Beranda / Fantasi / The Nine Tails of Time Traveler / Tanpa harus Mengatakannya.

Share

Tanpa harus Mengatakannya.

Penulis: Rossystories
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

          Nevan yang masih berdiri dengan sejuta kebingungannya itu, hendak mengeluarkan energi jahat dari dalam tubuhnya.

“Nevan, jangan! Elu cuma sebagai bahan umpan,” ungkap Erin meronta-ronta dari genggaman Dio.

Nevan yang seakan melihat para temannya hanya mematung bisu.

Sementara itu, Bellona dan Felix yang hendak keluar dari gerbang malah dihentikan secara spontan oleh si dosen baru itu.

“Ah, hampir saja!” sergah Bellona yang hampir menabrak lagi.

Si dosen itu menyipitkan matanya sambil menatap kedua mata Bellona dengan penuh sorotan tajamnya. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti bergerak.

“Akhirnya aku menemukan dirimu!” sebut si dosen sambil memegangi tangan Bellona.

Mengusap telapak tangan sebelah kirinya hingga mengeluarkan cahaya kekuningan layaknya butir cahaya Gumiho.

“Kau akan dilindungi oleh kelereng rubah dan kekuatanku agar bisa menghindari dari serangan tiba-tiba,” lontar si dosen melihat semua tanpa gerakan.

Semua pepohonan, manusia, bahkan semua yang terlihat olehnya mematung sejenak. Kemudian, kembali menjadi normal setelah si dosen itu pergi dari hadapan mereka berdua.

“Ah!” sergah Bellona terkinjat apa yang sudah terjadi.

“Lho, bukannya tadi ada si dosen itu. Lah, terus dia ke mana?” keluh Bellona mencengang.

“Entah, Bel,” keluh Felix terheran-heran.

Keduanya melenggakkan kepala ke seluruh penglihatan, tetapi tidak ada tanda-tanda si dosen itu terlihat.

“Yuk ah!” pungkas Bellona mengajak Felix.

Setelah hampir menjauh dari kampus. Pandangan mereka akhirnya bertemu pada sosok Nevan, yang hendak menahan emosi di depan para kawanan geng yang berusaha memancing emosi Gumiho dalam dirinya.

“Hah! Itu bukannya si Nevan?!” tunjuk Bellona berlari ke arahnya.

Sekuat ia berlari, akhirnya tiba di samping Nevan yang hendak menunjukkan sisi seram darinya dengan wujud mengerikan. Baru saja mata merah itu hendak memancar lurus ke arah depan.

Namun, Bellona dengan cepat menyentuh lembut pergelangan tangan Nevan agar bisa meredam emosinya. Mata merah dan gigi taringnya pun menghilang secara perlahan tanpa harus ditampakkan kepada kawanan gangster kampus.

“Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Bellona dengan senyuman.

“Eh, Bellona!” teriak Dio ke arahnya.

Akan tetapi, Bellona melirik wajah Dio dengan ketus lalu merampas tangan Nevan untuk dibawa pergi lagi.

“Eh, jangan sandiwara deh lo!” pekik Bellona akhirnya berbalik membawa tubuh Nevan yang hendak membuncah itu.

Dio dan kawan-kawan akhirnya mengalah lalu melepaskan tubuh Erin dengan kasar, hingga tubuh si gadis muda itu terpental lalu menggerutu kesal.

“Dasar cowok brengsek!” bentak Erin lalu berbalik arah.

Ketiga kawanan itu pun hanya mematung diam dengan melengkungkan tangan ke atas pinggang mereka.

“Ah, gagal deh nunjukin ke orang kalau dia mahkluk aneh,” gerutu Dio.

“Kayaknya bener deh, Bro! Kalau Nevan lah yang nyerang si Genji,” sambung Roki meyakinkan.

“Gue juga berpendapat sama. Buktinya dia udah nyerang Hendrik sama Rendi waktu di perkemahan kemarin,” timpal Endi.

“Entar aja! Kita liat aja nanti gimana permainan dia,” geram Dio sambil mengepalkan tangan.

***

          Dari ujung jalanan, Bellona melepaskan perlahan tangan Nevan dari genggamannya. Tepat di tepi taman perkotaan, ketiganya malah berhenti untuk membicarakan sesuatu.

“O, iya, Fel! Elu kalo mau balik nggak apa-apa kok,” resah Bellona.

“Tapi, Bel,” kelit Felix khawatir.

“Udah, nggak akan terjadi apa-apa kok. Tenang aja!” sebut Bellona yakin.

