Home / Pendekar / Ksatria Pengembara Season 2 / Chapter 2231 - Chapter 2240

All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2231 - Chapter 2240

2578 Chapters

198. Bagian 11

Sosok berjubah hitam Jin Santet Laknat serta merta berhenti melangkah dan berbalik begitu ada suara menegur di belakangnya. "Dari pada jauh-jauh dan susah-susah pergi ke Gunung Patinggimeru untuk membuang Pedang itu, lebih baik serahkan saja padaku!" Lalu menyusul suara lain berucap. "Pemiliknya dicintai tapi barangnya mau dibuang! Hik... hik... hik! Lucu juga nenek peot satu ini!" Dua mata Jin Santet Laknat yang tak memiliki alis, menyembul berputar. Di hadapannya berdiri seorang nenek bermuka kuning, seorang pemuda yang daun telinga sebelah kanannya terbalik aneh, lalu seorang pemuda berambut kaku tegak, berpakaian serba hitam. "Mereka mampu mengikutiku tanpa mengeluarkan suara. Mereka pasti memiliki kepandaian tinggi. Tapi si Muka kuning ini agaknya harus aku awasi..." membatin Jin Santet Laknat. Setelah pandangi ke tiga orang itu sesaat Jin Santet Laknat lantas berkata. "Sebelumnya kalian bertiga kulihat di pinggir Rimba Alas Diam Salawasan. Tahu-tahu berada disini. Sikap kali
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

198. Bagian 12

Jin Selaksa Kentut menyeringai. Setelah kentut dulu but... pret, baru dia menjawab. "Aku setuju! Pedang Itu kau serahkan dulu padaku. Sendok akan kuberikan padamu kemudian!" "Mana bisa begitu...!" tukas Jin Santet Laknat. "Berikan sendok emas itu padaku, baru aku akan menyerahkan Pedang ini padamu!" "Sendok emas itu tidak ada sangkut paut langsung Denganmu. Pedang yang kau curi itu ada sangkut Paut dengan dua kerabatku Ini! Kau mau memberikan atau tidak?!’' “Hai! Jika kau keliwat memaksa mengapa tidak? Kau boleh ambil Pedang ini! Nanti sendok emas itu akan Kuambil dari sosokmu yang sudah jadi bangkai!" Habis berkata begitu Jin Santet Laknat yang sudah hilang kesabarannya lalu membabatkan Pedang Pilar Bumi kearah nenek muka kuning. Cahaya putih menyilaukan berkiblat dan hawa sangat panas menghampar seolah memanggang tubuh. Karena serangan itu dilancarkan pada nenek muka kuning maka sambaran angin panas dan cahaya menyilaukan dengan sendirinya menghantam ke arahnya. Mata Pedang memba
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

198. Bagian 13

SINENEK muka gagak hitam hantamkan Pedang Pilar Bumi menyongsong serangan lawan. Maksudnya dia hendak membabat dua tangan yang menggasak ke arahnya. Tapi angin yang keluar menyambar dari tubuh kepompong membuat dia tertekan hebat hingga terjajar sempoyongan ke belakang sampai beberapa langkah. Selagi dia bertahan mengimbangi diri dua tangan panjang makhluk kepompong menyambar ganas. Satu ke arah kepala, satu lagi seperti hendak menjebol perutnya! Jin Santet laknat keluarkan pekik keras. Dia cepat bentengi dirinya dengan memutar Pedang sakti di tangan kiri. Sesaat dia bisa membendung serangan dua tangan makhluk kepompong. Namun ketika makhluk kepompong ini keluarkan suara panjang, tubuhnya seperti membal terus berputar mendekati lawan. Gerakan dua tangannya berubah aneh. Serangannya datang bertubi tubi laksana curahan hujan. Menyambar dan menyelinap di antara sambaran cahaya Pedang sakti, mencari sasaran di kepala atau bagian tubuh yang mematikan! Lama lama Jin Santet Laknat mulai ter
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

