Jin Selaksa Kentut menyeringai. Setelah kentut dulu but... pret, baru dia menjawab. "Aku setuju! Pedang Itu kau serahkan dulu padaku. Sendok akan kuberikan padamu kemudian!" "Mana bisa begitu...!" tukas Jin Santet Laknat. "Berikan sendok emas itu padaku, baru aku akan menyerahkan Pedang ini padamu!" "Sendok emas itu tidak ada sangkut paut langsung Denganmu. Pedang yang kau curi itu ada sangkut Paut dengan dua kerabatku Ini! Kau mau memberikan atau tidak?!’' “Hai! Jika kau keliwat memaksa mengapa tidak? Kau boleh ambil Pedang ini! Nanti sendok emas itu akan Kuambil dari sosokmu yang sudah jadi bangkai!" Habis berkata begitu Jin Santet Laknat yang sudah hilang kesabarannya lalu membabatkan Pedang Pilar Bumi kearah nenek muka kuning. Cahaya putih menyilaukan berkiblat dan hawa sangat panas menghampar seolah memanggang tubuh. Karena serangan itu dilancarkan pada nenek muka kuning maka sambaran angin panas dan cahaya menyilaukan dengan sendirinya menghantam ke arahnya. Mata Pedang memba
SINENEK muka gagak hitam hantamkan Pedang Pilar Bumi menyongsong serangan lawan. Maksudnya dia hendak membabat dua tangan yang menggasak ke arahnya. Tapi angin yang keluar menyambar dari tubuh kepompong membuat dia tertekan hebat hingga terjajar sempoyongan ke belakang sampai beberapa langkah. Selagi dia bertahan mengimbangi diri dua tangan panjang makhluk kepompong menyambar ganas. Satu ke arah kepala, satu lagi seperti hendak menjebol perutnya! Jin Santet laknat keluarkan pekik keras. Dia cepat bentengi dirinya dengan memutar Pedang sakti di tangan kiri. Sesaat dia bisa membendung serangan dua tangan makhluk kepompong. Namun ketika makhluk kepompong ini keluarkan suara panjang, tubuhnya seperti membal terus berputar mendekati lawan. Gerakan dua tangannya berubah aneh. Serangannya datang bertubi tubi laksana curahan hujan. Menyambar dan menyelinap di antara sambaran cahaya Pedang sakti, mencari sasaran di kepala atau bagian tubuh yang mematikan! Lama lama Jin Santet Laknat mulai ter
"Dukun jahat jahanam! Ilmu hitamnya benar-benar tinggi! Akan kuhajar dia sampai tahu rasa dan tahu dln!" Ucapan itu keluar dari dalam kepompong utama yang tampak mengepulkan asap coklat. Di lain kejap sosok kepompong raksasa itu berubah lenyap dan serata perlahan berganti kembali menjadi sosok asli Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin. Perubahan ini dimulai dan bagian kepala lebih dulu, lalu bergerak turun ke bawah. Begitu sosoknya mulai berubah kentutnya sudah terdengar. Butt. Prolt! Belum keseluruhan sosok Jin Selaksa Angin kembali ke ujudnya semula tiba-tiba Jin Santet Laknat angkat kaki kirinya ke atas. Kemudian tumitnya dihunjamkan k e tanah! “Rrreettt. !” Tanah di depan Jin Santet Laknat mendadak Sontak bergerak menjalar terbelah selebar dua langkah mengejar ke arah tiga kepompong dan Jin Selaksa Angin yang tengah berubah ujud! Tiga kepompong coklat melesat ke atas selamat kan diri tapi tertambat. Tanah yang terbelah lebih dulu menyedot dan menelan mereka dan Rrrttt! Tiga kepo
"Ruhkentut! Pukulan Salju Putih Patinggimeru memang bisa mengakhiri semua kemelut ini! Tapi jangan serakah! Aku lebih berhak atas nyawa Jin Santet Laknat!" Satu suara lantang disertai berkelebatnya bayangan berwarna ungu membuat terkejut semua orang yang ada di tempat itu. Terutama Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin dan Jin Santet Laknat. Jin Selaksa Angin menggeram. Dua matanya pancarkan sinar kuning berkilat. "Makhluk kurang ajar dari mana dia mengenali dan berani menyebut pukulan yang hendak kulepaskan?!" Bayu pegang lengan Arya di sebelahnya. "Arya, aku ingat betul. Kakek berpakaian ungu itu! Bukankah dia yang dulu pernah kita temui dan memberikan sendok emas pada Maithatarun?" "Memang dia," menyahuti Arya. "Urusan bisa jadi tumpang tindih ditempat ini! Menurut cerita Maithatarun bukankah dia salah satu korban santetan Jin Santet Laknat?" Jin Selaksa Kentut pelototkan mata kuningnya pada kakek berpakaian serba ungu. Lalu dia membentak. "Kau kenal diriku! Aku tidak! Aku tidak per