“Oke deh! Aku juga mau nemenin mama aku ke rumah kakaknya. Tapi, yakin kan nggak apa-apa aku tinggalin?” risau Felix.

“Udah, biarin ah!”

Bellona mendorong tubuh Felix agar menjauh dari hadapannya dan Nevan. Melihat Felix yang akhirnya sudah bergegas dari taman itu, Bellona pun mengajak Nevan untuk duduk bersantai di atas kursi panjang tepat di bawah pepohonan.

“Yuk ah kita duduk!” ajak Bellona tenang.

Nevan menuruti kemauan Bellona untuk duduk di dekatnya. Tapi, raut Nevan sedikit khawatir akan dirinya sendiri. Wajahnya merunduk dengan sejuta kata diam.

“Sudah lebih baik?” tanya Bellona santai.

“Entahlah! Aku nggak kuat nahan serangan itu,” keluh Nevan meruntuh.

“Kamu pasti bisa kok,” sebut Bellona melirik.

“Sosok gumiho dalam tubuh aku ini akan mewujudkan kesempurnaannya menjadi manusia sejati. Tapi, aku berusaha untuk melawan emosi yang tanpa aba-aba itu kembali,” rintih Nevan membungkuk.

Bellona menepuk bahunya dimana tangan kirinya telah dimasuki sesuatu oleh si dosen baru itu. Namun, tubuh Nevan seakan merasakan panas hingga ia pun mulai memperlihatkan mata merah dan gigi taringnya.

Yang tiba-tiba ….

Grrr!

Nevan mencoba untuk menerkam wajah Bellona dengan cepat. Tubuhnya terdorong akibat serangan Nevan yang sontak mengagetkan, tetapi ia berhenti ketika menatap raut lemah dari sosok Bellona itu sendiri.

“Wow, kau begitu menakutkan!” keluh Bellona.

“Tapi, matamu sangat menakjubkan!” puji Bellona.

Sontak, ia pun mengendurkan emosinya perlahan, lalu kembali duduk menjadi tenang. Tangan Bellona kembali menyentuh dirinya, hingga mengurangi taring, sampai meredupkan mata merahnya.

“Maafkan aku,” lirih Nevan.

“Hm, sedikit menakutkan! Tapi, aku mencoba untuk tidak merasa takut lagi sekarang,” ujar Bellona menghanyutkan suasana.

“Aku sedang berusaha,” keluh Nevan melirik wajah Bellona malu.

“Biar kita sama-sama membantu kamu buat cari jalan keluarnya,” lanjut Bellona meyakinkannya.

“Terima kasih,” sahut Nevan merunduk.

“Hei!”

Bellona mendorong tubuh Nevan dengan kuatnya, hingga membuat ia terpelangah lebar.

“Kenapa?” sergah Nevan terheran.

“Kamu tahu nggak siapa aku ini sebelumnya?” lontar Bellona merendah.

“Memangnya kenapa?”

Sepertinya sosok Nevan yang sesungguhnya menjadi seorang yang pelupa. Seorang pacar yang berpura-pura atau memang tidak tahu.

“Hmm, apa aku harus mengatakannya padamu? Buatku malu saja,” gerutu Bellona merunduk.

Tiba-tiba, Nevan menyentuh tangan dengan lembut lalu menatap wajah Bellona dari dekatnya. Sontak, Bellona terkesima dengan tatapan anehnya yang sedikit mendekat itu. Nevan yang seakan mendapatkan kabar dari dalam lubuk hati terdalam merespon apa yang diinginkan oleh Bellona.

Bellona yang hanya mematung diam ketika tidak ada satu pun yang berada di taman. Hanya berdua saja, hingga Nevan semakin memberanikan dirinya menatap lalu meraba bibir Bellona.

Mendekat, lalu mendekat. Nevan meraih pipi Bellona lalu menghinggapnya.

Cup!

Nevan melumat bibir Bellona dengan lembutnya, hingga ia terpelangah dengan tingkah dan aksi nakalnya yang begitu berani dan pelan.

Bellona yang akhirnya mendapatkan jawaban itu tanpa harus mengatakannya. Dari gerakan lembut itu menyentuh begitu dalam aroma kerinduan yang memangsa dirinya selama ini.

Hubungan itu telah terlihat bahwa tentang kisah cinta itu begitu berarti. Sentuhan lembut diiringi angin melambai merdu dengan irama romantisme bergaya sensasi berwarna.

Nevan mengendurkan ciumannya, lalu merundukkan pandangan perlahan. Melepaskan tangannya dari kepala Bellona sambil menatap lemah.

“Nevan,” lirih Bellona.

“Tentu saja aku ingat itu!” sebut Nevan dengan segaris senyuman.

