All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2311 - Chapter 2320

2578 Chapters

202. Bagian 5

“Aku tak ingin mati... Aku tak mau mati! Aku akan kawin! Pasedayu... Guru... Aku harus menemui Guru...” kata-kata itu keluar dari mulut si nenek. Dia kumpulkan seluruh sisa tenaga yang ada dan berusaha bangkit berdiri. “Sudah    mau mampus masih sempat-sempatnya mengigau!” kata Jin Berpipa Emas lalu tertawa gelak-gelak. Dia sisipkan pipa emasnya ke pinggang. Lalu pindahkan Sendok Pemasung Nasib ke tangan kanan. Begitu Jin Selaksa Angin mencoba berdiri, Jin Berpipa Emas tusukkan sendok emas ke tenggorokan si nenek!Pada saat itulah tiba-tiba menggelegar satu suitan keras. Disusul berkiblatanya sinar putih menyilaukan. Hawa panas tiba-tiba menghampar laksana matahari terik berada satu jengkal di atas kepala.Craaassss!Jin Berpipa Emas keluarkan jeritan setinggi langit. Tubuhnya terlempar dua tombak lalu bergulingan di tanah. Darah membersit ke mana-mana. Di udara tampak melayang dua buah benda. Yang pertama adal
Read more

202. Bagian 6

Bintang mengambil bungkusan daun pisang kedua. Di dalam bungkusan daun pisang ini ditemuinya bubuk hitam. Sesuai ucapan makhluk tanpa ujud tadi Ksatria Pengembara tebarkan bubuk itu pada kening, kepala bagian belakang serta dada Jin Selaksa Angin yang cidera berat akibat keganasan kakek bernama Jin Berpipa Emas yang kini telah melarikan diri. Dengan ujung jubah kuning yang dikenakan si nenek Bintang bersihkan noda-noda darah di muka dan kepala Jin Selaksa Angin.Sambil menunggu apa yang bakal terjadi dengan si nenek, Ksatria Pengembara perhatikan seputar ruangan goa berbentuk empat persegi itu. Beberapa kali dia mendongak memperhatikan langit-langit goa berbentuk kerucut. Pada ujung kerucut dia melihat satu titik putih, bersinar seperti permata.“Goa aneh. Udara di sini terasa sejuk. Apakah ini tempat kediaman nenek tukang kentut ini? Sombong amat dia punya goa sebagus ini!” kata Bintang dalam hati. Tiba-tiba dilihatnya sosok si nenek menggeliat. Lalu ada s
Read more

202. Bagian 7

“Muridku! Dewa telah memberikan kesembuhan padamu! Ingatanmu telah pulih kembali! Hai! Bagaimana keajaiban ini bisa terjadi?! Muridku, aku akan mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Aku ingin membuktikan bahwa kesembuhan benar-benar telah kau alami!”“Aku tidak mengeri Guru...” ujar si nenek. Dia berpaling pada Bintang dan bertanya. “Kau mengerti?” Ksatria Pengembara gelengkan kepala.“Muridku, aku pernah menuturkan padamu perihal riwayat pertama kali aku menemui dirimu. Aku akan mengulanginya kembali. Kau kutemukan pertama kali tergeletak pingsan di muara sungai Pahulupanjang. Menurut kabar yang aku sirap pada masa itu, di sebelah utara telah terjadi malapetaka air bah besar. Mungkin sekali kau salah satu korban yang dihanyutkan banjir tetapi selamat tak sampai menemui ajal. Apakah kini penuturanku itu bisa mengingatkanmu pada apa yang sebenarnya telah kau alami puluhan tahun silam?”Sepasang mata kuning Jin Selaks
Read more

