Kami pun menikmatinya bersama. Saat tengah lahap menyantap hidangan, tiba-tiba pikiranku kembali teringat kondisi keuanganku yang kosong. Aku benar-benar tak punya uang saat ini. Sepeser pun tak ada. Mau pinjam pada Fajrin, malu rasanya. Ya Allah, berilah aku jalan, doaku dalam hati.“Assalaamualaikum!"Lagi, aku mendengar suara Elis di luar rumah. Hampir bersamaan, aku dan Fajrin bangkit dan menunda makan untuk membukakan pintu depan. Benar saja, gadis Cianjur itu berdiri di depan pintu.“Waalaikum salam, Elis,” jawab kami, nyaris berbarengan pula.“Makan, Lis,” Fajrin menawari sambil menunjuk piring yang setengah kosong di tangannya.“Makasih, Mas Fajrin. Alhamdulillah, Elis sudah makan.” Sahut gadis manis itu. Lalu, katanya sambil tersenyum, “Maaf, A Bram. Elis mau nyampein pesen Umi. Kata Umi, malam ini kalau bisa Aa ajarin Asep matematika. Besok Asep ulangan.”Entah kenapa aku sepert
Baca selengkapnya