Inilah jurus yang disebut Rajawali Murka Mencengkram Bumi! Dalam kejutnya karena tidak percaya Bayu bisa terlepas dari cengkeramannya, dan kini Bayu lancarkan tendangan yang bisa merengkahkan batok kepalanya, Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab cepat angkat tangan kirinya dengan telapak dikembangkan ke depan. "Beettt!" Selarik angin keras keluar dari telapak tangan orang tua itu. Dua kaki Bayu yang hanya tinggal dua jengkal dari kepalanya terpental. Bayu sendiri kemudian mencelat. Dengan jungkir balik akhirnya dia mampu jatuhkan diri ke tanah dengan kaki lebih dulu. Tetapi ketika dia hendak bergerak ternyata Bayu tidak mampu mengangkat dua kakinya. Dua kaki itu laksana diganduli benda berat ratusan kati! Pucatlah wajah Bayu. Tubuhnya sampai keringatan karena berusaha keras untuk dapat mengangkat kakinya. Tapi sia-sia saja! "Bayu, apa yang terjadi denganmu!" ber- tanya Arya seraya melompat mendekati. "Tua bangka sialan itu! Ilmu apa yang dimilikinya. Aku tak bisa menggerakkan dua kakiku!
"Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Sungguh aku tidak percaya ucapan keji tuduhan kotor akan keluar dari mulutmu! Bagaimana kau bisa berbuat seperti ini?!" ujar Ksatria Pengembara dengan suara setengah berteriak. "Kalau benar dua gadis itu cucumu, merekalah yang telah merampas tongkat batu biru dari tanganku!" "Bagaimana aku bisa berbuat seperti ini?! Huh! Saat ini ingin sekali aku segera memecahkan kepalamu! Tapi agar semua orang tahu kebejatanmu biar aku buka kedokmu! Aku akan katakan apa yang telah kau lakukan terhadap dua cucuku. Ruhkemboja dan Ruhkenanga!" Bayu pegang lengan Arya lalu bicara setengah berbisik. "Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah tokoh berkepandaian tinggi di Negeri Jin. Kalau dia mengatakan sesuatu pasti dia tidak bicara dusta. Menurutmu apakah sahabat kita Bintang benar-benar telah berbuat keji atas diri dua cucu si kakek?" Arya tak bisa segera menjawab. "Ada yang tidak beres..." katanya kemudian setengah berbisik. "Aku tidak meragukan diri sahabat kita Bintan
“Bintang!" Bayu berteriak dan cepat memburu. Tapi gerakannya dipotong dan dihadang oleh kakek berjubah ungu. "Apa maumu orang tua?! Kau membantu kakek sesat yang otaknya nangkring di ubun-ubun itu?!" bentak Bayu. Pawungu menyeringai. "Mulutmu kurang ajar! Bicaramu keras! Kau rasakan dulu kerasnya tangan kananku!" Habis berkata begitu Pawungu lalu lancarkan satu tamparan ke muka Bayu. Tamparan ini bukan tamparan biasa karena jangankan muka manusia, batupun bisa rengkah kalau sampai terkena! Bayu tentu saja tidak tinggal diam. Sambil mengelak dia berkata. "Kau menuduh aku kurang ajar! Padahal kau sama saja kurang ajarnya dengan kakek yang otaknya tidak karuan itu! Jangan kira aku takut padamu!" Bayu lantas keluarkan jurus yang disebut Rajawali Murka Merobek Langit. Kejut Pawungu bukan kepalang ketika tiba-tiba lima jari tangan kanan Bayu yang dipentang lurus tidak terduga menusuk ke arah tenggorokannya. Dari angin serangan serta adanya cahaya redup hitam yang memancar dari tangan Bayu
"Dasar tolol! Jangan kau lakukan itu!" tiba-tiba nenek muka kuning berseru. "Braaakkk!" Batang pohon memang pecah. Tapi tangan kanan Arya kini ikut menempel di pohon itu, dekat tangan kanan Bayu! "Celaka! Mengapa bisa jadi begini?!" kejut Arya.. Sambil tertawa gelak-gelak Pawungu mendatangi Kedua orang yang terperangkap lengket di batang pohon itu. "Kini menghabisi kalian semudah aku membalikkan telapak tangan!" kata kakek itu. Saat itu cahaya ungu yang ada di kepalanya bergerak turun ke leher, mengalir ke lengan. Sesaat kemudian tangan kanannya kelihatan memancarkan sinar ungu terang. "Aku tidak takut mati! Ayo! Aku mau lihat apa yang hendak kau lakukan!" Sambil berteriak Bayu berulang kali berusaha menendang Pawungu tapi tidak berhasil. Pawungu hentikan tawanya. Dia menunduk pandangi wajah Bayu. Ingin sekali Bayu meludahi muka orang tua itu. "Kau tidak takut mati, ha... ha... ha! Bagus! Memang kau tidak akan segera kubunuh. kawanmu ini yang akan kuhabisi lebih dulu. Biar kau m
