Saat itu goa dipenuhi suara tawa Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. “Anak muda, bicara soal jodoh bukan berarti selalu menyangkut perkawinan. Ketika aku melihat Pedang yang kau pergunakan untuk menolong Ruhpingitan, aku segera maklum kalau inti ilmu kepandaian dan kesaktian yang kumiliki sebenarnya bersumber sama dengan senjata yang kau punyai itu. Aku tak bisa menjelaskan dan bagimu mungkin tak masuk akal. Tapi melihat bagaimana titik putih di ujung kerucut bersatu dengan cahaya senjatamu lalu memecah menjadi empat, itulah satu pertanda bahwa nenek moyang kita berasal dari rumpun yang sama...”
“Aku tidak mengerti...” kata Bintang.
“Kau tak perlu mengerti,” jawab makhluk tanpa ujud. “Aku sudah mewariskan banyak ilmu kepandaianku pada Ruhpingitan. Aku bermaksud meneruskannya padamu Hai anak muda. Kau akan menerima semua ilmuku dari Ruhpingitan...”
“Aku tak berani menerima. Aku tidak punya maksud...”
Si
KSATRIA PENGEMBARA memandang seputar telaga lalu berpaling pada nenek muka kuning di sampingnya yang tegak setengah termenung dan unjukkan wajah muram."Nek, kau yakin memang di sini Jin Terjungkir Langit berada sebelumnya?"Si nenek muka kuning yang bukan lain adalah Jin Selaksa Angin Alias Jin Selaksa Kentut dan bernama asli Ruhpingitan tidak segera menjawab. Sepasang matanya yang kuning menyapu seantero telaga. Sambil pandangi air telaga yang bening kebiruan dari mulutnya keluar suara mendesah."Pasedayu... Pasedayu, dimana kau...? "Nenek ini kemudian berpaling pada Ksatria Pengembara. "Aku tidak keliru. Walau dulu otakku mungkin tidak karuan tapi aku yakin. Di tempat ini Pasedayu dan Si Jin Budiman berada sebelumnya. Kau lihat saja, di sebelah situ masih ada bekas-bekas kayu perapian. Lalu di seberang sana..." Si nenek menunjuk ke arah seberang telaga. "Itu pohon rimbun tempat aku mendekam bersembunyi mendengarkan pembicaraan mereka. Di situ aku mend
"Lupakan hal itu Nek. Bukankah aku sudah mendapatkan llmu Empat Penjuru Angin Menebar Suara dari gurumu? Itu sudah lebih dari cukup.""Tidak bisa. Aku harus mengikuti Perintahnya. llmu yang dari dia ya dari dia. Yang dari aku ya dari aku!" kata Ruhpingitan alias Jin Selaksa Angin. Agar Bintang tidak bergerak dia sengaja cekal tangan pemuda itu. "Dengar, aku punya beberapa ilmu kepandaian. Pertama llmu Menahan Darah Memindah Jazad. Kau sudah pernah menyaksikan kehebatannya. Dengan ilmu itu kau bisa memindahkan lalu mengembalikan kemana saja setiap bagian tubuh orang yang jahat terhadapmu. ""Itu ilmu hebat luar biasa Nek. Tapi aku ngeri!" kata Bintang lalu memperagakan dirinya seperti orang menggigil ketakutan. "Aku tidak berminat memilikinya. Lagi pula bukankah sudah kukatakan kau tak perlu memberikan ilmu apapun padaku?""Kalau kau tak suka ilmu itu aku masih punya ilmu pukulan, disebut Tombak Kuning Pengantar Mayat" Ha
"Hemmm, jadi kau tidak mencintainya? Jangan kau berani dusta anak muda! Aku melihat dari air muka serta pancaran matamu! Kau mencintai gadis itu!""Dengar Nek, sebagai lelaki waras aku memang tertarik pada Ruhcinta. Tapi bukan aku saja. Kurasa semua pemuda di Negeri Jin menyukai gadis itu. Tapi...""Tapi yang dicintainya cuma kau seorang! Apa kau mau berkilah""Soal dia mencintaiku mana tahu Nek""Kau tolol atau pura-pura dungu? Hik... hik... hik! Saat ini aku tahu bagaimana perasaanmu. Kau hendak keluar dari balik semak belukar ini, ingin menemui gadis itu! Aku dapat membaca isi hatimu di mukamu yang toiol! Hik... hik.hik!"Di atas batu Ruhcinta masih tampak duduk sambii pandangi air telaga yang kini seolah disepuh kuning akibat siraman cahaya sang surya yang hendak tenggelam. Tiba-tiba gadis itu melangkah ke sederetan batu-batu setinggi pinggang di arah timur tepian telaga. Di sini dia memandang ke langit, lalu memperhatikan berkeliling. Merasa y
Sebaliknya Jin Selaksa Angin juga terkejut ketika belum lagi dia melepas pukulan maut orang berjubah hitam ternyata sudah mengetahui ilmu kesaktiannya itu. Untuk sekejapan gerakan dua tangannya hendak menghantam jadi tertahan. Walau sesaat namun kesempatan ini dipergunakan oleh orang berjubah hitam untuk dorongkan dua tangannya kedepan. Dua larik gelombang angin menderu. Sosok nenek muka kuning terhuyung-huyung. Sambil imbangi diri dan kuatkan kuda-kuda kakinya Jin Selaksa Angin pukulkan dua tangannya. Sepuluh kuku si nenek pancarkan sinar kuning, menderu menggidikkan ke arah lawan. Namun orang berjubah hitam dengan kecepatan luar biasa masih sempat berkelebat selamatkan diri. Sepuluh larik sinar kuning melabrak deretan batu-batu besar di tepi telaga. Akibatnya batu-batu itu hancur berantakan, bertabur di udara yang dingin dan berbau setanggi!"Kurang ajar! Siapa adanya jahanam itu! Aku rasa-rasa bisa menduga! Hanya sedikit orang yang tahu ilmu pukulan yang hendak kulepaskan.