202. Bagian 8

Saat itu goa dipenuhi suara tawa Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. “Anak muda, bicara soal jodoh bukan berarti selalu menyangkut perkawinan. Ketika aku melihat Pedang yang kau pergunakan untuk menolong Ruhpingitan, aku segera maklum kalau inti ilmu kepandaian dan kesaktian yang kumiliki sebenarnya bersumber sama dengan senjata yang kau punyai itu. Aku tak bisa menjelaskan dan bagimu mungkin tak masuk akal. Tapi melihat bagaimana titik putih di ujung kerucut bersatu dengan cahaya senjatamu lalu memecah menjadi empat, itulah satu pertanda bahwa nenek moyang kita berasal dari rumpun yang sama...”“Aku tidak mengerti...” kata Bintang.“Kau tak perlu mengerti,” jawab makhluk tanpa ujud. “Aku sudah mewariskan banyak ilmu kepandaianku pada Ruhpingitan. Aku bermaksud meneruskannya padamu Hai anak muda. Kau akan menerima semua ilmuku dari Ruhpingitan...”“Aku tak berani menerima. Aku tidak punya maksud...”Si
Read more

202. Bagian 9

KSATRIA PENGEMBARA memandang seputar telaga lalu berpaling pada nenek muka kuning di sampingnya yang tegak setengah termenung dan unjukkan wajah muram."Nek, kau yakin memang di sini Jin Terjungkir Langit berada sebelumnya?"Si nenek muka kuning yang bukan lain adalah Jin Selaksa Angin Alias Jin Selaksa Kentut dan bernama asli Ruhpingitan tidak segera menjawab. Sepasang matanya yang kuning menyapu seantero telaga. Sambil pandangi air telaga yang bening kebiruan dari mulutnya keluar suara mendesah."Pasedayu... Pasedayu, dimana kau...? "Nenek ini kemudian berpaling pada Ksatria Pengembara. "Aku tidak keliru. Walau dulu otakku mungkin tidak karuan tapi aku yakin. Di tempat ini Pasedayu dan Si Jin Budiman berada sebelumnya. Kau lihat saja, di sebelah situ masih ada bekas-bekas kayu perapian. Lalu di seberang sana..." Si nenek menunjuk ke arah seberang telaga. "Itu pohon rimbun tempat aku mendekam bersembunyi mendengarkan pembicaraan mereka. Di situ aku mend
Read more

202. Bagian 10

"Lupakan hal itu Nek. Bukankah aku sudah mendapatkan llmu Empat Penjuru Angin Menebar Suara dari gurumu? Itu sudah lebih dari cukup.""Tidak bisa. Aku harus mengikuti Perintahnya. llmu yang dari dia ya dari dia. Yang dari aku ya dari aku!" kata Ruhpingitan alias Jin Selaksa Angin. Agar Bintang tidak bergerak dia sengaja cekal tangan pemuda itu. "Dengar, aku punya beberapa ilmu kepandaian. Pertama llmu Menahan Darah Memindah Jazad. Kau sudah pernah menyaksikan kehebatannya. Dengan ilmu itu kau bisa memindahkan lalu mengembalikan kemana saja setiap bagian  tubuh orang yang jahat terhadapmu.       ""Itu ilmu hebat luar biasa Nek. Tapi aku ngeri!" kata Bintang lalu memperagakan dirinya seperti orang menggigil ketakutan. "Aku tidak berminat memilikinya. Lagi pula bukankah sudah kukatakan kau tak perlu memberikan ilmu apapun padaku?""Kalau kau tak suka ilmu itu aku masih punya ilmu pukulan, disebut Tombak Kuning Pengantar Mayat" Ha
Read more

202. Bagian 11

"Hemmm, jadi kau tidak mencintainya? Jangan kau berani dusta anak muda! Aku melihat dari air muka serta pancaran matamu! Kau mencintai gadis itu!""Dengar Nek, sebagai lelaki waras aku memang tertarik pada Ruhcinta. Tapi bukan aku saja. Kurasa semua pemuda di Negeri Jin menyukai gadis itu. Tapi...""Tapi yang dicintainya cuma kau seorang! Apa kau mau berkilah""Soal dia mencintaiku mana tahu Nek""Kau tolol atau pura-pura dungu? Hik... hik... hik! Saat ini aku tahu bagaimana perasaanmu. Kau hendak keluar dari balik semak belukar ini, ingin menemui gadis itu! Aku dapat membaca isi hatimu di mukamu yang toiol! Hik... hik.hik!"Di atas batu Ruhcinta masih tampak duduk sambii pandangi air telaga yang kini seolah disepuh kuning akibat siraman cahaya sang surya yang hendak tenggelam. Tiba-tiba gadis itu melangkah ke sederetan batu-batu setinggi pinggang di arah timur tepian telaga. Di sini dia memandang ke langit, lalu memperhatikan berkeliling. Merasa y
Read more