"Bluukkk!" Bintang terhempas jatuh punggung di tanah. Tulang-tulangnya di sebelah belakang seperti remuk. Dadanya mendenyut sakit seolah terpanggang. Dua tangannya yang tadi saling bentrokan dengan sepasang tangan lawan kini dirasakannya seperti tak ada lagi di sisinya. Dua kakinya bergeletar. Melihat lawan tidak berdaya, Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab cepat menyergap. Kaki kanannya kirimkan satu injakan ke kepala Ksatria Pengembara. Kali ini Bintang tak kuasa mengelak, tak berdaya untuk menahan injakan kaki itu dengan dua tangannya. Juga tidak ada yang bisa memberikan pertolongan. Di dalam jaring api biru Ruhsantini pejamkan mata, ngeri membayangkan apa yang sesaat lagi bakal terjadi. Nenek muka kuning hanya tegak berdiri tertawa- tawa lalu kentut. Kalau dulu sebelumnya dia tidak ingin melihat ada yang mengganggu apa lagi sampai mencelakai Bintang, saat itu dia seperti tidak perduli. Jelas nenek satu ini ada kelainan dalam otaknya. Maithatarun yang berada dalam jaring satunya terse
"Harap maafkan diriku Hai sahabat!" kata Jin Terjungkir Langit. "Kurasa pinta maafmu tak ada gunanya! Tahukah dosa besar apa yang telah diperbuat pemuda keparat itu? Dia telah memperkosa dua cucuku!" Jin Terjungkir Langit tersentak kaget dan pelototkan mata memandang pada Ksatria Pengembara yang saat itu tengah dengan susah payah akhirnya bisa berdiri walau terbungkuk-bungkuk menahan sakit di dada. "Dua cucumu...." mengulang Jin Terjungkir Langit . "Maksudmu Ruhkemboja dan Ruhkenanga?!" "Bagus kau masih ingat nama dua gadis itu! Tapi sekarang mereka hidup dalam sejuta derita sejuta malu! Akibat perbuatan keji orang yang barusan kau tolong itu!" Jin Terjungkir Langit geleng-gelengkan kepala. "Maksudku baik, ternyata aku telah melakukan kekeliruan besar. Kalau begitu sebagai penebus kesalahan biarlah aku mewakilimu menghukum pemuda terkutuk ini!" Habis berkata begitu Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu gerakkan kaki kanannya. "Wuutttt!" Selarik angin memancarkan cahaya kebiruan
Tangan kanan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab semakin tinggi ke atas. Dari pangkal jubah putihnya mengepul asap kelabu. Tiba-tiba ketika dia siap untuk melancarkan pukulan, di belakang sana terdengar pekik Pawungu. Lalu bayangan ungu berkelebat di hadapan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. "Pawungu! Kau minta mati dihantam pukulan Menara Mayat Meminta Nyawa." menghardik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Kalau dia tidak cepat menarik pulang tangan kanannya, hampir-hampir dia mencelakai sahabatnya itu sendiri. "Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab, lekas tinggalkan tempat ini " Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hendak menghardik mendengar ucapan sahabatnya itu. Tapi ketika dilihatnya wajah Pawungu akhirnya dia berkata dengan suara bergetar. "Mukamu kulihat pucat! Tadi kudengar kau menjerit di belakang sana? Ada apa?!" "Pemuda berambut kaku itu..." "Ada apa dengan pemuda keparat itu?!" "Di dadanya aku lihat menyembul bayangan kepala Rajawali Emas Dari Langit Ke Tujuh" Berubahlah paras Jin Sejuta
Didahului teriakan marah Pawungu kembali menyerang Betina Bercula. Kali ini dia tidak mau memberi kesempatan lagi. Sosok si kakek lenyap berubah menjadi bayang-bayang. Betina Bercula terpekik kecil. Dia berusaha menahan derasnya arus serangan namun hanya sanggup sampai empat jurus. Di jurus selanjutnya dia mulai terdesak hebat. "Dari pada celaka lebih baik aku angkat kaki dari sini. Perlu apa aku berlama-lama di sini. Aku kemari untuk mencari pemuda asing bernama Bintang itu. Kulihat dia ada di sebelah sana dalam keadaan terluka parah. Ada kakek aneh berjubah putih hendak mencelakainya. Bagaimana aku harus menolongnya?! Tololnya aku, mau melibatkan diri dengan kakek jelek satu ini! Tapi... biar aku cari selamat dulu!" Apa yang ada di benak Betina Bercula rupanya sudah terbaca oleh Pawungu. Si kakek tidak mau memberi kesempatan. Serangannya semakin menggila. Betina Bercula seolah-olah terbungkus. Kemanapun dia bergerak dan mengelak jotosan atau kaki lawan mengepungnya. "Celaka! Terpa
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig