"Jahanam! Dukun jahat ini ternyata memang telah berserikat dengan pemuda itu!" teriak si nenek muka kuning. Baik dia maupun Pawungu mau tak mau sesaat terpaksa bersurut mundur menghindari serangan ganas Jin Santet Laknat. "Kekasihku Bintang!" tiba-tiba Bintang mendengar suara mengiang di telinga kirinya. Suara Jin Santet Laknat! Si nenek sengaja bicara dengan ilmu yang disebut Menyadap Suara Batin hingga orang lain yang tidak dituju tidak dapat mendengar. "Keadaan tidak menguntungkan bagi kita berdua. Lekas ikuti aku. " "Tunggu! Kembalikan dulu Pedang itu!" seru Bintang. Tapi saat itu Pawungu dan Jin Selaksa Angin sudah berada di hadapannya. Siap untuk menyerang kembali. Melihat hal ini Jin Santet Laknat segera tinggalkan tempat itu. Bintang kembali mendengar suara mengiang di salah satu telinganya. "Kekasihku, aku tunggu kau di Tebing Batu Terjal di sebelah selatan Bukit Batu Kawin." Belum sempat mengejar Jin Santet Laknat telah lenyap sementara itu Pawungu dan Jin Santet Laknat t
Pawungu si kakek berjubah ungu kelihatan merah padam wajahnya yang keriput. Tubuhnya sesaat bergetar. Ketika dia hendak melangkah menghampiri Bintang tiba-tiba satu suara bergema lantang di tempat itu, disusul dengan berkelebatnya tatu bayangan putih. "Mari kita bicara tentang kenyataan! Jangankan Pedangmu, nyawamupun pasti kau berikan pada Jin Santet Laknat! Bukankah kalian berdua telah saling bercinta?!" Semua orang yang ada di tempat itu termasuk Bintang palingkan kepala. Mereka sama-sama tersentak kaget melihat siapa yang muncul dan barusan bicara itu. Yang muncul ternyata adalah seorang tua berjubah putih berbadan tinggi besar. Penampilannya luar biasa angker karena dia memiliki otak yang terletak di luar kepalanya, menyembul demikian rupa. Karena otak ini terbungkus sejenis selubung keras bening maka setiap gerak denyut otak itu kelihatan dengan jelas. Bayu dan Arya ternganga heran melihat keadaan kepala si orang tua. "Seumur hidup baru kali ini aku melihat ada manusia yang
Malah dia mulai dengan pertanyaannya. "Pertanyaan pertama! Kau orangnya yang mencuri sebatang tongkat terbuat dari batu. Bernama Tongkat Bahagia Biru” Tentu saja Ksatria Pengembara jadi kaget mendengar tuduhan itu. Dia segera gelengkan kepala. Ketika dia hendak membuka mulut Jin Sejuta Tanya te|uta Jawab langsung menghardik. Raut muka dan pandangan matanya menyeramkan. Otak di atas kepalanya tampak mendenyut cepat. "Kau mulai dengan dusta pertama!" Bintang melengak melihat kemarahan si orang tua. Arya terkencing. Nenek muka kuning geleng-gelengkan kepala. Dia keluarkan suara perlahan. "Tidak sangka pemuda itu seorang pencuri tengik rupanya." "Siapa berdusta! Aku memang tidak pernah mencuri tongkat itu!" Ksatria Pengembara menjawab dengan suara lantang tak kalah kerasnya hingga Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab ganti terkesiap. "Dia memiliki tenaga dalam tinggi. Bentakannya tadi sempat membuat jantungku berdebar tegang!" membatin Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Lalu dia berkata. "Pencu
Inilah jurus yang disebut Rajawali Murka Mencengkram Bumi! Dalam kejutnya karena tidak percaya Bayu bisa terlepas dari cengkeramannya, dan kini Bayu lancarkan tendangan yang bisa merengkahkan batok kepalanya, Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab cepat angkat tangan kirinya dengan telapak dikembangkan ke depan. "Beettt!" Selarik angin keras keluar dari telapak tangan orang tua itu. Dua kaki Bayu yang hanya tinggal dua jengkal dari kepalanya terpental. Bayu sendiri kemudian mencelat. Dengan jungkir balik akhirnya dia mampu jatuhkan diri ke tanah dengan kaki lebih dulu. Tetapi ketika dia hendak bergerak ternyata Bayu tidak mampu mengangkat dua kakinya. Dua kaki itu laksana diganduli benda berat ratusan kati! Pucatlah wajah Bayu. Tubuhnya sampai keringatan karena berusaha keras untuk dapat mengangkat kakinya. Tapi sia-sia saja! "Bayu, apa yang terjadi denganmu!" ber- tanya Arya seraya melompat mendekati. "Tua bangka sialan itu! Ilmu apa yang dimilikinya. Aku tak bisa menggerakkan dua kakiku!
"Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Sungguh aku tidak percaya ucapan keji tuduhan kotor akan keluar dari mulutmu! Bagaimana kau bisa berbuat seperti ini?!" ujar Ksatria Pengembara dengan suara setengah berteriak. "Kalau benar dua gadis itu cucumu, merekalah yang telah merampas tongkat batu biru dari tanganku!" "Bagaimana aku bisa berbuat seperti ini?! Huh! Saat ini ingin sekali aku segera memecahkan kepalamu! Tapi agar semua orang tahu kebejatanmu biar aku buka kedokmu! Aku akan katakan apa yang telah kau lakukan terhadap dua cucuku. Ruhkemboja dan Ruhkenanga!" Bayu pegang lengan Arya lalu bicara setengah berbisik. "Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah tokoh berkepandaian tinggi di Negeri Jin. Kalau dia mengatakan sesuatu pasti dia tidak bicara dusta. Menurutmu apakah sahabat kita Bintang benar-benar telah berbuat keji atas diri dua cucu si kakek?" Arya tak bisa segera menjawab. "Ada yang tidak beres..." katanya kemudian setengah berbisik. "Aku tidak meragukan diri sahabat kita Bintan
“Bintang!" Bayu berteriak dan cepat memburu. Tapi gerakannya dipotong dan dihadang oleh kakek berjubah ungu. "Apa maumu orang tua?! Kau membantu kakek sesat yang otaknya nangkring di ubun-ubun itu?!" bentak Bayu. Pawungu menyeringai. "Mulutmu kurang ajar! Bicaramu keras! Kau rasakan dulu kerasnya tangan kananku!" Habis berkata begitu Pawungu lalu lancarkan satu tamparan ke muka Bayu. Tamparan ini bukan tamparan biasa karena jangankan muka manusia, batupun bisa rengkah kalau sampai terkena! Bayu tentu saja tidak tinggal diam. Sambil mengelak dia berkata. "Kau menuduh aku kurang ajar! Padahal kau sama saja kurang ajarnya dengan kakek yang otaknya tidak karuan itu! Jangan kira aku takut padamu!" Bayu lantas keluarkan jurus yang disebut Rajawali Murka Merobek Langit. Kejut Pawungu bukan kepalang ketika tiba-tiba lima jari tangan kanan Bayu yang dipentang lurus tidak terduga menusuk ke arah tenggorokannya. Dari angin serangan serta adanya cahaya redup hitam yang memancar dari tangan Bayu
"Dasar tolol! Jangan kau lakukan itu!" tiba-tiba nenek muka kuning berseru. "Braaakkk!" Batang pohon memang pecah. Tapi tangan kanan Arya kini ikut menempel di pohon itu, dekat tangan kanan Bayu! "Celaka! Mengapa bisa jadi begini?!" kejut Arya.. Sambil tertawa gelak-gelak Pawungu mendatangi Kedua orang yang terperangkap lengket di batang pohon itu. "Kini menghabisi kalian semudah aku membalikkan telapak tangan!" kata kakek itu. Saat itu cahaya ungu yang ada di kepalanya bergerak turun ke leher, mengalir ke lengan. Sesaat kemudian tangan kanannya kelihatan memancarkan sinar ungu terang. "Aku tidak takut mati! Ayo! Aku mau lihat apa yang hendak kau lakukan!" Sambil berteriak Bayu berulang kali berusaha menendang Pawungu tapi tidak berhasil. Pawungu hentikan tawanya. Dia menunduk pandangi wajah Bayu. Ingin sekali Bayu meludahi muka orang tua itu. "Kau tidak takut mati, ha... ha... ha! Bagus! Memang kau tidak akan segera kubunuh. kawanmu ini yang akan kuhabisi lebih dulu. Biar kau m
"Bluukkk!" Bintang terhempas jatuh punggung di tanah. Tulang-tulangnya di sebelah belakang seperti remuk. Dadanya mendenyut sakit seolah terpanggang. Dua tangannya yang tadi saling bentrokan dengan sepasang tangan lawan kini dirasakannya seperti tak ada lagi di sisinya. Dua kakinya bergeletar. Melihat lawan tidak berdaya, Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab cepat menyergap. Kaki kanannya kirimkan satu injakan ke kepala Ksatria Pengembara. Kali ini Bintang tak kuasa mengelak, tak berdaya untuk menahan injakan kaki itu dengan dua tangannya. Juga tidak ada yang bisa memberikan pertolongan. Di dalam jaring api biru Ruhsantini pejamkan mata, ngeri membayangkan apa yang sesaat lagi bakal terjadi. Nenek muka kuning hanya tegak berdiri tertawa- tawa lalu kentut. Kalau dulu sebelumnya dia tidak ingin melihat ada yang mengganggu apa lagi sampai mencelakai Bintang, saat itu dia seperti tidak perduli. Jelas nenek satu ini ada kelainan dalam otaknya. Maithatarun yang berada dalam jaring satunya terse