"Perlu apa menyusahkan diri? Bukankah lebih baik bagimu menemani istri sendiri.?" Wajah Ksatria Pengembara kembali memucat. Nenek muka kuning kerenyitkan wajahnya. "Ruhcinta, kau ini bicara apa? Apa maksudmu dengan semua ucapan itu. Memangnya pemuda ini sudah kawin? Kawin dengan siapa. ? Kawin di Negeri Jin ini?""Tanyakan sendiri padanya!" sahut Ruhcinta lalu membuang muka, memandang ke arah telaga."Butt prett!""Gila! Kentutku sampai terpancar mendengar semua pembicaraan kalian! Bintang, aku tak pernah tahu. Memangnya benar kau sudah kawin? Dengan siapa?""Nek... aku... aku tak bisa menjelaskan...""Aku tidak suka orang berdusta! Antara kita saat ini sudah terjalin hubungan sangat erat Bintang. Ingat hal itu baik-baik. Aku tidak perduli kau sudah kawin dan dengan siapa. Aku hanya ingin tahu apa yang dikatakan gadis ini benar?""Benar dan tidak Nek," jawab Bintang. "Hai! Sialan amat jawabanmu!""Memang sialan Nek. Aku me
Perlahan-lahan Si Jin Budiman bangkt berdiri. Belum sempat dia melangkah ke pintu goa tiba-tiba menggelegar suara bentakan."Orang di dalam goa! Lekas keluar! Kembalikan benda yang kau curi dariku! Atau kau akan kukubur hidup-hidup di dalam goa itu!"Si Jin Budiman tersentak kaget Kejutnya bukan alang kepalang. Dia mengenali suara itu."Ruhcinta," desisnya. Bagaimana dia tahu aku berada di dalam goa ini! Celaka! Tapi mungkin ini satu jalan pintas yang lebih baik. Namun aku harus mengambil sikap waspada hati-hati. Dalam keadaan seperti ini dimana dia penuh salah sangka terhadapku bukan mustahil dia langsung menghantam begitu melihatku!"Dengan kakinya Si Jin Budiman matikan nyala api unggun di mulut goa. Begitu keadaan gelap dengan cepat dia melesat keluar. Di luar goa dia langsung berhadapan dengan Ruhcinta. Dan ternyata gadis ini tidak sendirian. Satu langkah dibelakangnya berjejer tiga sosok. Walaupun gelap namun Si Jin Budiman masih mengenali. Tiga ora
"Kakek jahanam! Kau tidak habis-habisnya mencelakai kami!" teriak Bayu. Dia bangkit termiring-miring sambil bersandar ke sebatang pohon."Dasar kurang ajar! Kau yang akan kubunuh lebih dulu! Aku tidak perduli siapapun kau adanya!""Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" tiba-tiba Ruhcinta menegur. "Kau adalah tokoh yang dituakan, tempat semua bertanya dan meminta pertolongan. Mengapa kau menyerang orang-orang ini secara ganas. Pertanda jeias kau ingin membunuh mereka!""Kau tidak tahu siapa mereka! Kau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan terhadapku! Jadi harap kau jangan campuri urusan kami!" bentak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab."Hai, apakah tidak ada lagi kasih di Negeri Jin ini? Hingga sesama makhluk hanya menginginkan kematian?!"Seperti diketahui sebenarya baik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab maupun Pawungu sama-sama merasa jerih terhadap Bayu. Namun saat itu karena dia telah berhasil menghantam lebih dulu, si kakek merasa dia akan sanggup m
"Roh Rajawali Emas Langit Ke Tujuh, aku senang kau mematuhi Perintahku. Kembali ke tempat asalmu. Aku akan segera meninggalkan tempat ini."Roh Rajawali Emas kedipkan dua matanya lalu merunduk. Setelah itu perlahan-lahan ujudnya mengecil dan masuk lenyap ke dalam dada Bayu!Arya, Betina Bercula dan Ruhcinta melompat mendekati Bayu yang saat itu masih tegak terbingung-bingung.“Dasar geblek!" kata Arya. "Aku tak menyangka kalau kau punya ilmu kesaktian yang bisa mengeluarkan Roh Rajawali Emas dari dalam tubuhmu. Tapi apa benar itu Roh Rajawali Emas atau penjelmaan anumu yang bisa berubah menjadi besar...?"Hik... hik... hik." Si Betina Bercula tertawa cekikikan. "Kalau benar anu Bayu yang berubah besar, aku jadi ingin memeriksa ke balik celananya!"Mendengar kata-kata Betina Bercula Bayu langsung menjauh. Karena soal memeriksa bahkan meraba barang terlarang itu sudah merupakan hal biasa bagi Betina Bercula yang memang punya kelainan."B