"Jin Santet Laknat, dulu dengan binatang berbisa ini kau menyantet diriku hingga aku hampir menemui ajal secara mengenaskan! Sekarang kukembalikan dia padamu! Harap kau mau menerima dengan senang hati!" "Desss!" Kayu penyumpal ujung bambu terbuka. Dengan copat Pawungu pukulkan bambu itu ke bawah. Saat Itu juga dari dalam bambu meluncurlah sebuah benda bulat panjang berwarna hitam berkilat, jatuh bergelung di tanah. Ruhkentut terpekik. Sambil terkentut-kentut nenek muka kuning ini melompat jauhkan diri. Arya cepat tekap bagian bawah perutnya. Bayu tegak merinding. Tapi si nenek Jin Santet Laknat tetap tenang. Dia baru bergerak ketika mendadak benda yang bergelung di tanah rentangkan tubuhnya lalu meluncur cepat ke arahnya sambil keluarkan suara mendesis keras. Benda ini ternyata adalah seekor ular hitam sangat berbisa sepanjang hampir setengah tombak dan besarnya hampir sebesar pergelangan lengan. "Ular hitam ular kiriman! Dulu aku yang membuat kau dari tiada kepada ada! Jangan tu
"Muka kuning jahanam! Aku mengadu jiwa denganmu!" teriak Jin Santet Laknat. Dia melompat ke udara, maksudnya kemudian berjungkir balik lalu menghantam dengan Pedang Pilar Bumi. Tapi begitu kakinya tidak lagi menginjak tanah, mendadak sekujur tubuhnya yang tadi diserang hawa dingin kini seolah berubah menjadi sosok terbuat dari es, mengepulkan hawa putih. Tangan dan kakinya seolah kaku, tak bisa digerakkan. Dari depan saat itu juga sepuluh larik sinar kuning datang menggebubu! Pada saat sangat menegangkan itu tiba-tiba ada derap kaki-kaki kuda mendatangi dengan cepat. Lalu terdengar ringkikan dahsyat. Tanah bergetar keras. "Tahan serangan!" Ada suara orang berteriak lantang disusul berkelebatnya satu bayangan putih, menyambar tubuh Jin Santet Laknat. Sebelumnya satu gelombang angin dahsyat telah lebih dulu menderu berusaha membabat sepuluh larik sinar kuning pukulan sakti Salju Putih Patinggimeru. Walau gempuran itu hanya mampu membelokkan sedikit sepuluh larik sinar kuning namun suda
"Jahanam! Dukun jahat ini ternyata memang telah berserikat dengan pemuda itu!" teriak si nenek muka kuning. Baik dia maupun Pawungu mau tak mau sesaat terpaksa bersurut mundur menghindari serangan ganas Jin Santet Laknat. "Kekasihku Bintang!" tiba-tiba Bintang mendengar suara mengiang di telinga kirinya. Suara Jin Santet Laknat! Si nenek sengaja bicara dengan ilmu yang disebut Menyadap Suara Batin hingga orang lain yang tidak dituju tidak dapat mendengar. "Keadaan tidak menguntungkan bagi kita berdua. Lekas ikuti aku. " "Tunggu! Kembalikan dulu Pedang itu!" seru Bintang. Tapi saat itu Pawungu dan Jin Selaksa Angin sudah berada di hadapannya. Siap untuk menyerang kembali. Melihat hal ini Jin Santet Laknat segera tinggalkan tempat itu. Bintang kembali mendengar suara mengiang di salah satu telinganya. "Kekasihku, aku tunggu kau di Tebing Batu Terjal di sebelah selatan Bukit Batu Kawin." Belum sempat mengejar Jin Santet Laknat telah lenyap sementara itu Pawungu dan Jin Santet Laknat t
Pawungu si kakek berjubah ungu kelihatan merah padam wajahnya yang keriput. Tubuhnya sesaat bergetar. Ketika dia hendak melangkah menghampiri Bintang tiba-tiba satu suara bergema lantang di tempat itu, disusul dengan berkelebatnya tatu bayangan putih. "Mari kita bicara tentang kenyataan! Jangankan Pedangmu, nyawamupun pasti kau berikan pada Jin Santet Laknat! Bukankah kalian berdua telah saling bercinta?!" Semua orang yang ada di tempat itu termasuk Bintang palingkan kepala. Mereka sama-sama tersentak kaget melihat siapa yang muncul dan barusan bicara itu. Yang muncul ternyata adalah seorang tua berjubah putih berbadan tinggi besar. Penampilannya luar biasa angker karena dia memiliki otak yang terletak di luar kepalanya, menyembul demikian rupa. Karena otak ini terbungkus sejenis selubung keras bening maka setiap gerak denyut otak itu kelihatan dengan jelas. Bayu dan Arya ternganga heran melihat keadaan kepala si orang tua. "Seumur hidup baru kali ini aku melihat ada manusia yang
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig