Share

Bab 5

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Rani

 

 

(KUBUAT PELAKOR MENDERITA)

 

 

Tega sekali Mas Anton berkata aku mandul. Normal bukan, sebagai perempuan aku merasa sedih dimaki mandul? Memang sudah 4 tahun aku menikah dengan Mas Anton dan belum memiliki keturunan. Tapi bukan berarti aku mandul. Banyak kok di luar sana yang bahkan sudah sepuluh tahun menikah belum dikaruniai anak. Tapi suaminya setia. Memberi semangat pada istrinya. Bukan menikah lagi. Memang tidak ada larangan suami menikah lagi asal mampu berbuat adil. Namun, tidak semua perempuan juga, mau menerima pernikahan kedua suaminya. Hanya perempuan pilihan yang memiliki kelebihan rasa sabar sehingga mampu menerima dengan ikhlas jika suaminya menikah lagi. Bukan perempuan seperti aku yang tidak mau berbagi. Iya, aku tidak mau. Bahkan membayangkan suami mendua pun aku tak mampu. Tapi takdir berkata lain, aku yang sangat menentang, tapi memilikinya. 

 

 

Cukup sudah teman-teman terdekatku kalah dengan suami dan pelakor-nya. Tidak berlaku dalam kehidupanku. Bagiku, siapapun orang itu yang berani mengusik atau menyakiti perasaanku, akan kubalas mereka. Akan kubuat menderita. Pelakor durjanah yang tak punya hati harus dibasmi. Mas Anton dan Vina, kalian telah mengkhianati aku. Maka akan kubalas dengan membuat kalian menderita! Begitu banyak suami temanku yang lebih memilih pelakor dari pada istri dan anaknya. 

 

 

Semua pelakor itu sama, Jika kita berbuat baik dan mengalah, akan semena-mena. Kalau pelakor itu baik, kenapa dia tega merusak kebahagiaan orang lain? Apakah pelakor memang tak punya hati? Aku benci Pelakor …! Aku benci kamu Vina! Dan aku juga benci kamu, Mas Anton! Kamu bukan cuma menyakitiku dengan pengkhianatan kamu, tapi kamu juga telah menghinaku mandul. Akan kubuat kalian menderita baru kutendang keluar dari rumah ini. Aku memang sedih, tapi bukan tipeku untuk memohon Iba pada suamiku. Apalagi mengemis  cintanya. Aku tak mau terlihat lemah di hadapan mereka. Aku harus kuat dan seolah tidak terjadi apa pun pada  diriku. Meskipun ada rasa sakit yang teramat dalam. Tapi aku tidak mau  menunjukannya.

 

 

"Ran, Mbak dikirimi foto mesra, Mas Galang dan perempuan itu. Pernikahan, Mbak diujung tanduk. Mas Galang lebih memilih menceraikan, Mbak. Dan memilih menikahi, Santi."

 

 

"Mbak lelah mengemis. Padahal, Mbak rela kok kalau memang Mas Galang menikah lagi tanpa harus menceraikan, Mbak. Tapi, Santi mau-nya Mas Galang menceraikan, Mbak. Kasihan Ayu. Masih kecil dan membutuhkan kasih sayang Ayahnya." Ah, tiba-tiba aku kembali teringat ucapan Mbak Winda dan wajah sedihnya saat itu. Hingga Sampai saat ini, Mas Galang dan wanita itu masih hidup bersama dan telah memiliki seorang anak perempuan berumur 10 tahun. Sedangkan anak perempuan Mbak Winda berumur 11 tahun. Sesak dada ini saat mengingat kehancuran Kakak-ku. 

 

 

"Rani!" teriak Mas Anton dari luar. Apa lagi sih manusia itu ganggu saja malam-malam. Gedoran pintu masih tak berhenti membuatku harus beranjak untuk membuka-kanya.

 

 

"Apa lagi?" balas-ku setelah membuka pintu. 

 

 

"Aku pinjam kipas angin. Panas di sana! Kamu gila ya? Bahkan obat nyamuk pun tidak ada!" 

 

 

"Disini bukan toko elektronik! Jadi tidak ada kipas angin! Kalau mau kipas angin, beli di toko! Dan, kalau mau obat nyamuk, beli di warung. Kamu masih ingat 'kan? Warung di depan komplek? Tidak lupa Jalan 'kan? Silahkan beli di luar!" ucapku seraya menutup pintu. 

 

 

Brak!

 

Kaget aku ketika mendengar suara pintu kamar ditendang kencang. Ih, bodo amat. Terbesit di kepalaku untuk meminta Mbak Winda dan Ayu tinggal di rumah ini. Toh, antara rumahku dan sekolah Ayu lumayan dekat. Tak ku-buang waktu segera aku meraih ponsel dan menghubungi Kakak-ku.

 

 

"Halo, Mbak apa kabar?" sapaku. 

 

 

"Halo, Ran. Kabar baik. Tumben kamu telepon, Mbak?" 

 

 

"Hem, gini. Jadi aku mengalami kejadian seperti yang, Mbak alami dulu. Dan aku mau, Mbak Winda dan Ayu tinggal di rumahku. Bantu aku, Mbak. Aku mau kasih pelajaran buat perempuan itu. Pengin banget kujadikan babu. Kalau perlu, Ayah dan Ibu diajak ya, Mbak."

 

 

"Kamu serius? Kok bisa? Cerita dong, Ran."

 

 

"Panjang ceritanya, Mbak. Nanti saja setelah, Mbak disini aku ceritain. Kutunggu besok kedatangannya ya, Mbak." 

 

 

"Oke, sip. Mbak juga gemas banget sama perempuan perusak. Kerjain si Anton sama istri barunya, jangan kasih kendor!" ucap Mbak Winda penuh nafsu. 

 

 

"Sip!" jawabku lalu memutuskan sambungan teleponnya.

 

 

Ampun, aku tak sabar membayangkan untuk esok pagi. Ah, akan kubuat hari-harimu seperti neraka, Vina. Memang dasar kamu apes, berani masuk ke dalam kehidupan rumah tanggaku, siap-siap saja kubuat menderita. Entah kenapa, rasanya aku ingin menyiksa Vina, membebeknya menjadi rengginang. Sedang Mas Anton, ingin sekali kujadikan perkedel jagung.

 

 

"Hhhooammm. Ngantuk juga mataku. Lebih baik sekarang tidur, siapkan tenaga untuk menyiksa Vina esok pagi." CK! Tertawa jahat aku ini. Lumayan juga, tenaganya bisa dijadikan babu. Babu geratisan.

 

 

 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

 

 

Krinnnngggggg ….! 

 

 

Alarm pagi berdering. Waktunya aku bangun, mandi lalu berangkat ke toko. Namun, karena hari ini harus menunggu Mbak Winda yang akan datang, sengaja aku berangkat ke toko lebih siang. Toh sudah ada Edi yang memiliki kunci cadangan. Tenggorokan ini terasa haus. Segera bergegas ke dapur untuk mengambil air minum. 

 

 

Mataku membulat sempurna ketika melihat di sofa ruang keluarga, tengah tertidur sepasang manusia tanpa dosa. Membuat darahku berdesir sepagi ini. Astagfirullah, enak banget mereka tidur kekepan begitu. Mungkin sengaja ingin membuatku cemburu? Jangankan cemburu, untuk kembali dengan Mas Anton pun aku enggan. Hanya saja, cerai terlalu cepat itu terlalu mudah untukku. 

 

 

"Kamu itu ligar! Tidak ada laki-laki yang mau dengan perempuan mandul seperti kamu!" 

 

 

Gelegar! Hatiku panas kala mengingat lagi ucapannya yang menyakitkan. Keterlaluan kamu, Mas. Mentang-mentang sudah ada Vina, punya mulut tidak dijaga. Awas kalian berdua. Dengan nafas yang tersengal menahan emosi, aku melanjutkan langkah ke dapur. Kuambil air dingin dan meneguknya. Segar! Lepas itu, kubawa seteko air ke ruang keluarga. 

