Bayu dan Arya memandang berkeliling. Keduanya terkejut ketika menyaksikan bahwa selain si nenek muka kuning Jin Selaksa Angin, ternyata ditempat itu ada pula dua orang lainnya yang tidak diketahui kapan datangnya. Yang pertama adalah kakek berambut putih panjang, memiliki jidat, hidung dan pipi sama rata. Dia bukan lain adalah kakek sakti yang dikenal dengan nama Jin Tangan Seribu dan diketahui merupakan kakek dari Dewi Awan Putih yang cantik jelita itu. Kakek sakti inilah yang tadi memberi bisikan pada Pawungu melalui ilmunya yang disebut "Empat Penjuru Angin Menebar Suara" hingga Pawungu selamat dari rangkulan maut Betina Bercula. Orang Kedua adalah dara cantik berpakaian ungu yang rambutnya digelung. Dia tegak tak jauh dari seekor kura-kura raksasa yang mendekam di satu pedataran kecil. Sudah dapat diterka gadis ini adalah Ruhjelita. Tanpa setahu Bayu dan Arya, di satu tempat terlindung masih ada orang ketiga yang sengaja tidak mau memunculkan diri. Dia adalah Ruhcinta, gadis ca
"Pemuda mata juling! Kau pandai bicara! Memang mungkin tidak bisa percaya begitu saja kalau Jin Muka Seribu yang bicara! Tapi siapa tidak percaya kalau tadi kakek dua gadis itu Mendiri yakni Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang bilang begitu! Apa kau mau menyangsikan ucapan tokoh paling utama di Negeri Jin itu?!" "Kau harus menyelidiki persoalan ini sampai keakar-akarnya, Ruhjelita," kata Bayu. "Kau tahu apa! Aku bukan cuma sudah menyelidiki sampai ke akar-akarnya! Tapi aku sudah mencabut sampai ke akar-akarnya! Sahabatmu itu ular kepala sepuluh! Aku juga menyirap kabar bahwa memang betul dia tengah berencana untuk hidup berkumpul dengan Bunda Dewi di satu tempat rahasia bernama Puri Kebahagiaan! Pada pertemuan dengan Bunda Dewi, Dewi Awan Putih dengan Ratu Dewi dia berlagak bodoh! Padahal rencana itu memang ada! Hanya sayang menemui kegagalan dengan munculnya Ratu Dewi!" Bayu dan Arya saling pandang. Arya geleng-geleng kepala lalu berkata. "Aku tidak tahu mau mengatakan apa lagi. Ak
RUHCINTA cepat balikkan badan. Darahnya ter sirap ketika melihat siapa yang tegak di hadapannya. "Kau lagi! Kau masih saja mengikuti diriku!" Orang yang berdiri di hadapan Ruhcinta ternyata adalah sosok berpakaian jerami kering hitam yang mukanya dibalut dengan tanah liat hitam. "Harap maafkan diriku kalau kehadiranku membuat dirimu terganggu. Tapi pembicaraan kita tempo hari belum selesai. Antara kita masih ada persoalan yang menggantung tanpa kejelasan. Dulu atas permintaanmu aku telah memperlihatkan wajahku yang asli. Padahal sebelumnya aku sudah mempunyai kaul tidak akan memperlihatkan wajahku pada siapapun sebelum rahasia hidupku tersingkap. Aku merasa pasrah karena sangat mengharapkan pertolongan. Sebaliknya saat itu kau berjanji akan memberitahu hal-hal yang menyangkut dirimu. Apakah sekarang saatnya Kau bisa memberitahu padaku?" "Aku memang pernah berjanji. Tapi saat ini aku belum bisa memberi tahu..." jawab Ruhcinta. Si muka tanah liat kelihatan kecewa. Ini kentara dari car
"Kau terlalu yakin! Kau sudah sudah takabur!" gerutu Arya. Tapi apa yang dikatakan Bayu ternyata benar. Sesaat kemudian terdengar suara butt preet! Tak lama sesudah itu muncullah sosok si nenek. Dia menyeringai memandang pada dua orang yang menempel di pohon. "Aku mau tanya, Memang apa benar ada orang kentut dari mulut?" "Tidak terhitung! Terutama tua bangka sepertimu karena alur perutmu ke sebelah bawah sudah pada karatan! Jadi kentut memilih jalan ke atas lewat mulut!" Menjawab Bayu lalu dia berpaling ke jurusan lain agar si nenek tidak lihat dia sedang menahan ketawa geli. Si nenek termenung beberapa lamanya mendengar kata-kata Bayu itu. Hatinya mulai was-was. Dia lalu melangkah lebih dekat. "Dengar, aku akan menolong kalian berdua. Tapi tidak sahabat kalian bernama Bintang itu. Dosanya kelewat besar untuk diberi pertolongan. Juga ingat! Kalau nanti setelah menolong ternyata aku benar-benar kentut dari mulut, dengan ilmu kesaktianku aku bisa memindahkan mulutmu ke pantat dan pant
