Entahlah, bagiku hanya Elis seorang tempat yang pantas untukku bermanja saat sedih seperti ini. Hanya Elis yang banyak menemani hariku dengan harapan. Tak heran seandainya di saat seperti ini kutumpahkan apa yang kurasakan hanya pada Elis. "Aa nggak punya sahabat sebaik dia lagi, Lis,” "A Bram nggak boleh bicara begitu,” sanggah gadis itu, lembut, sembari berusaha menahan tangisnya, “kan masih ada Elis, A,”Mendengar itu, aku juga berusaha menghentikan tangisanku. "Ya udah, kalau gitu Elis pulang, ya, A. Kelamaan di sini, bisa-bisa banjir ini kosan.” Kata Elis akhirnya, ketika melihatku sudah lebih tenang. "Makasih sekali lagi kirimannya, Lis,"
Read more