202. Bagian 12

Sebaliknya Jin Selaksa Angin juga terkejut ketika belum lagi dia melepas pukulan maut orang berjubah hitam ternyata sudah mengetahui ilmu kesaktiannya itu. Untuk sekejapan gerakan dua tangannya hendak menghantam jadi tertahan. Walau sesaat namun kesempatan ini dipergunakan oleh orang berjubah hitam untuk dorongkan dua tangannya kedepan. Dua larik gelombang angin menderu. Sosok nenek muka kuning terhuyung-huyung. Sambil imbangi diri dan kuatkan kuda-kuda kakinya Jin Selaksa Angin pukulkan dua tangannya. Sepuluh kuku si nenek pancarkan sinar kuning, menderu menggidikkan ke arah lawan. Namun orang berjubah hitam dengan kecepatan luar biasa masih sempat berkelebat selamatkan diri. Sepuluh larik sinar kuning melabrak deretan batu-batu besar di tepi telaga. Akibatnya batu-batu itu hancur berantakan, bertabur di udara yang dingin dan berbau setanggi!"Kurang ajar! Siapa adanya jahanam itu! Aku rasa-rasa bisa menduga! Hanya sedikit orang yang tahu ilmu pukulan yang hendak kulepaskan.
Read more

202. Bagian 13

"Perlu apa menyusahkan diri? Bukankah lebih baik bagimu menemani istri sendiri.?" Wajah Ksatria Pengembara kembali memucat. Nenek muka kuning kerenyitkan wajahnya. "Ruhcinta, kau ini bicara apa? Apa maksudmu dengan semua ucapan itu. Memangnya pemuda ini sudah kawin? Kawin dengan siapa. ? Kawin di Negeri Jin ini?""Tanyakan sendiri padanya!" sahut Ruhcinta lalu membuang muka, memandang ke arah telaga."Butt prett!""Gila! Kentutku sampai terpancar mendengar semua pembicaraan kalian! Bintang, aku tak pernah tahu. Memangnya benar kau sudah kawin? Dengan siapa?""Nek... aku... aku tak bisa menjelaskan..." "Aku tidak suka orang berdusta! Antara kita saat ini sudah terjalin hubungan sangat erat Bintang. Ingat hal itu baik-baik. Aku tidak perduli kau  sudah kawin dan dengan siapa. Aku hanya ingin tahu apa yang dikatakan gadis ini benar?""Benar dan tidak Nek," jawab Bintang. "Hai! Sialan amat jawabanmu!""Memang sialan Nek. Aku me
Read more

202. Bagian 14

Perlahan-lahan Si Jin Budiman bangkt berdiri. Belum sempat dia melangkah ke pintu goa tiba-tiba menggelegar suara bentakan."Orang di dalam goa! Lekas keluar! Kembalikan benda yang kau curi dariku! Atau kau akan kukubur hidup-hidup di dalam goa itu!"Si Jin Budiman tersentak kaget Kejutnya bukan alang kepalang. Dia mengenali suara itu."Ruhcinta," desisnya. Bagaimana dia tahu aku berada di dalam goa ini! Celaka! Tapi mungkin ini satu jalan pintas yang lebih baik. Namun aku harus mengambil sikap waspada hati-hati. Dalam keadaan seperti ini dimana dia penuh salah sangka terhadapku bukan mustahil dia langsung menghantam begitu melihatku!"Dengan kakinya Si Jin Budiman matikan nyala api unggun di mulut goa. Begitu keadaan gelap dengan cepat dia melesat keluar. Di luar goa dia langsung berhadapan dengan Ruhcinta. Dan ternyata gadis ini tidak sendirian. Satu langkah dibelakangnya berjejer tiga sosok. Walaupun gelap namun Si Jin Budiman masih mengenali. Tiga ora
Read more
PREV
1
...
230231232233234
...
258
DMCA.com Protection Status