 

 

Cuuuuuuuurrrrrrrr! 

 

 

Seteko air dingin itu kuguyurkan pada sepasang manusia yang tengah tertidur pulas dalam satu sofa. Biar saja mereka bilang aku kejam. Tak peduli. Yang pasti aku benci Pelakor dan pengkhianat. Cukup sudah sampah masyarakat seperti ini menyakiti hati perempuan lain. Sebenarnya benciku terlebih karena teringat nasib Kakakku saat itu. Kebetulan juga Vina masuk ke dalam rumah tanggaku dan menjadi duri, hingga akhirnya menjadi tempat pelampiasanku. Bukan hanya Vina, Mas Anton pun merasakan imbasnya. Karena mereka adalah pelaku utama penyebab terjadinya permainan ini.

 

 

 

"Bocor! Bocor!" teriak Mas Anton gelagapan. Keduanya langsung bangun dan menatapku garang.

 

 

"Siapa yang suruh kalian tidur disini?" bentakku. "Kalau sofaku rusak bagaimana?! Kalian mau ganti?!"

 

 

"Maaf, Ran. Kami tidak bisa tidur di kamar pembantu. Panas dan banyak nyamuk. Karena kamar itu sangat pengap dan lebih tepat sebagai gudang," jawab Vina lirih.

 

 

"Aku nggak mau tahu ya, pasti sofanya ada bekas Iler kalian! Buang-buang! Aku jijik. Pokoknya, nanti jangan ada lagi sofa bekas kalian. Atau, tidak apa-apa lah, ini tidak usah kalian buang. Jadikan ini sebagai tempat duduk kalian."

 

 

"Tapi ingat! Kalian hanya boleh sentuh sofa ini. Jangan barang-barangku yang lain aku jijik. Hih! Oh ya, kamu Vina, mau membayar sewa kamar, atau jadi pembantu aku? Kebetulan, Kakak-ku dan anaknya mau tinggal di sini. Jadi aku pasti membutuhkan pembantu," tanyaku. Sebenarnya aku jijik kalau barang-barang di rumah ini disentuh oleh mereka. Tak sudi rasanya. Namun, bagaimana lagi? Aku tak ada pilihan karena memang ingin menjadikan Vina Babu. 

 

 

 

"Ya deh, aku mau, Ran. Sampai aku dapat pekerjaan," ucap Vina. Mas Anton menatap ke arahnya. 

 

 

"Keterlaluan banget kamu, Rani! Sudah PIN ATM kamu ganti juga! Sakit jiwa kamu!" bentak Mas Anton.

 

 

"Hey! Setop kamu bilang aku keterlaluan! Karena sadar atau tidak, kamu lah yang keterlaluan, Mas! Ingat itu! Kamu pikir dengan membawa dadakan istrimu itu, Tidak keterlaluan! Hah! Jawab! Dasar brengsek kamu, Mas! Bajing*n! Tahu kamu!" 

 

 

"Untung saja ATM segera ku-blokir, ternyata benar dugaan-ku, kalian pasti akan mengambil uang disana. Kalian kira aku bodoh? Hey, Sayang! Otak kalian salah kalau berpikir aku bodoh!

 

 

"Ingat, ya Mas! Kalian disini numpang. Kalau kalian tidak bisa jaga adab disini, aku punya HAK! Untuk mengusir kalian dari rumah ini. Jadi ingat itu!" tegasku.

 

 

Vina menyenggol siku tangan Mas Anton. Seolah memberi kode. Terbukti karena Mas Anton tidak lagi membantahku. 

 

 

"Karena kamu sekarang menjadi pembantuku, tolong panggil aku, Bu Rani! Jangan panggil, Rani! Itu tidak sopan!" perintah-ku pada Vina.

 

 

"Baik, Bu. Kami ke belakang dulu," ucap Vina manis.

 

 

"Bagus! Sekarang buatkan aku kopi. Aku mau sedang dan janamgan terlalu manis. Kalau sampai salah, aku tidak mau meminumnya," ucapku.

