Tangan kanan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab semakin tinggi ke atas. Dari pangkal jubah putihnya mengepul asap kelabu. Tiba-tiba ketika dia siap untuk melancarkan pukulan, di belakang sana terdengar pekik Pawungu. Lalu bayangan ungu berkelebat di hadapan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. "Pawungu! Kau minta mati dihantam pukulan Menara Mayat Meminta Nyawa." menghardik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Kalau dia tidak cepat menarik pulang tangan kanannya, hampir-hampir dia mencelakai sahabatnya itu sendiri. "Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab, lekas tinggalkan tempat ini " Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hendak menghardik mendengar ucapan sahabatnya itu. Tapi ketika dilihatnya wajah Pawungu akhirnya dia berkata dengan suara bergetar. "Mukamu kulihat pucat! Tadi kudengar kau menjerit di belakang sana? Ada apa?!" "Pemuda berambut kaku itu..." "Ada apa dengan pemuda keparat itu?!" "Di dadanya aku lihat menyembul bayangan kepala Rajawali Emas Dari Langit Ke Tujuh" Berubahlah paras Jin Sejuta
Didahului teriakan marah Pawungu kembali menyerang Betina Bercula. Kali ini dia tidak mau memberi kesempatan lagi. Sosok si kakek lenyap berubah menjadi bayang-bayang. Betina Bercula terpekik kecil. Dia berusaha menahan derasnya arus serangan namun hanya sanggup sampai empat jurus. Di jurus selanjutnya dia mulai terdesak hebat. "Dari pada celaka lebih baik aku angkat kaki dari sini. Perlu apa aku berlama-lama di sini. Aku kemari untuk mencari pemuda asing bernama Bintang itu. Kulihat dia ada di sebelah sana dalam keadaan terluka parah. Ada kakek aneh berjubah putih hendak mencelakainya. Bagaimana aku harus menolongnya?! Tololnya aku, mau melibatkan diri dengan kakek jelek satu ini! Tapi... biar aku cari selamat dulu!" Apa yang ada di benak Betina Bercula rupanya sudah terbaca oleh Pawungu. Si kakek tidak mau memberi kesempatan. Serangannya semakin menggila. Betina Bercula seolah-olah terbungkus. Kemanapun dia bergerak dan mengelak jotosan atau kaki lawan mengepungnya. "Celaka! Terpa
"Tubuhku! Dadaku rusak! Jahat! Jahat sekali! Aku merawat dadaku, menyayang-nyayang bertahun-tahun! Kini rusak sudah! Jahat sekali!" Betina Bercula meraung keras. Darah segar menyembur dari mulutnya. Tubuhnya lalu tersungkur ke tanah tak bergerak lagi. Entah mati entah cuma pingsan. Pawungu menyeringai puas. Lalu dia berpaling pada Bayu. "Pemuda malang bermulut besar! Sekarang giliranmu!" Sekali lompat saja Pawungu telah berada di bawah pohon di hadapan Bayu dan Arya. "Pawungu! Kau hendak berbuat apa pada orang tak berdaya itu?!" Arya membentak. Pawungu jadi marah. "Makhluk buruk bau pesing! Kau seperti tidak sabaran menunggu giliran kematian- mu! Biar kuberi kau satu hadiah terlebih dahulu!" Lalu, Plaaak! Satu tamparan melanda pipi kanan Arya. Arya mengeluh tinggi. Pipinya yang kena tampar langsung bengkak kemerahan dan dari mulutnya yang luka mengucur darah. "Benar-benar pengecut! Kau menjatuhkan tangan jahat pada orang tidak berdaya! Kalau kau memang punya nyali lepaskan tanga
Bayu dan Arya memandang berkeliling. Keduanya terkejut ketika menyaksikan bahwa selain si nenek muka kuning Jin Selaksa Angin, ternyata ditempat itu ada pula dua orang lainnya yang tidak diketahui kapan datangnya. Yang pertama adalah kakek berambut putih panjang, memiliki jidat, hidung dan pipi sama rata. Dia bukan lain adalah kakek sakti yang dikenal dengan nama Jin Tangan Seribu dan diketahui merupakan kakek dari Dewi Awan Putih yang cantik jelita itu. Kakek sakti inilah yang tadi memberi bisikan pada Pawungu melalui ilmunya yang disebut "Empat Penjuru Angin Menebar Suara" hingga Pawungu selamat dari rangkulan maut Betina Bercula. Orang Kedua adalah dara cantik berpakaian ungu yang rambutnya digelung. Dia tegak tak jauh dari seekor kura-kura raksasa yang mendekam di satu pedataran kecil. Sudah dapat diterka gadis ini adalah Ruhjelita. Tanpa setahu Bayu dan Arya, di satu tempat terlindung masih ada orang ketiga yang sengaja tidak mau memunculkan diri. Dia adalah Ruhcinta, gadis ca