"Kalau kau berani menjilat kupingku lagi, kubanting kau ke tanah!" Arya berteriak marah. Betina Bercula tersenyum-senyum. Bayu yang mengikuti dari belakang tertawa-tawa tiada henti. * * * JIN Sejuta Tanya Sejuta Jawab membawa Ksatria Pengembara ke sebuah lembah kecil dan sunyi. Saat itu udara mulai redup karena ambang sore tak lama lagi akan memasuki senja. Seperti dituturkan sebelumnya, dengan serangkum angin aneh yang keluar dari tangan kirinya Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab telah membuat tubuh Ksatria Pengembara berada dalam keadaan kaku tak bisa bergerak tak bisa bersuara. Ternyata kakek sakti itu memiliki semacam ilmu totokan tanpa menyentuh. Di satu tempat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hentikan larinya. Sosok Bintang dilemparkannya begitu saja ke tanah hingga berguling-guling dan baru berhenti setelah tertahan sebuah batu besar. Si kakek kemudian melompat ke atas batu itu. Tangan kirinya diangkat ke atas. Serangkum angin menyapu permukaan wajah Ksatria Pengembara. Saat itu jug
Tiba-tiba Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mendengar suara mendesis aneh disertai bergeletarnya tanah yang dipijaknya. Memandang ke depan terkejutlah kakek ini. Tali yang tadi dibuatnya dari akar gantung dan hendak dipakai untuk menggantung Bintang, sedikit demi sedikit berubah menjadi sosok seekor ular hitam. "Desss!" Tali akar gantung putus di bagian yang mengikat pergelangan Kedua kaki Ksatria Pengembara. Ujung tali berubah menjadi ekor. Kini keseluruhan tali berubah menjadi seekor ular hitam berkepala besar hampir sepanjang tiga tombak. "Ilmu hitam jahanam!" "Siapa takut!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Segera dia angkat tangan kanannya, siap menghantam kepala ular dengan pukulan tangan kosong mengandung hawa sakti tinggi. Hampir tangannya menghantam tiba-tiba satu bayangan berkelebat disertai seruan. "Sahabatku Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Kalau cuma ular siluman jejadian ilmu hitam biar aku yang mengurusi!" Lalu seorang kakek berambut putih, memiliki muka rata sambil
"Jin Santet Laknat! Kau akan rasakan pembalasanku!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Jin Santet Laknat tiba-tiba melompat ke hadapan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Pedang Pilar Bumi diletakkannya di atas otak si kakek. "Jika mengingat penganiayaan yang kau lakukan terhadap pemuda itu, ingin aku membelah kepalamu saat ini juga!" Wajah Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjadi putih seperti kain kafan. Dia tahu kehebatan senjata yang ada di tangan si nenek. Jika perempuan itu benar-benar melaksanakan niatnya tamatlah riwayatnya. Namun kemudian Jin Santet Laknat terdengar meneruskan ucapannya. "Tapi kupikir biar pemuda itu nanti yang akan membalas sendiri perbuatanmu! Hik... hik! Selamat tinggal kerabatku yang malang! Malam ini kau akan tidur berteman embun dingin dan nyamuk hutan! Mudah-mudahan tidak ada binatang buas berkeliaran dan tersesat ke sini!" Si nenek selipkan Pedang sakti di balik pinggang jubah hitamnya. Tanpa perdulikan teriakan dan caci maki Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab
Tiga orang itu cepat-cepat rundukkan diri di balik rerumpunan semak belukar. Apa yang dikatakan Arya ternyata memang benar. Tak selang berapa lama muncullah seorang kakek berpakaian ungu. "Lihat siapa yang datang!" bisik Betina Bercula sambil mengorek pantat Arya. Hendak marah keadaan tidak mengizinkan. Sebaliknya Betina Bercula senyum-senyum saja melihat tingkah Arya. "Sahabatku Pawungu! Syukur kau datang! Lekas tolong diriku!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab berseru girang begitu dia melihat siapa yang datang. Sebelumnya Pawungu dan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab memang berjalan seiring. Tapi disatu tempat mereka berpisah. Pawungu entah kemana sementara Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membawa Bintang ke lembah kecil itu. Di tengah jalan Pawungu membatalkan niatnya melakukan perjalanan seorang diri. Dia berusaha mencari Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab untuk bergabung kembali. Ketika menemui sang sahabat dalam keadaan seperti ini tentu saja Pawungu jadi terkejut. "Sahabatku! Apa yang terj