 

 

"Iya, Bu." jawab Vina. 

 

 

Kini aku bisa duduk santai sambil menonton TV dan menunggu kedatangan, Mbak Winda. 

 

 

'Ini baru awal perjalanan. Belum setengahnya, Sayang!' 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 6

    POV Vina(Kopi Sepesial)'Brengsek banget si Rani. Gue kerjain mampus lo. Lah, mau bertingkah kaya apa sebagai nyonyah di rumah ini, aku tak peduli. Aku akan tetap tinggal disini sampai kami dapat-kan hak kami.'"Vina! Cepatan kopinya lelet banget!" teriaknya."Hem, Lo minum nih, kopi campur air liur gue! Bagus gue lo jadiin babu. Gue bisa leluasa kasih racun buat lo.""Vin lagi ngapain?" tanya Mas Anton. Mengagetkan saja."Ini istri pertama-mu minta dibuatin kopi. Aku kerjain saja!" jawabku singkat."Kamu kerjain gimana?" tanyanya."Aku kasih air liur! Ini kopi sudah kecampur sama air ludahku. Habis kesal.""Jangan seperti itu, Vin. Meski begitu dia istriku.""Tapi dia itu sudah tidak menganggap, Mas suaminya! Sudah biarkan saja!" Mas Anton terdiam."Vina! Lama banget sih! Cepetan!" Ya Tuhan, bikin geregetan saja manusia sa

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 7

    POV Rani(Diam-Diam gugat cerai)"Vina! Kamu pergi deh sama suamimu sana! Terserah mau kemana! Kalian 'kan belum sarapan. Cari makan sana! Sama cari pekerjaan apa kek. Aku sumpek lihat muka kalian. Rasanya ingin menghajar habis-habisan!" ucapku. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Mbak Winda. Kalau ada mereka takutnya menguping. Tak lama pria tak tahu diri itu juga muncul. Sepertinya pria itu sudah selesai mandi.Cup!Ah, tiba-tiba saja aku teringat saat Mas Anton memeluk tubuhku dari belakang dan memberikan kecupan manis di tengkuk sebelum pergi ke toko. Biasanya setelah mandi dan bersiap dia melakukan itu.Aku tak menyangka, dia malah mendua. Benci sekali rasanya! Ya Allah, aku masih belum bisa melupakan rasa sakitku. Seseorang

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 8

    POV Winda(Ketemu Mantan Suami)Tidak menyangka. Aku ikut Rani ke tokonya malah ketemu Mas Galang. Entah kenapa, jiwa sombongku muncul begitu saja. Aku ingin menunjukkan padanya, bahwa aku baik-baik saja ditinggal olehnya."Rani, Mbak dan Ayu masuk duluan ya." Rani terlihat bingung. Namun, sepertinya dia juga mengerti kenapa aku tiba-tiba ingin masuk duluan ke toko.Saat sampai di dalam, ternyata Mas Galang sedang memilih sesuatu. Dia datang bersama anak dan istrinya. Kulihat, istri-nya sekarang nampak kumel. Tidak seperti dulu saat menggoda Mas Galang. Penampilannya sangat cantik. Uhu, dulu kan si pelakor itu kerja di tempat malam, dan Mas Galang mengenalnya di sana. Bagaimana ya, reaksi Mas Galang bila melihatku."Ehem! Aku berdehem. Kutatap mantan suami

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 9

    POV WINDA(MANTAN SUAMI MENYESAL)[P][P][Tes][Tes][Tes]Aku bingung, nomor siapa tiba-tiba mengirim pesan tanpa nama. Namun, saat kulihat bagian profil nampak sebuah nama GALW … Aku si berpikir Mas Galang.Senyumku mengembang begitu saja layaknya bunga mawar yang mekar. Jelas senyum dong, ternyata mantan yang menghubungi. Apalagi mantan yang menyakiti. Apakah semua perempuan akan merasa senang kalau tiba-tiba mantan datang? Atau hanya aku yang senang? Hahahaha ….[Assalamualaikum, Wind. Simpan y