198. Bagian 14

"Dukun jahat jahanam! Ilmu hitamnya benar-benar tinggi! Akan kuhajar dia sampai tahu rasa dan tahu dln!" Ucapan itu keluar dari dalam kepompong utama yang tampak mengepulkan asap coklat. Di lain kejap sosok kepompong raksasa itu berubah lenyap dan serata perlahan berganti kembali menjadi sosok asli Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin. Perubahan ini dimulai dan bagian kepala lebih dulu, lalu bergerak turun ke bawah. Begitu sosoknya mulai berubah kentutnya sudah terdengar. Butt. Prolt! Belum keseluruhan sosok Jin Selaksa Angin kembali ke ujudnya semula tiba-tiba Jin Santet Laknat angkat kaki kirinya ke atas. Kemudian tumitnya dihunjamkan k e tanah! “Rrreettt. !” Tanah di depan Jin Santet Laknat mendadak Sontak bergerak menjalar terbelah selebar dua langkah mengejar ke arah tiga kepompong dan Jin Selaksa Angin yang tengah berubah ujud! Tiga kepompong coklat melesat ke atas selamat kan diri tapi tertambat. Tanah yang terbelah lebih dulu menyedot dan menelan mereka dan Rrrttt! Tiga kepo
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

198. Bagian 15

"Ruhkentut! Pukulan Salju Putih Patinggimeru memang bisa mengakhiri semua kemelut ini! Tapi jangan serakah! Aku lebih berhak atas nyawa Jin Santet Laknat!" Satu suara lantang disertai berkelebatnya bayangan berwarna ungu membuat terkejut semua orang yang ada di tempat itu. Terutama Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin dan Jin Santet Laknat. Jin Selaksa Angin menggeram. Dua matanya pancarkan sinar kuning berkilat. "Makhluk kurang ajar dari mana dia mengenali dan berani menyebut pukulan yang hendak kulepaskan?!" Bayu pegang lengan Arya di sebelahnya. "Arya, aku ingat betul. Kakek berpakaian ungu itu! Bukankah dia yang dulu pernah kita temui dan memberikan sendok emas pada Maithatarun?" "Memang dia," menyahuti Arya. "Urusan bisa jadi tumpang tindih ditempat ini! Menurut cerita Maithatarun bukankah dia salah satu korban santetan Jin Santet Laknat?" Jin Selaksa Kentut pelototkan mata kuningnya pada kakek berpakaian serba ungu. Lalu dia membentak. "Kau kenal diriku! Aku tidak! Aku tidak per
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

198. Bagian 16

"Jin Santet Laknat, dulu dengan binatang berbisa ini kau menyantet diriku hingga aku hampir menemui ajal secara mengenaskan! Sekarang kukembalikan dia padamu! Harap kau mau menerima dengan senang hati!" "Desss!" Kayu penyumpal ujung bambu terbuka. Dengan copat Pawungu pukulkan bambu itu ke bawah. Saat Itu juga dari dalam bambu meluncurlah sebuah benda bulat panjang berwarna hitam berkilat, jatuh bergelung di tanah. Ruhkentut terpekik. Sambil terkentut-kentut nenek muka kuning ini melompat jauhkan diri. Arya cepat tekap bagian bawah perutnya. Bayu tegak merinding. Tapi si nenek Jin Santet Laknat tetap tenang. Dia baru bergerak ketika mendadak benda yang bergelung di tanah rentangkan tubuhnya lalu meluncur cepat ke arahnya sambil keluarkan suara mendesis keras. Benda ini ternyata adalah seekor ular hitam sangat berbisa sepanjang hampir setengah tombak dan besarnya hampir sebesar pergelangan lengan. "Ular hitam ular kiriman! Dulu aku yang membuat kau dari tiada kepada ada! Jangan tu
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more

198. Bagian 17

"Muka kuning jahanam! Aku mengadu jiwa denganmu!" teriak Jin Santet Laknat. Dia melompat ke udara, maksudnya kemudian berjungkir balik lalu menghantam dengan Pedang Pilar Bumi. Tapi begitu kakinya tidak lagi menginjak tanah, mendadak sekujur tubuhnya yang tadi diserang hawa dingin kini seolah berubah menjadi sosok terbuat dari es, mengepulkan hawa putih. Tangan dan kakinya seolah kaku, tak bisa digerakkan. Dari depan saat itu juga sepuluh larik sinar kuning datang menggebubu! Pada saat sangat menegangkan itu tiba-tiba ada derap kaki-kaki kuda mendatangi dengan cepat. Lalu terdengar ringkikan dahsyat. Tanah bergetar keras. "Tahan serangan!" Ada suara orang berteriak lantang disusul berkelebatnya satu bayangan putih, menyambar tubuh Jin Santet Laknat. Sebelumnya satu gelombang angin dahsyat telah lebih dulu menderu berusaha membabat sepuluh larik sinar kuning pukulan sakti Salju Putih Patinggimeru. Walau gempuran itu hanya mampu membelokkan sedikit sepuluh larik sinar kuning namun suda
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more

