Beranda / Romansa / LOVE FOR CEO / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab LOVE FOR CEO: Bab 61 - Bab 70

86 Bab

Bab 61. Membuat Candu

Tok tok tok  Suara ketukan pintu di kamar Inez, menghentikan lumatan bibir Agam, mengalihkan pandangan keduanya. Yang sedang menikmati kebersamaan di dalam kamar, untuk yang pertama kalinya bersama dengan cumbuan. Sama sama sudah mengganti pakaian pernikahan menjadi pakaian santai. Mengenakan celana pendek selutut dengan warna yang hampir sama dan dipadukan dengan kaos putih duduk di atas ranjang.  Tok tok tok  Suara ketukan pintu kembali terdengar, bersama dengan suara Mama Desi yang memanggil nama Inez mengedikkan dagu Agam. "Buka dulu Yang," suara Agam, menahan hasratnya baru memulai jamahan nya. "Sebentar Ma," teriak Inez, turun dari ranjangnya, mengayunkan langkahnya cepat membuka pintu kamar. "Lho! kok sudah di ganti bajunya?" membulatkan mata Mama Desi
Baca selengkapnya

Bab 62. Gagal! Tidak Bisa!

Musik menggema, bersuara kan merdu penyanyi pria yang sedang berdiri di atas panggung, di iringi band pemusik di dalam ballroom hotel tempat resepsi pernikahan Agam dan juga Alira dilangsungkan. Demi untuk membuai telinga para tamu yang telah hadir, yang sudah terlihat begitu ramai, sedang berjajar panjang guna untuk mengantri ingin memberi selamat kepada kedua mempelai. Yang sedang berdiri tegak di atas pelaminan, di temani masing masing orang tua di sisi kanan dan juga kiri singgasana utama. Tak terkecuali tamu yang sedang menikmati hidangan, tampak semringah, tak ada yang berwajah sendu bersama sama menikmati suasana yang membahagiakan. Tak ada yang menyadari gurat kesedihan yang ada di gurat wajah mempelai, terlebih lagi mempelai Putri. Masih berusaha menahan rasa sakit di daerah kewanitaan mencoba untuk berdiri tegak memberikan senyuman menyembunyikan beban. "Yang, baik baik
Baca selengkapnya

Bab 63. Gagal Lagi

Author mau tanya nih, kalau bab selanjutnya di kunci koin berapa hari dan candy setelahnya bagaimana? boleh?   ***  Malam semakin larut, sudah berada di tengah malam, namun Agam, masih belum bisa memejamkan matanya. Karena hatinya yang gelisah, hingga membuat pikirannya melayang, berpetualang entah kemana. Hanya di penuhi oleh pemikiran negatifnya, mengenai hubungan seksualnya yang tak bisa berjalan lancar. Sedang berbaring di samping istrinya yang sudah terlelap menatap sayang. Sebelum memutuskan untuk beranjak bangun dari tidurnya, sesaat setelah mengecup dalam dahi istrinya meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Hendak mengayunkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi, ingin menghubungi sahabatnya Haikal. Meskipun harus menahan rasa malunya, tapi tak apa, demi untuk mencari kete
Baca selengkapnya

Bab 64. Antara Kebahagiaan Dan Kesedihan

Zzzzzzzzzrrrrrrrrsssssssssss  Zzzzzzzzzrrrrrrrrsssssssssssss    Suara guyuran air shower di malam hari, tepat di pukul sebelas malam, menimpa tubuh polos Agam yang sedang berguyur di bawahnya. Setelah memastikan istrinya tertidur setelah menangis merasa bersalah, kini waktunya untuk dirinya menghilangkan denyutan di kepalanya. Memberi kepuasan kepada dirinya sendiri, berusaha untuk tak kecewa dengan kondisi Inez yang tak bisa melayaninya secara sempurna. Masih memejamkan matanya, sesaat setelah menuntaskan hasratnya. Kembali mengingat kondisi mahkota istrinya yang menolak. Dengan rasa sakit yang begitu sangat menyakiti Inez, hanya bisa menerka sendiri, namun masih belum bisa menemukan jawabannya. 
Baca selengkapnya

Bab 65. Inez Yang Bermasalah?

Waktu semakin bergulir, melewati hari dan juga Minggu. Setelah tiga bulan pernikahan Inez dan Agam. Di lalui keduanya dengan perasaan bahagia dan kecewa. Inez yang merasa bersalah, dan juga Agam yang masih setia dengan kebingungannya. Masih belum bisa membobol pertahanan mahkota istri yang sangat di cintainya, masih merapat sangat kuat, bahkan kuat sekali. Sama sekali tak ingin memberikannya tempat, meskipun hanya sedikit cela untuk senjatanya yang telah bersiap tempur. Lagi lagi harus menuntaskan hasratnya tanpa p*netrasi. Di tambah dengan perasaan tak teganya, akibat rasa sakit yang dirasakan istrinya. Selalu saja membuatnya menyerah, tak ingin memaksakan kehendaknya, dan memaksanya untuk melepaskan keinginannya, dalam mencapai puncak dari rasa yang sungguh sempurna. "Kenapa sih Yang, susah sekali untuk kamu nyaman dan relax?" lirih Agam suatu malam. Masih dengan pemikirannya s
Baca selengkapnya

Bab 66. Menyembunyikan Masalah

"Nez," panggil Mama Ratih, sudah duduk di atas salah satu kursi di meja makan. Menikmati es teler buatannya mengalihkan pandangan Inez yang sedang duduk di sebelahnya. "Kenapa Ma?" tanya Inez, sesaat setelah menelan minumannya. "Mengenai calon cucu Mama? sudah ada tanda tanda belum?" Mempercepat degup jantung Inez, meletakkan spontan sendok yang di pegang nya perlahan. Sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Agam yang terdiam, duduk di seberangnya. "Belum Ma," lirih Inez menundukkan kepala, "Maaf," "Lo, kenapa minta maaf? Mama hanya tanya Nez, belum pun juga nggak papa," sahut Mama Ratih, menegakkan kepala menantunya. "Momongan itu kan rejeki, tergantung sama yang Di Atas, jadi ya nggak papa, nggak perlu minta maaf begitu," Beradu pandang dengan Inez yang terdiam, tak mampu menyembunyikan gurat kesedihannya yang semakin mendalam merasa bersalah. 
Baca selengkapnya

Bab 67. Mencari Solusi

Semilirnya angin di sore hari, membelai dedaunan yang tumbuh dengan begitu suburnya di kediaman rumah Agam. Tepat setelah lima belas menit adzan ashar berkumandang, terlihat Inez, sudah tampak rapi dengan baju casualnya, bersiap untuk berangkat kerumah Dafa. Sedang menyisir rambutnya untuk di kuncir kuda. Sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Agam yang bersuara masuk ke dalam kamar. "Mau kemana?" tanya Agam. "Mau ke rumah Pak Dafa Yang, aku ada janji untuk ngelatih Aga, anaknya Pak Dafa taekwondo," Mengerutkan kening Agam, sama sekali tak mengetahui aktifitas Inez di rumah Dafa melayangkan protesnya. "Kok nggak bilang apa apa ke aku?" "Ah... ya...," jawab Inez, mengusap tengkuknya perlahan, mengulaskan senyum kikuknya. "Aku lupa Yang," Namun tak membuat Agam bersuara, hanya membisu menatapnya diam. 
Baca selengkapnya

Bab 68. Mencintai Segala Bentuk Kekurangan dan Kelebihan

"Inez sakit? sakit apa?" tanya Dafa. Mempercepat degup jantung Agam, menatap tajam Dafa yang mengayunkan langkah mendekatinya. "Inez sakit apa?" "Inez sehat," dingin Agam. "Tapi di telepon tadi," "Bukan urusan kamu! dan saya berharap, kamu bisa tahu sampai mana batasan kamu," segera mengayunkan langkahnya masuk ke dalam ruangan. Meninggalkan Dafa yang terdiam berselimutkan rasa keingintahuan memperhatikan punggungnya hingga hilang dari pandangan. "Sudah selesai?" tanya Agam, mengulaskan senyum di bibirnya mengangsurkan segelas minuman ke depan Inez. Yang baru saja menyelesaikan latihan, mendekatinya. "Sudah," mengambil alih minuman dari tangan suaminya menenggaknya perlahan. "Duduk sini, istirahat," "Sebentar Yang," jawab Inez, membalikkan badannya memanggil Aga yang terlihat
Baca selengkapnya

Bab 69. Kejutan Yang Tak Seindah Ekspetasi

Mentari telah meninggi, tepat di atas kepala terasa begitu terik menunjukkan sinar panasnya. Terlihat Agam dan juga Inez, sudah duduk berseberangan di dalam sebuah kafe bernuansa biru muda. Tampak membisu saling diam, karena Inez, hanya memutar mutar sedotan di gelasnya tak kunjung menyeruput minumannya. Akibat pikirannya yang melayang, berusaha untuk mencerna tiap kata yang di ucapkan Dokter Diana. Lagi lagi, seolah menyalahkannya, mengaggap dirinya yang tak bisa relax dalam menjalani hubungan intim sama seperti perkiraannya sebelumnya. "Untuk gairah Mbak Inez sendiri bagaimana? normal atau?" tanya Dokter Diana menggantung, sewaktu konseling beberapa saat lalu. "Normal Dok, nggak ada masalah dengan gairah saya," jawab Inez. "Saya hanya tidak bisa tahan dengan rasa sakitnya Dok, sakit sekali." Hingga menciptakan seulas senyum tipis di bibir Dokter Diana, menu
Baca selengkapnya

Bab 70. Insecure

Helaan nafas, terdengar beberapa kali dari Agam yang mendengus kesal. Akibat rancangan makan malamnya yang berantakan, tak bisa tertata indah sesuai dengan bayangan yang di milikinya sudah duduk di atas kursi di seberang Inez. Yang menahan senyum, ingin sekali tergelak melihat gurat wajah kesal suaminya mengalihkan pandangan Agam. "Ketawa saja Yang, silahkan," sewot Agam. "Hahahaha," tawa Inez akhirnya tergelak. Di bawah gemerlipnya bintang, di suasana malam dengan hiasan indah tanpa warna kesukaannya. Tapi cukup membuatnya bahagia, merasa tersentuh dengan niat baik suaminya dan meskipun tak sempurna di dalam realitanya. "Terus saja ketawa," "Hahahaha, sudah lah Yang. Nggak usah marah marah," Mencebikkan bibir Agam menggerutu sendiri. "Gimana nggak marah, kamu lihat ini!" menujuk tirai dan juga selimut di meja. "Pink! gila ya si Fahmi! ng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status