“Nevan,” lirih Bellona lagi.

Bellona meraih tubuh Nevan, memeluknya dengan kuat. Ia pun beranjak dari melirik ke arah Nevan yang masih termangau.

“Ayo, kita pulang! Semua sudah lebih baik,” ajak Bellona menarik bibir tipisnya.

Bab terkait

  • The Nine Tails of Time Traveler   Seakan Bersemi Kembali.

    Sore menemani keduanya mengiringi langkah pertama. Nevan yang menunjukkan sisi romantisme pada sang kekasih, akhirnya sebuah kisah kembali terlihat. Nevan meraih tangan Bellona dengan perlahan. Sontak, Bellona terpengah akibat genggaman tangan dari Nevan di antara perjalanan mereka. Masih di sisi taman kampus yang mulai menunjukkan sisi redup dari cahaya Mentari. “Makasih, Bellona,” lirih Nevan di antara langkahnya. Keduanya masih berjalan dengan santai. “Kok bilang makasih?” tanya Bellona khawatir. “Aku sempet nyakitin kamu, pikiranku seakan nggak bisa ngebedainnya,” ujar Nevan merundukkan pandangannya. “Aku bakal nganterin kamu balik,” putus Nevan melirik Bellona yang masih malu-malu. Keduanya berhenti dan saling menatap di pinggir jalanan, dimana matahari hendak pergi dalam hitungan menit. “Hari udah makin malem, sebaiknya kita balik aja yuk!” pungkas Bellona membuyarkan tatapan Nevan. “Hm, oke!” sahut Nevan mengangguk mantap. Suasana kisah cinta mereka mulai terlihat bers

  • The Nine Tails of Time Traveler   Berita pagi yang mengejutkan warga.

    Malam yang menjadi pemburu iblis dan para kejahatan kasat mata terus menyelinap ke tabir-tabir dunia gaib. Wujud Siluman dalam tubuh pemuda tampan itu terus memantau santapan untuk kekuatan barunya.Derap kaki melayang mengudara tanpa jejak kaki yang tertinggal di segala arah. Namun, energi spiritual begitu tenggelam dalam semilirnya angin menerpa.Di ujung bulu-bulu kuduk seakan berdiri tegak dengan aura dingin yang menyengat.Entakan kaki mulai terdengar di ujung daun telinga. Tepat di tengah malam di antara rembulan redup yang bersembunyi di balik awan-awan pelan.Sosok Gumiho tampan menyerupai wujud asli rupanya telah merajalela tubuh Nevan.“Cari sumber kekuatanmu! Cari jantung segar yang masih kuat.”Bisikan dalam jiwanya menghantui pikiran dan tekad. Nevan yang menyerupai sosok makhluk halus dengan cakar panjang lagi membutakan dirinya. Siluman rubah itu telah menjadi isu mitos yang terus menggema.Grrrr!Ger

  • The Nine Tails of Time Traveler   Berita heboh mulai menyebar luas.

    #Happy readingIkuti terus kisah menariknya. Bellona yang masih mengayun kaki panjangnya terus mengiringi tepi jalanan. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu saja ketika terjadi satu kejanggalan yang ada pada dirinya. Tangannya meraba pakaian dan beberapa dari penampilan yang agak aneh.Memegangi tubuh yang seakan tidak biasa. Matanya seketika menjelengar ke depan jalanan kalau ia masih menggunakan Piyama tidurnya.“Aaaah! Tidaaaak!!” teriak Bellona melengking di tengah jalan.Tanpa busana yang layak, sandal jepit, rambut yang masih diikat agak berantakan. Ia pun hampir melupakan malu yang mengiringi pelarian paginya.“Eh, Neng Bellona mau ke mana aja nih pagi-pagi? Lagi olahraga ya, Neng?” tanya dari salah satu ibu-ibu, dengan menjinjing bungkusan belanjaan.Raut Bellona benar-benar memalukan ketika orang-orang yang tidak biasa melihat dirinya ada pada penampilan rumahan.

  • The Nine Tails of Time Traveler   Ulah si penjaga Gumiho.

    Kedua pemuda berpostur tinggi tegap itu saling berhadapan. Akan tetapi, ada perbedaan yang tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh mereka. Seorang pemuda normal dan seorang pemuda berekor sembilan.Felix menatap raut Nevan dengan penuh tanda tanya, pertanyaan yang membuatnya penasaran. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti sejenak diiringi dengan benda-benda yang mematung tanpa sebuah gerakan. Tetumbuhan yang semula bergoyang-goyang, kini berhenti.Hanya sosok Gumiho dari tubuh Nevan yang bisa melihat apa yang terjadi di sekitar penglihatannya.Perintah yang berasal dari aba-aba seorang pria yang berjalan mendekati mereka.Si dosen memunculkan dirinya di hadapan sosok Nevan. Meniup udara ke arah Felix dan menebarkan cahaya ke seluruh orang-orang.“Kau tidak akan bisa lari dari mereka, aku berusaha untuk mencarimu, ternyata kau bersemayam di tubuh pemuda yang serupa denganmu,” ujar si d

  • The Nine Tails of Time Traveler   Serangan berbeda.

    Bertemu, ketiganya kini saling bertemu. Dimana Nevan mungkin belum mengetahui dari kecurigaan yang ada pada Felix kepadanya. Namun, tatapan Bellona merendah sekaligus terharu dengan kehadiran sosok Nevan.Dengan langkah pelannya, dia pun menghampiri sosok pria berjiwa Gumiho itu. Memberanikan diri untuk mendekati jiwa jahat yang ada di balik tubuh Nevan. Sang kekasih baru saja kembali dengan baik.Akan tetapi, sebelum itu terjadi situasi yang sangat mengerikan.“Bellona,” sapa Nevan, terheran.Bellona beralih menoleh ke arah belakang punggungnya, sambil melambai tangan ke arah Felix.“Hei, ke sinilah! Aku pengen buktiin kalau Nevan bukan orang jahat,” sebut Bellona.Felix masih saja termangu diam ketika melihat kondisi Bellona yang tampak baik-baik saja, sedangkan Nevan pun tak lagi berbuat onar.Dengan memaksa segala rintangannya kali ini. Felix pun memajukan langkahnya mendekati Bellona dengan raut khawatir b

  • The Nine Tails of Time Traveler   Ritual Go Joo Woo.

    #Selamat membaca!Suara yang terdengar tampak tidak begitu asing. Dari balik punggung Felix, seorang pria berambut setengah botak mulai memperlihatkan dirinya. Seorang dosen baru itu menatap lurus tubuh Felix yang perlahan berbalik.“O, Pak Dosen,” sapa Felix merundukkan kepala.“Ayo, ikut aku!” ajak si dosen itu.Felix mengerutkan keningnya sambil memperhatikan jalannya si dosen memasuki lorong bangunan perkuliahan. Tanpa harus melirik lagi, si dosen itu pun membukakan pintu ruang laboratorium.Diikuti oleh rasa penasaran Felix, mulai memperhatikan seluruh ruangan yang dipenuhi oleh benda-benda antik dari zaman dulu kala.Dari beberapa kaca-kaca yang menutupi bagian benda kuno itu terpajang rapi tanpa harus berserakan.Si dosen itu pun menghentikan langkahnya tepat di sudut meja pribadinya bekerja. Ia pun segera membalikkan badan lalu menatap Felix yang mengikuti dirinya tanpa adanya basa-basi.“H

  • The Nine Tails of Time Traveler   Tiba di Tempat yang Asing.

    Sebuah perpindahan tubuh pun terjadi dalam waktu yang singkat. Kedua dukun—si pemburu hantu itu pun melayang-layang di antara lorong waktu yang bergelombang. Waktu yang seakan terhempas dari masa dulu menuju masa depan. Gerakan waktu itu seakan berjalan dan berhenti pada tempat yang tidak terduga. Kedua pria itu pun berubah dalam sesaat dalam wujud manusia masa sekarang. Terbaring dalam gubuk tua di atas perbukitan Jawa Barat. Terpental sangat jauh bahkan lebih dari yang dibayangkan. “Hagh!” sergah Go Joo Woo terperanjak dari tidurannya. Kedua pria itu terpelangah lebar ketika mereka tiba di tempat asing lagi aneh ini. “Di mana kita?” tanya Go Joo Woo, mengerutkan kening sembari saling memandang keheranan di samping tubuhnya. Penampilan mereka yang tadinya sangat berkasta, kini hanya tertinggal oleh pakaian model zaman sekarang. Dengan baju kemeja lusuh dengan kolor pendek seperempat kaki. Keduanya mulai saling memperhatikan ke seluruh tubuh mereka sambil meraba wajah. “Apa yang

  • The Nine Tails of Time Traveler   Batu Giok.

    Dosen baru itu masih menatap wajah Bellona dengan sorotan mata tajam. Bellona yang seolah-olah melemparkan tatapan itu seketika curiga. Salah satu dari mereka bergumam, “Kok namanya sama kayak pembina kita waktu ke perkemahan dulu, ya?”Mendengar gumaman tersebut, akhirnya si dosen jelmaan penjaga gumiho tersebut membuyarkan tatapannya. Dalam hatinya berkata, “Wanita ini memiliki aura yang berbeda dari orang lain.”“Baiklah, sekarang kita mulai dari buah batu giok ini.”Panjaga gumiho dalam wujud dosen setengah tua itu memulai mata pelajarannya.“Giokataujadeadalah salah satu dari jenisbatu permataberwarna hijau yang di dalamnya terdiri dari banyakunsurmineralyang telah ditemukan dan digunakan oleh bangsa timur selama beribu-ribu tahun lalu.”¹“Pada saat ini batu giok banyak yang berasal dari daerahTibet

Bab terbaru

  • The Nine Tails of Time Traveler   Akhir semuanya.

    #Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak

  • The Nine Tails of Time Traveler   Petualang usai

    Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu

  • The Nine Tails of Time Traveler   Terperangkap penyerangan.

    Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan

  • The Nine Tails of Time Traveler   Di atas tanah Goryeo.

    Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K

  • The Nine Tails of Time Traveler   Gua Buni Ayu.

    Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di

  • The Nine Tails of Time Traveler   Dua kehebatan buah Lam gaib.

    Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke

  • The Nine Tails of Time Traveler   Ritual pencarian.

    Kedua jiwa saling mengobrol, meresapi perasaan mereka masing-masing. Dari hubungan yang pernah terjalin indah dan sempurna. Seakan runtuh, terbuai oleh satu pertanyaan kebimbangan. Wajah itu lebih terlihat menegang. Ketika mulut telah melebar, kini giliran rahangnya mengatup perlahan. Cho Ye Joon meruntuhkan segala pandangan setelah mendengar lontaran kata Nevan. Mungkin, hati lebih sensitif dari sebuah penglihatan. Perasaan sungguh lebih tertekan dengan sangat mendorong keinginan. Raga hanya menampung segala beban kekuatan. Namun, mereka tak lagi melangkah akibat sebuah lara. “Kau benar!” sahut Cho Ye Joon melusuh. “Aku mengerti,” timpal Nevan. “Kau mungkin satu raga denganku. Walau kita berbeda, kurasa kita memiliki tujuan dan kisah yang sama,” lirih Nevan merunduk lesu. “Kim Dae Jung, aku ingin bicara dengannya.” Kepalanya seakan terbawa oleh pemikiran yang jauh. Bah

  • The Nine Tails of Time Traveler   Transfer racun belati.

    Tubuh Nevan yang terjengkang di atas lantai jalan tepat di depan gerbang rumah Felix. Kedua temannya hanya menatap keheranan kenapa tubuh sekuat Nevan bisa saja jatuh pingsan. Yang tidak masuk akal terjadi. Keduanya saling menatap. Tanpa harus menunggu lama lagi, Bellona segera meraih lengan Nevan untuk membantu posisi terbaring segera terbawa. Tanpa harus ada tekanan apapun, Felix pun turut membantu. Namun, Bellona merasakan hal aneh yang bereaksi dari dalam tubuhnya. Spontan ia merasakan hal sedemikian rupanya perubahan. Kedua tangannya yang sempat menyentuh lengan Nevan kini runtuh. Terlepas dari lengan Nevan, sehingga tubuh Nevan kembali jatuh. “Aaaargh!” ringisnya dengan ekspresi yang menyakitkan. Felix menatap curiga dari perubahan tubuh Bellona. Keningnya berkerutan mellihat yang baru saja terjadi. “Bel, e lo kenapa?” tanyanya terheran. Be

  • The Nine Tails of Time Traveler   Sudah tidak biasa.

    Nevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah batu giok berwarna hijau tampak biasa, tetapi lebih bersinar dari umumnya. Dalam genggaman Nevan, ia pun menunjukkannya ke depan Felix berada.“Kita cuma butuh nyatuin batu ini sama jam antik itu. Di dalam tempat itu akan memperkuat kekuatan dari dalam batu supaya bisa membuka lorong waktu sekaligus ngeluarin gumiho dari tubuh gue,” ungkap Nevan kepada Felix.Tatapan Felix masih saja memperhatika ke arah batu yang ditunjukkan oleh Nevan. Dia kembali menutupi batu tersebut dengan genggaman tangannya.Sementara Felix mendongakkan wajah menatap rupa dari sahabatnya.“Gue pasti akan bersiap!” tegas Felix meranggul sekali.*** Dari dunia yang berbeda. Dari alam yang menyatukan energi dua elemen yang tidak bisa disatukan. Satu dunia

DMCA.com Protection Status