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 10

    POV Anton(Rencana Untuk Rani 1)Sialan memang Rani. Makin hari makin kelewatan. Tinggal menerima Vina kok susah banget. Wajar kali aku lelaki punya istri dua. Yang tidak wajar itu perempuan kalau bersuami dua."Mas, dari tadi kita muter-muter di jalanan mau kemana sih tujuannya?" tanya Vina."Ya aku nggak tahu mau kemana. Uang juga nggak ada!" bentakku."Udah aku bilang, kita nikah diam-diam aja. Kamu malah yakin banget kalau, Rani bakal nerima pernikahan kita!" lanjutku kesal."Kok kamu jadi nyalahin aku sih, Mas? Aku nggak mau lah nikah cuma jadi istri simpanan!" sungutnya. Bingung aku, setelah menikahi Vina, rasanya kesialan langsung menimpa.

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 11

    POV Anton(Batal Membunuh)Sudah hampir menjelang subuh hingga kami mulai tertidur di depan gerbang seperti gelandangan, Rani ataupun Winda masih tidak membukakan pintu gerbang. Ya Tuhan, rasanya semakin geregetan dan ingin mencekik lehernya.Vina juga berkali-kali mengeluh. "Bukan kebahagiaan yang aku dapatkan, Mas. Justru terluntang-lanting begini," grutunya seraya menyenderkan kepala di pundakku. Aku juga tidak tega melihatnya seperti ini. Bukan kenyamanan yang mampu aku berikan, melainkan penderitaan. Sungguh, aku tidak pernah menduga kalau akhirnya akan seperti ini, dan Rani berubah seperti itu.***Panas sinar matahari dan silaunya tepat menyorot ke wajah kami. Aku menutup wajahku dengan tangan.

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 12

    (Benih Cinta Itu Muncul Kembali)Malam ini, aku dan Vina langsung masuk ke kamar pembantu dan tak merengek apalagi menawar apapun pada Rani. Seperti obat nyamuk ataupun kipas angin."Mas, tidur saja di kamar kalian. Ini kuncinya." Rani masuk ke kamar pembantu menghampiri kami dengan memakai pakaian jubah tidur khusus wanita yang memperlihatkan belahan dadanya. Sungguh sangat indah dan membuatku tetiba saja memiliki hasrat padanya."Tidak apa-apa, Ran?" tanyaku dengan mata masih terfokus pada penampilannya. Rani tersenyum sambil menggeleng."Tidak apa-apa, Mas. Kalian pindah saja," ucapnya manis. Kenapa aku baru sadar kalau aku memiliki istri yang luar biasa. Rani berjalan anggun menuju ke kamarnya. Entah kenapa, jiwa laki-lakiku kembali bangkit setelah beberapa

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 13

    Malam pun tiba. Seperti rencana, aku hendak gegas ke kamar Rani. Tidak lupa, aku memakai aroma parfum kesukaannya terlebih dahulu. Aku juga menggosok gigi supaya napasku bau mint bukan bau bunga bangkai raksasa alias bunga raflesia.Di depan cermin, aku meliuk-liukkan tubuhku, merapikan rambut cepak yang menunjang penampilanku agar terlihat semakin tampan dan mempesona. Sungguh, aku seperti jatuh cinta lagi. Jatuh cinta pada Rani kali ini begitu mendebarkan hati. Rasanya juga sangat berbeda karena lebih menegangkan seperti genderang mau perang. Ah! Kok aku jadi tidak jelas seperti ini."Mas! Mau kemana kamu? Rapi banget. Wangi lagi." Vina memeluk tubuhku dari belakang. Jarinya kembali bermain di dadaku."Malam ini, aku mau tidur di kamar, Rani!" ucapku seraya melepaskan tangan Vina.

Bab terbaru

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Ending

    POV YUDHASampai di kamar, aku coba untuk kembali menghubungi Cintia. Tak menyerah! Sampai teleponku mendapat jawaban aku terus berusaha menghubunginya."Halo." Tiba-tiba terdengar suara seraknya. Sepertinya dia baru bangun tidur."Halo, kamu dimana? Kenapa bikin aku khawatir?" tanyaku dengan nada suara terdengar panik."Maaf, Mas. Aku hanya ingin menenangkan diri. Aku ada di hotel bersama Afi," jawab Cintia."Hotel mana? Aku jemput yah sekarang. Aku udah dapat rumahnya. Kita pindah. Aku bukan lagi kontrak rumah, tapi aku beli rumah untuk kamu. Untuk kita. Rumah yang sudah lengkap dengan isinya. Pasti kamu suka. Maafin aku ya kemarin sempat marah sama kam

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 61

    Sampai di cafe terdekat, aku langsung mengambil meja paling pojok. Setelah itu pelayan datang menghampiri. Langsung aku pun memesan makanan. "Afi mau pesan apa?""Nasi goreng daging dengan telur ceplok setengah matang, Ma. Sama pesan lemon tea," ucapnya."Mbak pesan itu aja dua. Sedang ya jangan terlalu pedas," ujarku pada Pelayan. Mbak Pelayan itu pun mengangguk dan segera beranjak.Sungguh, dalam keadaan seperti ini, aku kembali teringat dengan Mas Reno. Aku kira hatiku sudah mampu menerima Yudha seutuhnya, tapi ternyata tidak. Laki-laku itu sama sekali belum sepenuhnya memenangkan hatiku. Dan yah, mungkin aku menikahinya karena atas dasar rasa kasihan melihat perjuangannya. Atau aku mau menikah dengannya karena Afi? Afi menganggap Yudha Ayahnya.

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 60

    Pov Rani"Bang aku kok gak bisa tidur ya? Kepikiran nasib Vina," lirihku karena mataku masih terjaga. Bang Roel langsung mengusap rambutku dengan lembut dan mencium pucuk kepalaku."Iya. Abang juga kasihan. Doakan saja yang terbaik. Apa kita coba tengok ke kampung halamannya?""Ide bagus tuh, Bang. Tapi anak-anak kasihan kalau harus dibawa pergi jauh. Pasti mereka kecapekan, Bang," ujarku."Iya juga sih. Besok Abang bicarakan dengan Yudha," ujarnya."Dia lagi malam pertama pasti, Bang.""Abang juga mau malam pertama kita diulang. Boleh?" ijinnya sembari menatap dalam mataku.

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 59

    POV RANIMalam ini seperti biasa kami berkumpul di ruang tamu. Hujan sedari siang tadi masih belum berhenti. Justru semakin deras. Sudah pukul delapan malam Yudha belum juga pulang. Begitupun dengan Dita. Ponsel mereka tidak aktif sama sekali. Kemana mereka pergi.Ting … nong ….!Terdengar suara bel berbunyi. Segera ART kami berlari membukakan pintu. Mungkin Yudha dan Dita."Assalamualaikum!" ucap Dita."Walaikumsalam!" jawab kami serempak. Segera adik Iparku itu berjalan menghampiri kami."Baru pulang?" tanyaku."Ya, Mbak. Tadi aku mampir dulu di restoran makan. Hujannya bikin male

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 58

    POV CINTIA"Jangan melamun, Nak. Apa yang kamu pikirkan? Kenapa seperti hilang konsentrasi?" sapa Ibu mertua saat aku tengah membuat sarapan pagi ini. Aku tersenyum pada mertuaku sambil menggenggam tangannya."Tidak ada, Bu. Setelah berpikir semalaman, memang ada baiknya aku mencoba membuka diri untuk menerima Mas Yudha," ujarku lirih. Tak kusangka ku lontarkan juga kata-kata ini."Alhamdulillah. Memang sebaiknya begitu. Terlebih Afi pun sudah sangat dekat dengan Yudha," ucap Ibu. 'Bukan hanya dekat, Bu. Tapi Afi bilang sosok Ayahnya ada pada Yudha. Aku tidak boleh egois. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat Yudha bisa bersama orang lain, lantas bagaimana dengan Afi. Aku tidak mau itu kembali terjadi."Iya, Bu," ucapku coba tersenyum sambil membawa nasi go