198. Bagian 18

"Jahanam! Dukun jahat ini ternyata memang telah berserikat dengan pemuda itu!" teriak si nenek muka kuning. Baik dia maupun Pawungu mau tak mau sesaat terpaksa bersurut mundur menghindari serangan ganas Jin Santet Laknat. "Kekasihku Bintang!" tiba-tiba Bintang mendengar suara mengiang di telinga kirinya. Suara Jin Santet Laknat! Si nenek sengaja bicara dengan ilmu yang disebut Menyadap Suara Batin hingga orang lain yang tidak dituju tidak dapat mendengar. "Keadaan tidak menguntungkan bagi kita berdua. Lekas ikuti aku. " "Tunggu! Kembalikan dulu Pedang itu!" seru Bintang. Tapi saat itu Pawungu dan Jin Selaksa Angin sudah berada di hadapannya. Siap untuk menyerang kembali. Melihat hal ini Jin Santet Laknat segera tinggalkan tempat itu. Bintang kembali mendengar suara mengiang di salah satu telinganya. "Kekasihku, aku tunggu kau di Tebing Batu Terjal di sebelah selatan Bukit Batu Kawin." Belum sempat mengejar Jin Santet Laknat telah lenyap sementara itu Pawungu dan Jin Santet Laknat t
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more

198. Bagian 19

Pawungu si kakek berjubah ungu kelihatan merah padam wajahnya yang keriput. Tubuhnya sesaat bergetar. Ketika dia hendak melangkah menghampiri Bintang tiba-tiba satu suara bergema lantang di tempat itu, disusul dengan berkelebatnya tatu bayangan putih. "Mari kita bicara tentang kenyataan! Jangankan Pedangmu, nyawamupun pasti kau berikan pada Jin Santet Laknat! Bukankah kalian berdua telah saling bercinta?!" Semua orang yang ada di tempat itu termasuk Bintang palingkan kepala. Mereka sama-sama tersentak kaget melihat siapa yang muncul dan barusan bicara itu. Yang muncul ternyata adalah seorang tua berjubah putih berbadan tinggi besar. Penampilannya luar biasa angker karena dia memiliki otak yang terletak di luar kepalanya, menyembul demikian rupa. Karena otak ini terbungkus sejenis selubung keras bening maka setiap gerak denyut otak itu kelihatan dengan jelas. Bayu dan Arya ternganga heran melihat keadaan kepala si orang tua. "Seumur hidup baru kali ini aku melihat ada manusia yang
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more

198. Bagian 20

Malah dia mulai dengan pertanyaannya. "Pertanyaan pertama! Kau orangnya yang mencuri sebatang tongkat terbuat dari batu. Bernama Tongkat Bahagia Biru” Tentu saja Ksatria Pengembara jadi kaget mendengar tuduhan itu. Dia segera gelengkan kepala. Ketika dia hendak membuka mulut Jin Sejuta Tanya te|uta Jawab langsung menghardik. Raut muka dan pandangan matanya menyeramkan. Otak di atas kepalanya tampak mendenyut cepat. "Kau mulai dengan dusta pertama!" Bintang melengak melihat kemarahan si orang tua. Arya terkencing. Nenek muka kuning geleng-gelengkan kepala. Dia keluarkan suara perlahan. "Tidak sangka pemuda itu seorang pencuri tengik rupanya." "Siapa berdusta! Aku memang tidak pernah mencuri tongkat itu!" Ksatria Pengembara menjawab dengan suara lantang tak kalah kerasnya hingga Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab ganti terkesiap. "Dia memiliki tenaga dalam tinggi. Bentakannya tadi sempat membuat jantungku berdebar tegang!" membatin Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Lalu dia berkata. "Pencu
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more
PREV
1
...
222223224225226
...
258
DMCA.com Protection Status