk mencarimu, ternyata kau bersemayam di tubuh pemuda yang serupa denganmu,” ujar si d
Bertemu, ketiganya kini saling bertemu. Dimana Nevan mungkin belum mengetahui dari kecurigaan yang ada pada Felix kepadanya. Namun, tatapan Bellona merendah sekaligus terharu dengan kehadiran sosok Nevan.Dengan langkah pelannya, dia pun menghampiri sosok pria berjiwa Gumiho itu. Memberanikan diri untuk mendekati jiwa jahat yang ada di balik tubuh Nevan. Sang kekasih baru saja kembali dengan baik.Akan tetapi, sebelum itu terjadi situasi yang sangat mengerikan.“Bellona,” sapa Nevan, terheran.Bellona beralih menoleh ke arah belakang punggungnya, sambil melambai tangan ke arah Felix.“Hei, ke sinilah! Aku pengen buktiin kalau Nevan bukan orang jahat,” sebut Bellona.Felix masih saja termangu diam ketika melihat kondisi Bellona yang tampak baik-baik saja, sedangkan Nevan pun tak lagi berbuat onar.Dengan memaksa segala rintangannya kali ini. Felix pun memajukan langkahnya mendekati Bellona dengan raut khawatir b
#Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak
Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu
Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan
Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K
Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di
Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke
Kedua jiwa saling mengobrol, meresapi perasaan mereka masing-masing. Dari hubungan yang pernah terjalin indah dan sempurna. Seakan runtuh, terbuai oleh satu pertanyaan kebimbangan. Wajah itu lebih terlihat menegang. Ketika mulut telah melebar, kini giliran rahangnya mengatup perlahan. Cho Ye Joon meruntuhkan segala pandangan setelah mendengar lontaran kata Nevan. Mungkin, hati lebih sensitif dari sebuah penglihatan. Perasaan sungguh lebih tertekan dengan sangat mendorong keinginan. Raga hanya menampung segala beban kekuatan. Namun, mereka tak lagi melangkah akibat sebuah lara. “Kau benar!” sahut Cho Ye Joon melusuh. “Aku mengerti,” timpal Nevan. “Kau mungkin satu raga denganku. Walau kita berbeda, kurasa kita memiliki tujuan dan kisah yang sama,” lirih Nevan merunduk lesu. “Kim Dae Jung, aku ingin bicara dengannya.” Kepalanya seakan terbawa oleh pemikiran yang jauh. Bah
Tubuh Nevan yang terjengkang di atas lantai jalan tepat di depan gerbang rumah Felix. Kedua temannya hanya menatap keheranan kenapa tubuh sekuat Nevan bisa saja jatuh pingsan. Yang tidak masuk akal terjadi. Keduanya saling menatap. Tanpa harus menunggu lama lagi, Bellona segera meraih lengan Nevan untuk membantu posisi terbaring segera terbawa. Tanpa harus ada tekanan apapun, Felix pun turut membantu. Namun, Bellona merasakan hal aneh yang bereaksi dari dalam tubuhnya. Spontan ia merasakan hal sedemikian rupanya perubahan. Kedua tangannya yang sempat menyentuh lengan Nevan kini runtuh. Terlepas dari lengan Nevan, sehingga tubuh Nevan kembali jatuh. “Aaaargh!” ringisnya dengan ekspresi yang menyakitkan. Felix menatap curiga dari perubahan tubuh Bellona. Keningnya berkerutan mellihat yang baru saja terjadi. “Bel, e lo kenapa?” tanyanya terheran. Be
Nevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah batu giok berwarna hijau tampak biasa, tetapi lebih bersinar dari umumnya. Dalam genggaman Nevan, ia pun menunjukkannya ke depan Felix berada.“Kita cuma butuh nyatuin batu ini sama jam antik itu. Di dalam tempat itu akan memperkuat kekuatan dari dalam batu supaya bisa membuka lorong waktu sekaligus ngeluarin gumiho dari tubuh gue,” ungkap Nevan kepada Felix.Tatapan Felix masih saja memperhatika ke arah batu yang ditunjukkan oleh Nevan. Dia kembali menutupi batu tersebut dengan genggaman tangannya.Sementara Felix mendongakkan wajah menatap rupa dari sahabatnya.“Gue pasti akan bersiap!” tegas Felix meranggul sekali.*** Dari dunia yang berbeda. Dari alam yang menyatukan energi dua elemen yang tidak bisa disatukan. Satu dunia