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 57

    POV RANIHari terus berlalu seiring berjalannya waktu. Setelah beberapa bulan ini, sejak bertemu dengan Vina, aku tidak pernah lagi mendengar kabar tentangnya. Terakhir dia mengabari sudah berada di kampung dan sampai saat ini tidak pernah lagi memberi kabar. Nomor yang digunakan untuk menghubungiku juga sudah tidak pernah aktif lagi. Pernah aku coba hubungi untuk menanyakan kabarnya, tapi tidak bisa. Apapun itu, semoga saja keadaan Vina membaik. Diangkat segala penyakitnya supaya bisa menjalani hidup dengan baik.Dalam beberapa bulan ini banyak yang terjadi. Sekarang Damar dan Wulan sudah berusia 7 bulan. Keduanya tumbuh sehat. Mereka sudah bisa mengucapkan kata mama atau papa, juga sudah mulai bisa tengkurap, dan bahkan berguling untuk berpindah dari satu sisi tempat tidur ke sisi lainnya. Pokoknya aku dan Bang Roel benar-benar tidak mau melewati masa lucu

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 56

    POV VINAAku tak menyangka kembali bertemu dengan Rani dalam keadaan yang sangat memprihatinkan seperti ini. Aku malu … sekarang aku sangat lemah. Hari ini kau merasakan sakit luar biasa terutama di bagian alat vitalku. Dapat kurasakan sesuatu mengalir deras seperti perempuan yang tengah mengalami menstruasi. Tapi bukan darah. Melainkan nanah. Apakah ini balasan atas perbuatan yang kulakukan? Bang Roel, dia terus menjauh sambil menutup hidung. Mungkin bau yang ditimbulkan ini memang sangat menyengat?"Mas bagaimana?" tanya Rani."Bagaimana apanya? Tidak mungkin kita yang antar dia ke rumah sakit. Vina sangat kotor. Dan ya, di dalam juga ada anak-anak. Nggak mungkin kita ajak Vina masuk ke mobil. Kamu kasih duit saja biar dia bisa ke rumah

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 55

    POV RANIPagi ini kami sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Ini kali pertama aku masak di tempat mertuaku. Ya, mereka juga mertuaku. Karena merekalah Bang Roel terlahir. Cintia pagi ini terlihat sangat manis dan penuh senyum. Wajahnya yang teduh lagi ayu, membuat kedamaian sendiri bagi orang yang menatapnya."Yudha sama Afi mana?" tanya Bang Roel."Mungkin sebentar lagi turun dari kamar," jawab Cintia. Wanita itu mulai menyusun piring di meja makan."Bagaimana keadaan dia?" tanya Bang Roel."Alhamdulillah baik. Semalam sebelum tidur juga mau menghabiskan susunya. Dibujuk oleh Mas Yudha," ujarnya lembut. Tutur suara perempuan itu terdengar halus lagi menenangkan.

  • DIBUAT BANGKRUT ISTRI   Bab 54

    POV RANITiga minggu berlalu, kami kembali menjalani kehidupan dengan normal. Namun, entah kenapa, aku teringat akan orang tua kandung suamiku. Tersirat di benakku untuk mengajaknya silaturahmi ke tempat mereka. Meski bagaimanapun, mereka tetaplah orang tua kami. Kami tidak boleh menyimpan dendam. Mungkin mereka ingin singgah kesini tapi ada perasaan segan. Tidak ada dendam sih, waktu itu suamiku juga bilang akan tetap menjaga silaturahmi dengan mereka. Mungkin suamiku lupa dengan janjinya. Ah, dia pun juga manusia biasa yang perlu diingatkan. Atau larut pada kebenaran tentang Dion yang telah meninggal dunia. Ya, semenjak dia tahu karyawannya itu meninggal dalam kecelakaan, ia merasa sangat bersalah."Bang, hari ini kita pergi ke rumah Ibu dan Ayah yuk. Kasihan mereka masih dalam suasana berduka. Kita juga t

DMCA.com Protection Status