"Pemuda mata juling! Kau pandai bicara! Memang mungkin tidak bisa percaya begitu saja kalau Jin Muka Seribu yang bicara! Tapi siapa tidak percaya kalau tadi kakek dua gadis itu Mendiri yakni Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang bilang begitu! Apa kau mau menyangsikan ucapan tokoh paling utama di Negeri Jin itu?!" "Kau harus menyelidiki persoalan ini sampai keakar-akarnya, Ruhjelita," kata Bayu. "Kau tahu apa! Aku bukan cuma sudah menyelidiki sampai ke akar-akarnya! Tapi aku sudah mencabut sampai ke akar-akarnya! Sahabatmu itu ular kepala sepuluh! Aku juga menyirap kabar bahwa memang betul dia tengah berencana untuk hidup berkumpul dengan Bunda Dewi di satu tempat rahasia bernama Puri Kebahagiaan! Pada pertemuan dengan Bunda Dewi, Dewi Awan Putih dengan Ratu Dewi dia berlagak bodoh! Padahal rencana itu memang ada! Hanya sayang menemui kegagalan dengan munculnya Ratu Dewi!" Bayu dan Arya saling pandang. Arya geleng-geleng kepala lalu berkata. "Aku tidak tahu mau mengatakan apa lagi. Ak
RUHCINTA cepat balikkan badan. Darahnya ter sirap ketika melihat siapa yang tegak di hadapannya. "Kau lagi! Kau masih saja mengikuti diriku!" Orang yang berdiri di hadapan Ruhcinta ternyata adalah sosok berpakaian jerami kering hitam yang mukanya dibalut dengan tanah liat hitam. "Harap maafkan diriku kalau kehadiranku membuat dirimu terganggu. Tapi pembicaraan kita tempo hari belum selesai. Antara kita masih ada persoalan yang menggantung tanpa kejelasan. Dulu atas permintaanmu aku telah memperlihatkan wajahku yang asli. Padahal sebelumnya aku sudah mempunyai kaul tidak akan memperlihatkan wajahku pada siapapun sebelum rahasia hidupku tersingkap. Aku merasa pasrah karena sangat mengharapkan pertolongan. Sebaliknya saat itu kau berjanji akan memberitahu hal-hal yang menyangkut dirimu. Apakah sekarang saatnya Kau bisa memberitahu padaku?" "Aku memang pernah berjanji. Tapi saat ini aku belum bisa memberi tahu..." jawab Ruhcinta. Si muka tanah liat kelihatan kecewa. Ini kentara dari car
"Kau terlalu yakin! Kau sudah sudah takabur!" gerutu Arya. Tapi apa yang dikatakan Bayu ternyata benar. Sesaat kemudian terdengar suara butt preet! Tak lama sesudah itu muncullah sosok si nenek. Dia menyeringai memandang pada dua orang yang menempel di pohon. "Aku mau tanya, Memang apa benar ada orang kentut dari mulut?" "Tidak terhitung! Terutama tua bangka sepertimu karena alur perutmu ke sebelah bawah sudah pada karatan! Jadi kentut memilih jalan ke atas lewat mulut!" Menjawab Bayu lalu dia berpaling ke jurusan lain agar si nenek tidak lihat dia sedang menahan ketawa geli. Si nenek termenung beberapa lamanya mendengar kata-kata Bayu itu. Hatinya mulai was-was. Dia lalu melangkah lebih dekat. "Dengar, aku akan menolong kalian berdua. Tapi tidak sahabat kalian bernama Bintang itu. Dosanya kelewat besar untuk diberi pertolongan. Juga ingat! Kalau nanti setelah menolong ternyata aku benar-benar kentut dari mulut, dengan ilmu kesaktianku aku bisa memindahkan mulutmu ke pantat dan pant
"Kalau kau berani menjilat kupingku lagi, kubanting kau ke tanah!" Arya berteriak marah. Betina Bercula tersenyum-senyum. Bayu yang mengikuti dari belakang tertawa-tawa tiada henti. * * * JIN Sejuta Tanya Sejuta Jawab membawa Ksatria Pengembara ke sebuah lembah kecil dan sunyi. Saat itu udara mulai redup karena ambang sore tak lama lagi akan memasuki senja. Seperti dituturkan sebelumnya, dengan serangkum angin aneh yang keluar dari tangan kirinya Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab telah membuat tubuh Ksatria Pengembara berada dalam keadaan kaku tak bisa bergerak tak bisa bersuara. Ternyata kakek sakti itu memiliki semacam ilmu totokan tanpa menyentuh. Di satu tempat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hentikan larinya. Sosok Bintang dilemparkannya begitu saja ke tanah hingga berguling-guling dan baru berhenti setelah tertahan sebuah batu besar. Si kakek kemudian melompat ke atas batu itu. Tangan kirinya diangkat ke atas. Serangkum angin menyapu permukaan wajah Ksatria Pengembara. Saat itu jug
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig