"Mas, kamu nggak punya pembantu?" tanya Vina. Aku melirik ke arahnya. "Pembantu buat apa?" "Ya, pembantu! Buat masak, nyuci baju, beres-beres rumah." "Kan ada kamu. Ada Rani juga. Ngapain pake pembantu?" Buang-buang uang saja pake pembantu segala rupa. "Ih, kok gitu? Enak saja! Idih, masa aku nikah sama bos yang punya toko jadi pembantu. Ogah, Mas! Oooggahhh!" pekiknya terdengar nyaring di telinga. "Katanya cinta? Kalau cinta harus terima dong!" sungutku. Entah, aku jadi merasa sedikit kesal karena ulah Rani tadi. "Cinta sih cinta, Mas! Tapi nggak begini juga kali!" protesnya. "Pokoknya hari ini juga, harus ada pembantu, Mas. Aku nggak mau ya kalau cuci baju send
Read more